Sesungguhnya segala kenikmatan yang ada di surga tidak bisa dikhayalkan oleh benak kita.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ اللهُ : أَعْدَدَتُ لِعِبَادِيَ الصَّالِحِيْنَ مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَر، وَاقْرَأُوا إِنْ شِئْتُمْ فَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Dari Abu Huroiroh, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Allah telah berfirman : Aku telah menyiapkan bagi hamba-hambaku yang sholeh (di surga) kenikmatan-kenikmatan yang tidak pernah terlihat oleh mata-mata, dan tidak pernah terdengar oleh telinga-telinga, dan tidak pernah terbetik dalam benak manusia”,
Jika kalian ingin maka silahkan bacalah (firman Allah) :
فَلا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai Balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan” (QS As-Sajdah : 17) (HR Al-Bukhari no 3072 dan Muslim no 7310)
Apa saja kenikmatan yang ada di surga tidak bisa dibayangkan oleh kita. Meskipun nama-nama kenikmatan-kenikmatan yang ada di surga kita ketahui sebagaimana kenikmatan-kenikmatan yang ada di dunia, akan tetapi hakekat keduanya berbeda. Yang sama hanyalah nama, adapun hakekat berbeda. Di surga ada anggur, delima, kurma dan buah-buah yang lain akan tetapi tidak sama hakekatnya dengan anggur, kurma, dan delima yang ada di bumi. Sebagaimana hakekatnya berbeda, demikian juga kelezatan yang dirasakan berbeda. Demikian juga benda-benda yang lain yang ada di surga, seperti emas, perak, mutiara, sungai, khomr, madu, istana, dan lain-lain, hakekatnya dan kelezatannya semua berbeda dengan apa yang ada di bumi.
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhumaa pernah berkata:
لَيْسَ فِى الْجَنَّةِ شَيْءٌ مِمَّا فِى الدُّنْيَا إِلاَّ الأَسْمَاءَ
“Tidak ada sesuatupun yang ada di surga dari perkara-perkara yang ada di dunia kecuali hanya sekedar nama-nama” (Atsar ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah no 2188)
Demikian pula dengan wanita surga berbeda dengan wanita dunia, meskipun namanya sama-sama wanita akan tetapi hakekat diantara keduanya sangat jauh berbeda.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata tentang wanita surga :
وَلَوْ أَنَّ امْرَأَةً مِنْ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ اطَّلَعَتْ إِلَى الْأَرْضِ لَأَضَاءَتْ مَا بَيْنَهُمَا وَلَمَلأَتْ مَا بَيْنَهُمَا رِيْحًا وَلَنَصِيْفُهَا – يَعْنِي الْخِمَارَ – خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا
“Kalau seandainya seorang wanita surga muncul ke dunia maka dia akan menyinari antara bumi dan langit, dan akan memenuhi bau yang semerbak antara bumi dan langit, dan sungguh kerudungnya lebih baik daripada dunia dan seisinya” (HR Al-Bukhari no 6199)
Tentu jika kita membaca hadits ini maka kita tidak akan mampu untuk membayangkan tentang bidadari tersebut. Bidadari yang begitu bercahaya dan begitu harum.. bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menekankan bahwasanya kerudung yang ada di atas kepala bidadari ternyata lebih baik dari pada dunia dan seisinya. Padahal kita tahu bahwa di antara isi dunia adalah kecantikan-kecantika wanita dunia…akan tetapi ternyata kecantikan-kecantikan para wanita dunia masih kalah dengan kerudung bidadari. Maka bagaimana lagi dengan wajah bidadari…???
Dan jika kita menelaah hadits-hadits yang lain tentang sifat-sifat bidadari maka kita akan semakin yakin akan ketidakmampuan kita untuk membayangkan hakekat bidadari.
Bagaimana kita bisa membayangkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang bidadari berikut ini:
كَبِدُهَا مِرْآتُهُ وَكَبِدُهُ مِرْآتُهَا
“Hati sang bidadari merupakan cermin bagi sang lelaki dan hati sang lelaki juga menjadi cermin bagi sang bidadari”.(Hadits ini di shahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih at-Targhiib wa at-Tarhiib 3/227 no 3591)
Demikian juga sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
يُرَى مُخُ سَاقِهَا مِنْ وَرَاءِ لَحْمِهَا مِنَ الْحُسْنِ
“Bidadari tersebut terlihat sum-sum tulang betisnya di belakang dagingnya karena indahnya” (HR Al-Bukhari no 3074 dan Muslim no 7330)
Ali Al-Qoori berkata:
((مِنَ الْحُسْنِ)) أَيْ مِنْ أَجْلِ لَطَافَةِ خِلْقَتِهِنَّ، قَالَ الطِّيْبِي رَحِمَهُ اللهُ : هُوَ تَتْمِيْمٌ صَوْنًا مِنْ تَوَهُّمِ مَا يُتَصَوَّرُ مِنْ تِلْكَ الرُّؤْيَةِ مِمَّا يَنْفُرُ عَنْهُ الطَّبَعُ، وَالْحُسْنُ هُوَ الصَّفَاءُ وَرْقَّةُ الْبَشَرَةِ وَنُعُوْمَةُ الْأَعْضَاءِ
“Sabda Nabi ((Karena indahnya)) yaitu karena lembutnya dan halusnya tubuh para bidadari. At-Thiibi rahimahullah berkata : Sabda Nabi ini merupakan penyempurnaan untuk menjaga agar jangan sampai disalah pahami, disangka ini merupakan pandangan yang dirasa ngeri oleh tabi’at. Dan sabda Nabi ((keindahan)) yaitu bersih dan lembutnya kulit serta halusnya anggota-anggota tubuh” (Mirqootul Mafaatiih 16/226)
Tentang putihnya bidadari, Allah berfirman :
كَأَنَّهُنَّ بَيْضٌ مَكْنُونٌ (٤٩)
“Seakan-akan mereka adalah telur yang tersimpan dengan baik” (QS As-Shooffaat : 49)
Ibnu Abbas berkata اللُّؤْلُؤْ الْمَكْنُوْنُ ((yaitu mutiara-mutiara putih yang tersimpan)) (lihat Ad-Dur Al-Mantsuur 7/89)
Yang hal ini menunjukkan bagaimana sempurnanya putihnya para bidadari, karena putihnya mereka adalah putih yang terjaga dari segala sentuhan. Ibarat mutiara-mutiara yang putih yang tersimpan kokoh dalam cangkangnya, terjaga dari segala sentuhan, terjaga dari sinar matahari, terjaga dari segala sesuatu yang bisa mencoreng murninya dan bersihnya warna putih tersebut. Demikian pula para bidadari, putih tubuh mereka sempurna.
