Khutbah Idul Fitri –
إن الحمد لله، نحمدُه ونستعينُه ونستغفرُه وَنَتُوبُ إِلَيْهِ، ونعوذُ باللهِ من شرورِ أنفسنا، وسيئات أعمالنا، من يهدِه الله فلا مضلَّ له، ومن يضلِلْ فلا هادي له، وأشهدُ أنْ لا إله إلا الله وحده لا شريكَ له، وأشهدُ أن محمداً عبده ورسوله.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
فإن أصدق الحديث كتابُ الله، وخيرَ الهدي هديُ محمد صلى الله عليه وسلم، وشرَّ الأمورِ محدثاتُها، وكلَّ محدثة بدعةٌ، وكلَّ بدعة ضلالةٌ، وكلَّ ضلالة في النار.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ،
Ma’asyiral Muslimin,
Hari ini adalah hari kemenangan. Kemenangan dari melawan syaithan dan syahwat. Hari ini adalah hari bergembira, yaitu bergembira atas ampunan Allah yang telah dijanjikan, yaitu gembira dengan kasih sayang Allah, gembira meraih surga Allah yang telah dijanjikan bagi orang-orang yang diterima puasa mereka.
Hari ini adalah hari saling mengunjungi di antara kaum muslimin. Hari ini adalah hari saling mendoakan agar perjuangan selama sebulan penuh diterima oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Dan sungguh tiada kata yang lebih indah dari doa di antara mereka,
تقبل الله منا ومنكم
“Semoga Allah menerima amalan kami dan kalian.”
Para Hadirin yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa ta’ala,
Sesungguhnya hari lebaran adalah hari untuk menunjukkan kesenangan. Oleh karenanya Nabi fdfa membolehkan kepada orang-orang habasyah untuk bermain-main di masjid Nabawi, bahkan ‘Aisyah radhiallahu ‘anha menonton permainan mereka, kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
لَتَعْلَمُ يَهُودُ أَنَّ فِي دِينِنَا فُسْحَةً، إِنِّي أُرْسِلْتُ بِحَنِيفِيَّةٍ سَمْحَةٍ} مسند أحمد بن حنبل (6/ 116
“Agar orang-orang yahudi tahu bahwa dalam agama kita terdapat kelapangan karena saya diutus dengan agama yang lapang dan mudah.” (HR. Ahmad 6/116 no. 24899)
Oleh karenanya disyariatkan pada saat lebaran agar seseorang menunjukkan rasa senang dan gembira, karena hal ini diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Ma’asyiral Muslimin,
Kegembiraan yang begitu indah ini, ternyata pada sebagian orang menjadi hal yang mengganggu dan mengotori dirinya karena disebabkan oleh permusuhan yang masih berlanjut dan dendam yang masih membara di antara mereka. Ada di antara mereka yang berlebaran, namun di hatinya masih ada kejengkelan dan amarah kepada kerabatnya sendiri. Ada pula yang masih bermusuhan dengan saudara kandungnya, dan bahkan ada pula yang berlebaran namun menyimpan sejuta kejengkelan kepada orang tuanya sendiri. Di antara mereka telah lama tali silaturahmi terputuskan dan tercampakkan, padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,
لاَ يَدْخُلُ الجَنَّةَ قَاطِعٌ} صحيح البخاري (8/ 5
“Tidak akan masuk surga orang yang memutus tali silaturrahmi.” (HR. Bukhari 8/5 no. 5984)
Sungguh ancaman yang sangat mengerikan bahwa orang yang memutuskan silaturahmi tidak akan masuk surga.
Silaturahmi adalah menyambung kebaikan kepada kerabat, dan kerabat adalah orang yang memiliki hubungan darah, satu nasab, atau satu rahim. Dan rahim terdekat seseorang adalah ibunya dan ayahnya, kakek dan neneknya, saudara kandungnya, saudara seayah dan saudara seibu, paman dan bibi dari kedua orang tuanya. Adapun menyambung kebaikan kepada selain kerabat merupakan hal yang dianjurkan dalam syariat, namun tidak bisa dinamakan dengan silaturahmi. Karena sebutan silaturahmi dikhusukan kepada kerabat dan kedudukannya lebih tinggi dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.
