(7) Sibuk dengan kegiatan luar hingga lupa untuk mendidik istrinya
Sebagian suami disibukan dengan kegiatan hingga lupa untuk mendidik istri mereka. Ada diantara mereka yang disibukan dengan urusan dunia seharian penuh dan tatkala tiba di rumah langsung tidur tanpa bermesraan dahulu dengan istrinya. Kalau ada diantara mereka yang ditegur maka ia akan berkata, “Aku telah membelikan istriku mobil, perabotan rumah tangga yang mewah…, rumah yang mewah…” dan seterusnya. Memang benar nafkah badan wajib bagi suami, namun nafkah batin juga wajib bagi suami. Jika ia tidak sempat untuk bermesraan dengan istrinya lantas bagaimana caranya ia mendidik istrinya dengan baik..???!!!.
Sebagian yang lain sibuk dengan perkara-perkara yang baik seperti menuntut ilmu dan dakwah, hal ini sangat baik, namun bukan berarti kemudian ia lalai dari istrinya. Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam orang yang paling baik dalam berdakwah telah kita lihat bagaimana sikap beliau terhadap istri-istri beliau. Dan jangan sampai diantara kita ada yang merasa bahwa tanggung jawabnya yang berkaitan dengan dakwah lebih besar daripada tanggung jawab Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam!!!. Meskipun tanggung jawab Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam sangatlah besar namun beliau tidak pernah melalaikan hak-hak istri-istri beliau, bukan hanya seorang istri bahkan sembilan orang istri. Lantas bagaimana dengan kebanyakan kita yang hanya memiliki seorang istri…???.
Sebagian suami begitu bersemangat mendakwahi orang lain, namun sangatlah malas untuk mendakwahi istrinya. Padahal istrinya adalah orang yang lebih berhak untuk memperoleh pendidikan darinya…!!!, bukankah istrinya yang akan mendidik anak-anaknya…???!!. Oleh karena itu sering kita mendapati seorang yang berilmu tinggi namun istri dan anak-anaknya tidak mencerminkan ajaran Islam dengan baik.
Demikian juga hendaknya seorang suami mendidik istrinya untuk beribadah kepada Allah. Dan apabila istrinya telah menjadi wanita yang shalihah dan taat beribadah kepada Allah bahkan membantunya untuk menjalankan ibadah kepada Allah maka sungguh merupakan kenikmatan yang luar biasa.
Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda
لِيَتَّخِذْ أَحَدُكُمْ قَلْبًا شَاكِرًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَزَوْجَةً مُؤْمِنَةً تُعِيْنُ أَحَدَكُمْ عَلَى أَمْرِ الآخِرَةِ
“Hendaknya yang kalian cari adalah hati yang selalu bersyukur, lisan yang selalu berdzikir, dan istri yang shalihah yang membantu kalian untuk meraih akhirat” [ HR At-Thirmidzi no 3094, dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani, lihat juga shahihul jami’ no 5355. ]
Renungkanlah hadits berikut ini
رَحِمَ اللهُ رَجُلاً قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَإِنْ أَبَتْ نَضَحَ فِي وَجْهِهَا الْمَاءَ رَحِمَ اللهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا فَإِنْ أَبَى نَضَحَتْ فِي وَجْهِهِ الْمَاءَ
Allah merahmati seorang yang bangun di malam hari lalu sholat (tahajjud) dan membangunkan istrinya. Jika istrinya enggan untuk bangun maka iapun memercikkan air di wajah istrinya. Allah merahmati seorang wanita yang bangun di tengah malam lalu sholat (tahajjud) dan membangunkan suaminya. Jika suaminya enggan untuk bangun maka iapun memercikkan air ke wajah suaminya. [HR Abu Dawud II/33 no 1308 dan Ibnu Majah I/424 no 1336 dari hadits Abu Hurairah. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani]
مَنِ اسْتَيْقَظَ مِنَ اللَّيْلِ وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَصَلَّيَا رَكْعَتَيْنِ جَمِيْعًا كُتِبَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ اللهَ كَثِيْرَا وَالذَّاكِرَاتِ
Barangsiapa yang bangun di tengah malam dan membangunkan istrinya lalu mereka berdua sholat bersama dua rakaat maka mereka berdua akan dicatat sebagai laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah [ HR Abu Dawud II/70 no 1451 dan Ibnu Majah no 1335 dari hadits Abu Sa’id Al-Khudri dan Abu Hurarah. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani]
Allah berfirman
وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيراً وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْراً عَظِيماً (الأحزاب : 35 )
laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah maka Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS. 33:35)
(8) Tidak memiliki rasa cemburu
Sebagian suami sama sekali tidak memiliki rasa cemburu, jika istrinya keluar dari rumahnya kemudian dilihat oleh para lelaki, atau istrinya bercampur dengan para lelaki di tempat kerja, atau istrinya berdua-duaan dengan seorang lelaki lain di mobil, atau istrinya berbicara dengan lelaki lain di telepon, atau istrinya berbicara lama dengan lelaki lain di hadapannya, atau saling sms-sms-an dengan lelaki lain, dan seterusnya…kemudian ia tidak merasa cemburu….lelaki macam apakah ini yang tidak cemburu….
