Keenam : Ikhlas merupkan sebab dikabulkannya doa dan dihilangkannya kesulitan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
خَرَجَ ثَلاَثَةٌ يَمْشُونَ فَأَصَابَهُمْ الْمَطَرُ فَدَخَلُوا في غَارٍ في جَبَلٍ فَانْحَطَّتْ عليهم صَخْرَةٌ قال فقال بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ادْعُوا اللَّهَ بِأَفْضَلِ عَمَلٍ عَمِلْتُمُوهُ فقال أَحَدُهُمْ اللهم إني كان لي أَبَوَانِ شَيْخَانِ كَبِيرَانِ فَكُنْتُ أَخْرُجُ فَأَرْعَى ثُمَّ أَجِيءُ فَأَحْلُبُ فَأَجِيءُ بِالْحِلَابِ فَآتِي بِهِ أَبَوَيَّ فَيَشْرَبَانِ ثُمَّ أَسْقِي الصِّبْيَةَ وَأَهْلِي وَامْرَأَتِي فَاحْتَبَسْتُ لَيْلَةً فَجِئْتُ فإذا هُمَا نَائِمَانِ قال فَكَرِهْتُ أَنْ أُوقِظَهُمَا وَالصِّبْيَةُ يَتَضَاغَوْنَ عِنْدَ رِجْلَيَّ فلم يَزَلْ ذلك دَأْبِي وَدَأْبَهُمَا حتى طَلَعَ الْفَجْرُ اللهم إن كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذلك ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ عَنَّا فُرْجَةً نَرَى منها السَّمَاءَ قال فَفُرِجَ عَنْهُمْ وقال الْآخَرُ اللهم إن كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي كنت أُحِبُّ امْرَأَةً من بَنَاتِ عَمِّي كَأَشَدِّ ما يُحِبُّ الرَّجُلُ النِّسَاءَ فقالت لَا تَنَالُ ذلك منها حتى تُعْطِيَهَا مِائَةَ دِينَارٍ فَسَعَيْتُ فيها حتى جَمَعْتُهَا فلما قَعَدْتُ بين رِجْلَيْهَا قالت اتَّقِ اللَّهَ ولا تَفُضَّ الْخَاتَمَ إلا بِحَقِّهِ فَقُمْتُ وَتَرَكْتُهَا فَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذلك ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ عَنَّا فُرْجَةً قال فَفَرَجَ عَنْهُمْ الثُّلُثَيْنِ وقال الْآخَرُ اللهم إن كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي اسْتَأْجَرْتُ أَجِيرًا بِفَرَقٍ من ذُرَةٍ فَأَعْطَيْتُهُ وَأَبَى ذَاكَ أَنْ يَأْخُذَ فَعَمَدْتُ إلى ذلك الْفَرَقِ فَزَرَعْتُهُ حتى اشْتَرَيْتُ منه بَقَرًا وَرَاعِيهَا ثُمَّ جاء فقال يا عَبْدَ اللَّهِ أَعْطِنِي حَقِّي فقلت انْطَلِقْ إلى تِلْكَ الْبَقَرِ وَرَاعِيهَا فَإِنَّهَا لك فقال أَتَسْتَهْزِئُ بِي قال فقلت ما أَسْتَهْزِئُ بِكَ وَلَكِنَّهَا لك اللهم إن كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذلك ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ عَنَّا فَكُشِفَ عَنْهُمْ
“Tiga orang (dari orang-orang terdahulu sebelum kalian) keluar berjalan lalu turunlah hujan menimpa mereka, maka mereka lalu masuk ke dalam gua di sebuah gunung. Lalu jatuhlah sebuah batu (dari gunung hingga menutupi mulut gua), lalu sebagian mereka berkata kepada yang lainnya, “Berdoalah kepada Allah dengan amalan yang terbaik yang pernah kalian amalkan!”. Maka salah seorang diantara mereka berkata, “Ya Allah aku memiliki dua orangtuaku yang telah tua (dan aku memiliki anak-anak kecil), (pada suatu waktu) aku keluar untuk menggembala lalu aku kembali, lalu aku memerah susu lalu aku datang membawa susu kepada mereka berdua lalu mereka berdua minum kemudian aku memberi minum anak-anakku, keluargaku, dan istriku. Pada suatu malam aku tertahan (terlambat) dan ternyata mereka berdua telah tertidur (maka akupun berdiri di dekat kepala mereka berdua aku tidak ingin membangunkan mereka berdua dan aku tidak ingin memberi minum anak-anakku), maka aku tidak ingin membangunkan mereka berdua padahal anak-anakku berteriak-teriak menangis di kedua kakiku (dan aku tetap diam di tempat dan gelas berada di tanganku, aku menunggu mereka berdua bangun dari tidur mereka) dan demikian keadaannya hingga terbit fajar. Ya Allah jika Engkau mengetahui bahwasanya aku melakukan hal itu karena mengharap wajahMu maka bukalah bagi kami celah hingga kami bisa melihat langit”, maka dibukakan celah bagi mereka. Orang yang kedua berkata, “Yaa Allah Engkau sungguh telah mengetahui bahwasanya aku pernah mencintai seorang wanita salah seorang putri-putri pamanku, aku sangat mencintainya. Akan tetapi ia berkata : “Engkau tidak akan bisa meraih cintanya hingga engkau memberikan kepadanya seratus keping dinar”. Maka akupun berusaha hingga aku berhasil mengumpulkan uang dinar tersebut. Tatkala aku telah duduk di antara dua kakinya (untuk menzinahinya-pen) maka iapun berkata, “Bertakwalah engkau kepada Allah, dan janganlah engkau pecahkan (buka) cincin kecuali dengan haknya”. Maka akupun pergi meninggalkannya. Ya Allah jika Engkau mengetahui bahwasanya aku melakukan hal itu karena mengharap wajahMu maka bukalah bagi kami celah hingga kami bisa melihat langit. Maka Allah pun membuka dua pertiga celah (namun mereka belum bisa keluar-pen).