Sebagian orang menempatkan istilah silaturahmi bukan pada tempatnya. Jika ia mengunjungi kawannya yang bukan kerabatnya, maka dia mengatakan bahwa hal itu adalah silaturahmi. Contohnya adalah sebagian orang yang mengadakan reuni dengan teman-teman sekolahnya dahulu. Hal seperti ini adalah hal yang baik, akan tetapi hal seperti ini bukanlah silaturahmi.
Akibat kerancuan hal ini, ada sebagian orang yang semangat melakukan pertemuan dan kunjungan terhadap sahabat-sahabatnya dan merasa dia telah menjalankan syariat silaturahmi, padahal sejatinya dia belum melakukannya. Karena kerancuan ini pula betapa banyak orang bersemangat mengadakan pertemuan dengan sahabatnya, namun kepada kerabatnya yang senasab tidak pernah ia kunjungi. Bahkan fenomena yang tersebar di antara kita adalah kita dapati seseorang sangat harmonis hubungannya dengan orang lain yang tidak memiliki hubungan kekerabatan dengannya, akan tetapi hubungannya dengan kerabatnya sangatlah buruk.
Ketahuilah, selain ancaman terhalangi dari surga bagi orang-orang yang memutuskan silaturahmi, mereka juga termasuk orang yang dilaknat oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Dalam hadits yang sahih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللهَ خَلَقَ الْخَلْقَ حَتَّى إِذَا فَرَغَ مِنْهُمْ قَامَتِ الرَّحِمُ،-وفي رواية: الرَّحِمُ مُعَلَّقَةٌ- فَقَالَتْ: هَذَا مَقَامُ الْعَائِذِ مِنَ الْقَطِيعَةِ، قَالَ: نَعَمْ، أَمَا تَرْضَيْنَ أَنْ أَصِلَ مَنْ وَصَلَكِ، وَأَقْطَعَ مَنْ قَطَعَكِ؟ قَالَتْ: بَلَى، قَالَ: فَذَاكِ لَكِ ” ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ: (فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ، أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ، أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا) [محمد: 23} [صحيح مسلم (4/ 1980{(
“Setelah Allah Azza wa Jalla menciptakan semua makhluk, maka rahim pun berdiri –dalam riwayat yang lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan ‘Rahim itu bergantungan kepada ‘Arsy- (-pen) sambil berkata; ‘Inikah tempat bagi yang berlindung dari terputusnya silaturahim (Menyambung silaturahim).’ Allah Subhanahu wa Ta’ala menjawab: ‘Benar. Tidakkah kamu rela bahwasanya Aku akan menyambung orang yang menyambungmu dan memutuskan yang memutuskanmu? ‘ Rahim menjawab; ‘Tentu.’ Allah berfirman: ‘ltulah yang kamu miliki.’ Setelah itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Jika kamu mau, maka bacalah ayat berikut ini: Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan berbuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknat oleh Allah dan ditulikan telinga mereka serta dibutakan penglihatan mereka. Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an ataukah hati mereka terkunci? [QS. Muhammad 22-24]. (HR. Muslim 4/1980 no. 2554)
Benar bahwa orang-orang yang memutuskan silaturahmi akan dilaknat oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Terlalu banyak ayat yang memerintahkan seseorang untuk menyambung silaturahmi, dan terlalu banyak hadits yang melarang seseorang untuk memutuskannya. Akan tetapi orang-orang yang memutuskannya itu telah buta mata mereka dan telah terkunci hati-hati mereka, sehingga mereka tidak menjalankan ayat-ayat Allah dan tidak mendengarkan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Di antara naasnya nasib pemutus silaturhami adalah ia tidak akan mendapatkan bonus ampunan dari Allah Subhanahu wa ta’ala yang dijanjikan setiap hari Senin dan hari Kamis. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْإِثْنَيْنِ، وَيَوْمَ الْخَمِيسِ، فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لَا يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا، إِلَّا رَجُلًا كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ، فَيُقَالُ: أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا، أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا، أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا }صحيح مسلم (4/ 1987{(
