بَكَيْتُ عَلَى الشَّبَابِ بِدَمْعِ عَيْنِي… فَلَمْ يُغْنِ البُكَاءُ وَلاَ النَّحِيْبُ
Kutangisi masa mudaku dengan aliran air mataku….
Akan tetapi tangisan dan ratapanku tiada guna… فَيا أسَفاً أسِفْتُ عَلىَ شَبَابٍ… نَعَاهُ الشَّيْبُ والرّأسُ الخَضِيْبُ
Sungguh aku bersedih dan menyesal atas masa mudaku….
Masa tua dan rambutku yang disemir (karena ubanan) telah berduka cita atas masa mudaku…. عَرَيْتُ منَ الشّبابِ وَكُنْتُ غَضًّا…. كمَا يَعْرَى مِنَ الوَرَقِ القَضِيْبُ
Masa mudaku telah hilang…, padahal dahulu aku segar bugar…
Sebagaimana batang pohon yang kering dengan gugurnya dedaunan…. فيَا لَيتَ الشّبابَ يَعُودُ يَوْماً…. فأُخبرَهُ بمَا فَعَلَ المَشيبُ
Aduhai seandainya suatu hari masa mudaku bisa kembali….
Akan kukabarkan kepadanya tentang apa yang menimpa masa tuanya…
Masa muda adalah masa keemasan, maka aktivitas dan produktivitas…
Jika seseorang mengisinya dengan kebaikan maka masa tuanya akan penuh dengan kebahagiaan dan kebanggaan…
Akan tetapi jika masa mudanya dihamburkan dalam kemaksiatan dan sia-sia, maka yang ada hanyalah penyesalan di masa tua tiada guna.
Ya Allah jadikanlah hamba-hambamuMu ini menjadi hamba yang dipuji oleh NabiMu shallallahu ‘alaihi wasallam (Pada hari kiamat tatkala mata hari didekatkan oleh Allah sehingga berjarak satu mil, sehingga manusia bercucuran keringat mereka. Pada hari tersebut tiada naungan kecuali naungan Allah, dan ada 7 golongan yang akan dinaungi oleh naungan Allah, diantaranya 🙂
وشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللهِ
“Pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah” (HR Muslim)
Pemuda yang menyibukkan diri dalam ibadah merupakan pemuda yang hebat, karena masa muda adalah masa-masa bersenang-senang dan dipuncak-puncaknya ingin kebebasan dan menuruti hawa nafsu.
Al-Munawi rahimahullah berkata :
خَصَّهُ لِكَوْنِهِ مَظِنَّةُ غَلَبَةِ الشَّهْوَةِ وَقُوَّةِ البَّاعِثِ عَلَى مُتَابَعَةِ الْهَوَى وَمُلاَزَمَةُ الْعِبَادَةِ مَعَ ذَلِكَ أَشَقُّ وَأَدَلُّ عَلَى غَلَبَةِ التَّقْوَى
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengkhususkan penyebutan “masa muda” karena masa muda adalah masa biasanya terkuasai oleh syahwat dan kuatnya dorongan untuk mengikuti hawa nafsu. Dan melazimi dibadah dalam kondisi demikian lebih berat dan lebih menunjukkan atas dominasi ketakwaan” (Faidul Qodiir 4/88)
Bahkan Ibnu Rojab rahimahullah mengibaratkan masa muda seperti masa kegilaan, karena begitu beratnya ujian di masa tersebut. Beliau berkata :
فَإِنَّ الشَّبَابَ شُعْبَةٌ مِنَ الْجُنُوْنِ، وَهُوَ دَاعٍ لِلنَّفْسِ إِلَى اسْتِيْفَاءِ الْغَرضِ مِنْ شَهوَاتِ الدُّنْيَا وَلَذَّاتِهَا الْمَحْظُوْرَةِ، فَمَنْ سَلِمَ مِنْهُ فَقَدْ سَلِمَ
“Sesungguhnya masa muda adalah cabang dari kegilaan, karena masa muda menyeru jiwa untuk memuaskan kehendaknya berupa syahwat dunia keledzatannya yang terlarang. Maka barangsiapa yang selamat dari masa mudanya maka sungguh ia telah selamat” (Fathul Baari 6/46-47)
Pemuda yang menyibukkan diri dengan ibadah ditengah luasnya lautan syahwat dan gemerlapnya dunia, ia adalah pemuda yang yakin bahwa Allah akan meminta pertanggung jawabannya tentang masa mudanya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda :
لاَ تَزُوْلُ قَدَما ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَن أربع
“Tidak akan bergerser kedua kaki anak Adam pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang 4 perkara…”
Diantaranya kata Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْمَا أَبْلاَهُ
“Tentang masa mudanya, kemanakah ia habiskan?”
Wahai para pemuda, kita semua akan diberhentikan oleh Allah untuk disidang, dan kedua kaki kita tidak akan bergeser kecuali setelah kita menjawab pertanyaan “Kemana kau habiskan masa mudamu”.
Maka silahkanlah anda berbuat semaunya…silahkanlah anda memuaskan syahwat anda…silahkanlah anda berhubungan dengan wanita dan gadis yang tidak halal bagi anda sesukanya…silahkan anda membiarkan mata anda melihat hal-hal yang haram….silahkanlah jari-jari anda merangkai kata-kata manis untuk dipersembahkan kepada kekasih yang haram….
Jika anda mampu menjawab pertanyaan di atas, maka silahkanlah berbuat sesuka hati….
Kota Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, 13-07-1436 H / 02-05-2015 M
Abu Abdil Muhsin Firanda
www.firanda.com