Allah telah mengabungkan sifat putihnya bidadari dan juga bening dan bersihnya bidadari dalam firman
كَأَنَّهُنَّ الْيَاقُوتُ وَالْمَرْجَانُ (٥٨)
“Seakan-akan para bidadari itu permata yakut dan mutiara” (QS Ar-Rahman : 58).
Qotaadah dan Al-Hasan Al-Bashri rahimahumallahu berkata tentang ayat ini :
فِي صَفَاءِ الْيَاقُوْتِ وَبَيَاضِ اللُّؤْلُؤِ
“Para bidadari seperti permata dalam hal bening tubuh mereka dan seperti mutiara dalam putihnya” (Lihat Ad-Dur Al-Mantsuur 7/712)
Putih dan beningnya bidadari tersebut ternyata terlihat di balik 70 gaun indah yang dipakainya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
لِكُلِّ رَجُلٍ مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ عَلَى كُلِّ زَوْجَةٍ سَبْعُوْنَ حُلَّةً يَبْدُو مُخُ سَاقِهَا مِنْ وَرَائِهَا
“Bagi setiap penghuni surga dua istri (dari bidadari), yang masing-masing bidadari tersebut memakai 70 gaun, nampak sum-sum betisnya di balik 70 gaun tersebut” (Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah no 1736)
Dalam hadits yang lain
إِنَّ الْمَرْأَةَ مِنْ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ لَيُرَى بَيَاضُ سَاقِهَا مِنْ وَرَاءِ سَبْعِيْنَ حُلَّةً
“Sesungguhnya seorang wanita surga sungguh terlihat putih betisnya di balik 70 gaun” (HR At-Thirmidzi no 2533 ini didho’ifkan oleh Syaikh Al-Albani)
Maka bagaimana kita bisa mengkhayalkan ini semua, bagaimana bisa beningnya tubuh bidadari (bahkan sum-sum tulang betisnya) bisa terlihat di balik 70 gaun…?? Seperti apakah putihnya kulit bidadari sehingga bisa terlihat di balik 70 gaun…??.
Tentunya akal kita tidak sampai untuk bisa mengkhayalkan ini semua…jangankan untuk mengkhayalkan bidadari…bahkan untuk mengkhayalkan kerudungnya saja (yang dikatakan oleh Nabi bahwa kerudung bidadari lebih baik dari dunia dan seisinya) kita tidak mampu…untuk mengkhayal gaun yang dipakai bidadari bagaimana modelnya dan dari apa bahannya kita tidak mampu…, maka bagaimana lagi dengan bidadari itu sendiri??!!.
Bayangkan jika anda adalah sang penghuni surga…, lantas anda bertemu dengan sang bidadari… lantas andapun melepaskan 70 gaun sang bidadari tersebut satu persatu… sementara bening dan putihnya betis bidadari sudah terlihat…, bagaimana anda tidak bersemangat untuk melepaskan gaun-gaun indah tersebut..??!!
Selain itu kemampuan kita untuk mengkhayal terbatas… kemampuan kita mengkhayal adalah didukung oleh penangkapan panca indra kita, kita hanya bisa menganalogikan khayalan kita dengan apa yang pernah kita tangkap dengan panca indra kita. Karenanya kita hanya bisa mampu menghayal wanita tercantik yang pernah kita lihat di dunia ini, lebih dari itu maka otak kita tidak mampu. Sebagaimana jika kita memaksakan diri kita untuk menghayalkan bagaimana tampannya Nabi Yusuf ‘alaihi salam yang menjadikan para wanita mengiris-ngiris tangan-tangan mereka dengan tidak sadar karena takjub dengan ketampanan beliau ‘alaihi salam, maka kita tidak akan mampu menghayalkan ketampanan beliau. Kita hanya bisa mengkhayalkan lelaki tertampan yang pernah kita lihat di dunia ini.
Karenanya sifat-sifat bidadari yang akan dijelaskan dalam tulisan ini hanyalah sebagai penggambaran akan cantik dan moleknya para bidadari, akan tetapi hakekat yang sebenarnya tidak akan bisa kita khayalkan…kita hanya bisa mengetahui hekekat para bidadari yang sebenarnya jika kita melihat langsung bidadari-bidadari tersebut… Yaa Allah mudahkanlah kami untuk melihat mereka dan mendekap mereka…aaamiiin… yaa Allah ampunilah dosa-dosa kami, pandangan kami yang tidak kami jaga…, janganlah Engkau menjadikan dosa-dosa kami sebagai penghalang kami untuk mengecup bibir para bidadari…(bersambung pada topik selanjutnya : Sya’ir Ibnu Qoyyim tentang sifat-sifat bidadari)
Kota Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, 21-10-1432 H / 19 September 2011 M
Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja
www.firanda.com