“Sesungguhnya pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan kamis. Semua dosa hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu akan diampuni, kecuali bagi orang yang antara dia dan saudaranya terdapat kebencian dan perpecahan.” Lalu dikatakan: ‘Tangguhkanlah dua orang ini hingga mereka berdamai! Tangguhkanlah dua orang ini hingga mereka berdamai! Tangguhkanlah kedua orang ini hingga mereka berdamai!” (HR. Muslim 4/1978 no. 2565)
Bahkan di antara kaum muslim ada yang tidak saling meyapa saudaranya satu sama lain. Dan mereka tidak saling menyapa bukan lagi sebatas satu atau beberapa hari, akan tetapi ada yang sampai berbulan-bulan dan bahkan setahun penuh tidak menyapa saudaranya. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,
مَنْ هَجَرَ أَخَاهُ سَنَةً فَهُوَ كَسَفْكِ دَمِهِ- سنن أبي داود – 4/ 279
“Barangsiapa mendiamkan saudaranya selama satu tahun, maka sama saja dengan dia telah menumpahkan darahnya.” (HR. Abu Daud 4/279 no. 4915)
Sungguh menyedihkan dan sungguh celakalah orang-orang yang memutuskan silaturahmi tersebut. Bahkan jika seseorang yang memutuskan silaturahmi tetap melakukan shalat, akan tetapi bisa jadi Allah Subhanahu wa ta’ala tidak menerima shalatnya. Maka jika setahun dia memutudkan silaturahmi, maka bisa jadi setahu penuh pula shalatnya tidak diterima oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلَاثَةٌ لَا تُرْفَعُ صَلَاتُهُمْ فَوْقَ رُءُوسِهِمْ شِبْرًا: رَجُلٌ أَمَّ قَوْمًا وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ، وَامْرَأَةٌ بَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَلَيْهَا سَاخِطٌ، وَأَخَوَانِ مُتَصَارِمَانِ} سنن ابن ماجه (1/ 311{(
“Tiga golongan yang shalatnya tidak akan di angkat meski satu jengkal dari kepalanya; Seseorang yang mengimami suatu kaum, sementara mereka tidak menyukainya; Seorang perempuan yang tidur sementara suaminya marah kepadanya; Dan dua bersaudara yang saling bermusuhan.” (HR. Ibnu Majah 1/311 no. 971)
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهِ أَكْبَرُ وَلِله الحَمْدُ
Para hadirin yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa ta’ala,
Pada hari yang indah ini, marilah kita memilin kembali tali rumpun persaudaraan dan kekerabatan yang terurai. Marilah kita menyambung sulaturahmi yang terputus. Kalahkan ego diri kita. Buat apa kita menyimpan dendam dan permusuhan terhadap orang terdekat kita? Ingatlah bahwa kehidupan kita hanya sebentar, maka janganlah kita rusak dengan dendam dan kejengkelan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثٍ، يَلْتَقِيَانِ: فَيَصُدُّ هَذَا وَيَصُدُّ هَذَا، وَخَيْرُهُمَا الَّذِي يَبْدَأُ بِالسَّلاَمِ- صحيح البخاري 8/ 53
“Tidak halal seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari, jika bertemu mereka saling berpa;ing, dan yang paling baik di antara keduanya adalah yang memulai salam.” (HR. Bukhari 8/53 no. 6237)
