Kejujuran adalah solusi, jalan keluar, dan keselamatan…meskipun syaitan selalu berkata : “Jika kamu jujur maka kamu akan celaka dan direndahkan”. Lihatlah bagaimana Ka’ab bin Malik yang jujur akhirnya dihajr oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya, akan tetapi kesudahannya adalah kemuliaan, bahkan kisah beliau diabadikan di Al-Qur’an yang dibaca hingga hari kiamat.
Kedustaan adalah jalan kebinasaan meskipun syaitan akan senantiasa berkata, “Berdustalah agar engkau selamat, agar engkau tetap dimuliakan oleh mereka”.
Kedustaan biasanya harus ditutupi dengan kedustaan-kedustaan yang lain, sehingga jadilah kedustaan yang bertumpuk-tumpuk
Jika berdusta agar dirinya dimuliakan dan dihormati adalah tercela dan merupakan sifat orang munafik, maka bagaimana lagi jika berdusta dalam rangka menjatuhkan harkat dan martabat saudaranya??, bagaimana lagi jika yang dijatuhkan dengan dustanya adalah banyak orang??. bagaimana lagi jika kedustaan tersebut dalam rangka menghalangi sekian banyak orang untuk mendapatkan hidayah…???
Berdusta adalah perkara yang ringan dan mudah, akan tetapi kesudahannya di akhirat adalah masuk dalam persidangan Allah, berhadapan dengan orang-orang yang telah ia dustakan….
Siapapun orangnya, orang awam, ustadz, ataupun kyai, tak luput dari godaan syetan untuk berdusta. Tak terkecuali dia itu ustadz tukang tahzir, dia tidak merasa berdusta. Dalam batas- batas tertentu kedustaan memang harus diungkap, dibantah, agar hilang syubhat. Sebenarnya, bagi orang awam sekalipun telah tampak kedustaan orang tersebut(ust.tahzir)