Tidak adanya rasa cemburu inilah yang menyebabkan timbulnya kerusakan di masyarakat, timbulnya berbagai macam penyakit sosial…
Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam telah jauh-jauh mewanti-wanti bahaya sifat ini, beliau bersabda
ثَلاَثَةٌ حَرَّمَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالىَ عَلَيْهِمِ الْجَنَّةَ مُدْمِنُ الْخَمْرِ وَالْعَاقُ وَالدَّيُّوْثُ الَّذِي يُقِرُّ الْخَبَثَ فِي أَهْلِهِ
Tiga golongan yang Allah mengharamkan surga atas mereka, pecandu bir, anak yang durhaka kepada orang tuanya, dan dayyuts yang membiarkan kemaksiatan pada istrinya (keluarganya). [Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wat Tarhib no 2512 dari hadits Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash, lihat juga syahidnya dari hadits ‘Ammar bin Yasir no 2071 dan 2367]
Dayuts adalah orang yang tidak memiliki rasa cemburu karena istrinya. [Lisanul ‘Arab II/150, An-Nihayah fi ghorinil hadits IV/112]
Para ulama memandang sikap seperti ini merupakan dosa besar. [Al-Kabair I/54]
Namun yang menyedihkan yang terjadi di zaman ini, betapa banyak lelaki yang membiarkan istrinya terbuka menjadi bahan tontonan para lelaki, membiarkan para lelaki bergolak syahwatnya kerana melihat istrinya…. bahkan ia bangga dengan hal itu…, bangga kalau istrinya jadi barang tontonan, bangga jika aurat istrinya jadi pemuas nafsu pandangan para lelaki….
Bahkan sebagian kaum muslimin -yang terpengaruh dengan gaya hidup orang-orang kafir- memandang bahwasanya merupakan bentuk kemajuan dan modernisasi jika istrinya bertemu dengan sahabat lelaki suami maka sang istri mencium lelaki tersebut…
Bagaimana seorang mukmin yang sejati tidak cemburu melihat istrinya dicium oleh lelaki lain…??? inna lillahi wa inna ilaihi rooji’uun
Sesungguhnya wanita adalah sosok yang sangat mengharapkan perhatian dan kasih sayang suaminya. Hatinya akan berbinar-binar jika suaminya menyatakan kasih sayangnya dan cintanya padanya. Oleh karena itu terkadang seorang istri sengaja melakukan tingkah laku tertentu untuk menguji ukuran cinta suaminya kepadanya. Suami yang baik adalah yang mampu membuat istrinya merasa bahwa ia mencintainya. Jika seorang istri mengetahui bahwa suaminya cemburu karena dirinya maka ia akan sayang kepada suaminya karena ia merasa bahwa suaminya sayang kepadanya dan perhatian kepadanya.
Sebaliknya sebagian suami kecemburuannya berlebihan tanpa sebab. Hal ini timbul akibat prasangka buruk terhadap istrinya, yang tentunya hal ini sangat menjadikan sang istri menjadi tertekan karena gerak-geriknya selalu dianggap salah oleh suaminya, ia dianggap tidak sayang kepada suaminya…ia dianggap masih mencari pria lain…dan seterusnya tuduhan-tuduhan buruk di arahkan kepada istrinya yang sholihah yang sayang kepadanya.
Bersambung …
Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja
www.firanda.com
Assalamu alaikum…ijin share ust
syukron atas artikelx
Assalamu’alaikum ustadz.Memang kalo dirunut ke awal,pangkalnya memang karena kejahilan saya pribadi,sehingga tidak memilih pasangan atas dasar ilmu.Saya baru kenal manhaj salaf kira2 dalam setahun belakangan.Karena tidak ada yang mengajari saya,dan belum menemukan tempat kajian,saya memaksimalkan fasilitas yang ada seperti internet.Alhamdulillaah,saya bisa mengakses dan download banyak audio kajian, artikel, berkomunikasi dengan sesama ummahat yang bermanhaj salaf.
Hanya saja, ada ganjalan yang saya rasakan. Saya seringkali sibuk di depan komputer membaca artikel atau mendengarkan kajian,sehingga saya cuek dengan sekitar. Saya merasa, lha wong suami saya juga cuek kok nggak mau mendidik saya…Jadi sering saya berusaha menutupi rasa galau dengan berkata pada diri sendiri “dia (suami) tidak menunaikan kewajibannya mendidik keluarga, sehingga saya harus sibuk mencari sendiri, mendidik diri saya sendiri…ya wajar lah kalo sikap saya seperti ini (cuek juga padanya).”
Saya perkenalkan dia dengan manhaj salaf. Alhamdulillaah,dia mau memelihara jenggot dan tidak isbal, sholat di masjid. Ya sudah itu (nulis kalimat ini rasanya saya sudah seperti para wanita yang banyak menghuni neraka). Pulang kerja, makan, tidur. Saya perdengarkan kajian audio, setel video. Tapi ya begitu, baru berapa menit, dia yang ditonton sama video nya (ketiduran). Saya sudah sering ngomong, nyindir… Akhirnya saya pikir, “ah, memang dari pertama dulu juga nggak ada semangat belajar, terutama membaca”.
Entah tujuan saya bertanya ini apakah mencari pembenaran atas ke-cuek-an saya atau bagaimana. Saya sendiri bingung. Di satu sisi, ada juga rasa khawatir akan ancaman “banyaknya penghuni neraka adalah wanita”, di sisi lain, saya merasa sikap saya adalah suatu efek samping yang wajar.
Mohon nasihatnya ustadz. Saya pernah dengar dalam kajian ustadz tentang syarah hadits Ummu Dzar. Disebutkan bahwa meninggalkan hak-hak istri dosanya lebih besar daripada dosa karena meninggalkan penunaian hak-hak suami.
Jazakallaahu khairan
ummu bersyukur dgn keadaan kita walau mungkin suami kita kurang mendidik kita tp Allah memberi kita pengetahuan tentang manhaj salaf, byk loh para istri diajari oleh suaminya tentang agama tp diajari kebid’ahan. btw suami ana pun blm salaf klo ana ngajak ngaji wajahnya berubh tk mengenakkan alhasil anak sll pergi sendiri ibaratnya ana ke barat suami ke timur tp biarlah bukankah hanya Allah yg bisa memberi hidayah?