Maka orang yang terbaik di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala adalah dia yang mengalahkan syaithan atas egonya untuk lebih dahulu menyambung silaturahmi yang rusak. Tidak sebagaimana sebagian orang yang tidak mau menyapa karena merasa lebih benar atau merasa lebih tua. Ketahuilah bahwa meskipun kita berada diposisi yang benar, jika terjadi pemutusan silaturahmi, maka kalahkan ego kita dan sapalah terlebih dahulu saudara kita tersebut.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ،
Para hadirin yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa ta’ala,
Ketahuilah bahwa silaturahmi adalah ibadah yang sangat mulia. Bahkan silaturahmi adalah salah satu sebab yang memasukkan seseorang ke dalam surga. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman tentang ciri-ciri penghuni surga,
الَّذِينَ يَصِلُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ سُوءَ الْحِسَابِ (21)
“Dan orang-orang yang menghubungkan apa yang diperintahkan Allah agar dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.” (QS. Ar-Ra’d : 21)
Kemudian setelah itu Allah Subhanahu wa ta’ala mengatakan,
أُولَئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ (22) جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ وَالْمَلَائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ (23)
“Mereka itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (yaitu) surga-surga ‘Adn, mereka masuk ke dalamnya bersama dengan orang yang shalih dari nenek moyangnya, pasangan-pasangannya, dan anak cucunya, sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu.” (QS. Ar-Ra’d : 22-23)
Ketahui pulalah bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala dalam banyak ayat memerintahkan seseorang untuk lebih mendahulukan berbuat baik kepada kerabat daripada anak yatim dan fakir miskin. Di antaranya firman Allah Subhanahu wa ta’ala,
{ وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْكُمْ وَأَنْتُمْ مُعْرِضُونَ (83)
“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil, “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Dan bertutur katalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah shalat dan tunaikanlah zakat.” Tetapi kemudian kamu berpaling (mengingkari), kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang.” (QS. Al-Baqarah : 83)
وَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا (26)
“Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.” (QS. Al-Isra’ : 26)
Oleh karenanya pahala silaturahmi sangatlah besar. Dan tatkala kita telah tahu tentang hal itu, maka ujian untuk bersilaturahmi juga berat. Terkadang seseorang begitu mencitai hartanya, akhirnya dia merasa berat membantu keluarga dan kerabatnya. Jika terjadi demikian, hendaknya dia ingat firman Allah Subhanahu wa ta’ala,
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ (177)
“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah : 177)
Oleh karenanya seseorang jangan memberikan kepada kerabatnya harta yang hendak dia buang, akan tetapi hendaknya harta yang dia akan berikan kepada kerabatnya adalah harta yang yang dia cintai, dan itu adalah bukti kalau dia telah menjalin silaturahmi dengan baik.
Terkadang seseorang takut jika harus membantu kerabatnya karena hartanya akan berkurang. Jika ada orang yang seperti itu, ingatlah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ- صحيح البخاري 8/ 5
“Barangsiapa yang ingin dilapangkan pintu rezeki untuknya dan dipanjangkan umurnya hendaknya ia menyambung tali silaturrahmi.” (HR. Bukhari no. 5986)
Maka dari sini hendaknya kita menyadari bahwa silaturahmi adalah sebab dipanjangkannya umur dan diluaskannya rezeki.
Terkadang seseorang mendapati seorang kerabat yang tidak menghargai pemberiannya, suka mengganggu dan menghinanya. Akan tetapi janganlah hal itu mengalanginya untuk menyambung silaturahmi. Sesungguhnya silaturahmi yang sejati adalah sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لَيْسَ الوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ، وَلَكِنِ الوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا} صحيح البخاري 8/ 6
“Orang yang menyambung silaturrahmi bukanlah orang yang memenuhi (kebutuhan kerabatnya), akan tetapi orang yang menyambung silaturrahmi adalah orang yang menyambungnya kembali ketika tali silaturrahmi itu sempat terputus.” (HR. Bukhari no. 5991)
Dalam Shahih Muslim juga disebutkan bahwa ada seseorang yang datang kepada Rasulullah mengadukan kerabatnya. Dia mengatakan,
يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّ لِي قَرَابَةً أَصِلُهُمْ وَيَقْطَعُونِي، وَأُحْسِنُ إِلَيْهِمْ وَيُسِيئُونَ إِلَيَّ، وَأَحْلُمُ عَنْهُمْ وَيَجْهَلُونَ عَلَيَّ، فَقَالَ: لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ، فَكَأَنَّمَا تُسِفُّهُمُ الْمَلَّ وَلَا يَزَالُ مَعَكَ مِنَ اللهِ ظَهِيرٌ عَلَيْهِمْ مَا دُمْتَ عَلَى ذَلِكَ} صحيح مسلم 4/ 1982
“Ya Rasulullah, saya mempunyai kerabat. Saya selalu berupaya untuk menyambung silaturahim kepada mereka, tetapi mereka memutuskannya. Saya selalu berupaya untuk berbuat baik kepada mereka, tetapi mereka menyakiti saya. Saya selalu berupaya untuk lemah lembut terhadap mereka, tetapi mereka tak sabar kepada saya.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Jika benar seperti apa yang kamu katakan, maka kamu seperti memberi makan mereka debu yang panas, dan selama kamu berbuat demikian maka pertolongan Allah akan selalu bersamamu.” (HR. Muslim 4/1982 no. 2558)
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ،
Maka dari itu hendaknya seseorang mmenyambung silaturahmi, terutama di hari yang suci ini. Hilangkan segala ego dan dendam, dan sambung sialturahmi dengan saudara kita yang telah terputus.
Kemudian kepada para kaum wanita, sesungguhnya tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah di hari ‘Ied, beliau mengkhususkan nasihat buat para wanita. Disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi shaf-shaf mereka,kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi peringatakan kepada mereka. Dari Jarir bin Abdillah radhiallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَصَدَّقْنَ، فَإِنَّ أَكْثَرَكُنَّ حَطَبُ جَهَنَّمَ، فَقَامَتِ امْرَأَةٌ مِنْ سِطَةِ النِّسَاءِ سَفْعَاءُ الْخَدَّيْنِ، فَقَالَتْ: لِمَ؟ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ: لِأَنَّكُنَّ تُكْثِرْنَ الشَّكَاةَ، وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ، قَالَ: فَجَعَلْنَ يَتَصَدَّقْنَ مِنْ حُلِيِّهِنَّ، يُلْقِينَ فِي ثَوْبِ بِلَالٍ مِنْ أَقْرِطَتِهِنَّ وَخَوَاتِمِهِنَّ- صحيح مسلم 2/ 603
“Bersedekahlah kalian (para wanita), karena kebanyakan kalian akan menjadi penghuni neraka jahannam.” Maka berdirilah seorang wanita terbaik di antara mereka dengan wajah pucat seraya bertanya, “Kenapa ya Rasulullah?” beliau menjawab: “Karena kalian lebih banyak mengadu (mengeluh) dan mengingkari kelebihan dan kebaikan suami.” Jarir bin Abdillah berkata: ‘Akhirnya mereka pun menyedekahkan perhiasan yang mereka miliki dengan melemparkannya ke dalam kain yang dihamparkan Bilal, termasuk cincin dan kalung-kalung mereka’.”. (HR. Bukhari no. 1462)
Oleh karenanya para wanita yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Jika Anda telah menikah dengan seorang laki-laki, maka wajib bagi Anda untuk berbakti dan taat kepada suami Anda. Dan barangsiapa yang taat kepada suaminya, maka yang demikian adalah sebab utama untuk masuk surga. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا: ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ} مسند أحمد بن حنبل (3/ 199{(
“Apabila seorang istri melaksanakan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan ta’at kepada suaminya, maka akan dikatakan kepadanya; ‘Masuklah kamu ke dalam surga dari pintu mana saja yang kamu inginkan’.” (HR. Ahmad 1/191 no. 1661)
Semoga Allah Subhanahu wa ta’ala menerima amalan ibadah kita semuanya.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَاقَاضِيَ الْحَاجَاتْ
اللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِينِنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِي فِيهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِي إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ فِيهِ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
وَآخِرُ دَعْوَانَا، أَنِ الْحَمْدُ لِله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