Orang yang ketiga berkata, “Yaa Allah Engkau sungguh telah mengetahui bahwasanya aku pernah menyewa seorang pekerja dengan upah tiga soo’ jagung (sekitar 9 kg jagung-pen), akupun memberikannya kepadanya akan tetapi ia enggan untuk menerimanya. Maka akupun mengolah upahnya tersebut maka akupun menanam jagung tersebut hingga akhirnya hasilnya aku gunakan untuk membeli sapi-sapi dan para penggembalanya. Kemudian iapun datang dan berkata kepadaku, Wahai Abdullah (fulan) bayarlah upahku!”. Aku berkata, “Pergilah engkau ke sapi-sapi itu dan para penggembalanya , seluruhnya adalah milikmu”. Ia berkata, “Apakah engkau memperolok-olok aku?”. Aku berkata, “Aku tidak sedang memperolok-olokmu, akan tetapi semuanya itu benar-benar milikmu”. Ya Allah jika Engkau mengetahui bahwasanya aku melakukan hal itu karena mengharap wajahMu maka bukalah celah bagi kami”. Maka terbukalah pintu gua dari batu tersebut. (HR Al-Bukhari no 2102)
Perhatikanlah ketiga orang tersebut berusaha mencari amalan sholeh yang merupakan amalan terbaik mereka dan amalan yang bisa mereka harapkan untuk menghilangkan kesulitan yang mereka hadapi. Dan sungguh amalan yang mereka lakukan merupakan amalan yang berat dan sangat tinggi nilainya di sisi Allah. Akan tetapi mereka bertiga sadar bahwasanya betapapun besar amalan yang mereka lakukan maka tidak akan bisa bermanfaat dan tidak akan bisa membebaskan mereka dari kesulitan kecuali jika amalan tersebut dikerjakan ikhlash karena Allah. Oleh karenanya tatkala berdoa dan memohon kepada Allah mereka berkata, “Yaa Allah jika Engkau mengetahui bahwasanya amalanku ini ikhlash karena mengaharap wajahmu…“
Karenanya -para pembaca yang budiman- yakinlah bahwasanya ikhlash merupakan salah satu sebab terbesar yang bisa mengangkat kerendahan dan keterpurukan yang sedang menimpa umat Islam. Sungguh umat ini tidak akan jaya kecuali berkat doa orang-orang yang ikhlash. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إنما يَنْصُرُ الله هذه الْأُمَّةَ بِضَعِيفِهَا بِدَعْوَتِهِمْ وَصَلَاتِهِمْ وَإِخْلَاصِهِمْ
“Sesungguhnya Allah hanyalah menolong umat ini dengan sebab oarng-orang lemah mereka, yaitu dengan doa mereka, sholat mereka, dan keikhlasan mereka” (HR An- Nasaai no 3178, dishahihkan oleh Albani)
Ketujuh : Keikhlasan memperbanyak ganjaran pahala seseorang
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
صَلاَةُ الرَّجُلِ تَطَوُّعاً حَيْثُ لاَ يَرَاهُ النَّاسُ تَعْدِلُ صَلاَتَهُ عَلَى أَعْيُنِ النَّاسِ خَمْساً وَعِشْرِيْنَ
“Sholat sunnahnya seseorang yang dikerjakan tanpa dilihat oleh manusia niainya sebanding dengan dua puluh lima sholat sunnahnya yang dilihat oleh mata-mata manusia” (HR Abu Ya’la dalam musnadnya dan dishahihkan oleh Albani dalam As-Shahihah pada penjelasan hadits no 3149)
Dalam hadits yang lain Rasulullah bersabda :
تَطَوُّعُ الرَّجُلِ فِي بَيْتِهِ يَزِيْدُ عَلَى تَطَوُّعِهِ عِنْدَ النَّاسِ، كَفَضْلِ صَلاَةِ الرَّجُلِ فِي جَمَاعَةٍ عَلَى صَلاَتِهِ وَحْدَهُ
“Sholat sunnahnya seseorang di rumahnya lebih bernilai dari pada sholat sunnahnya di hadapan manusia, sebagaimana keutamaan sholat seseorang bersama jama’ah dibandingkan jika ia sholat munfarid (tidak berjamaah)” (Hadits ini dishahihkan oleh Albani dalam as-Shahihah no 3149)
Hadits ini menegaskan bahwasanya semakin ikhlas amalan seseorang –yaitu hanya Allah yang mengetahuinya- maka semakin besar ganjarannya di sisi Allah. Tentunya amalan yang tersembunyi dari pandangan manusia lebih dekat kepada keikhlasan dan lebih jauh dari riyaa’ dan ujub. Oleh karenanya sedekah yang dikeluarkan secara tersembunyi lebih tinggi nilainya dari pada sedekah yang dikeluarkan di hadapan manusia. Nabi shallallahu ‘aliahi wa sallam bersabda;
صَدَقَةُ السِّرِّ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ
“Sedekah yang dikeluarkan secara sembunyi-sembunyi memadamkan kemurkaan Allah” (Dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam as-Shahihah no 1908)
Kedelapan : Ikhlash merupakan sebab menangnya orang yang lemah atas orang yang kuat
Allah berfirman :
لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا (١٨)وَمَغَانِمَ كَثِيرَةً يَأْخُذُونَهَا وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا (١٩
Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, Maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi Balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya), serta harta rampasan yang banyak yang dapat mereka ambil. dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS Al-Fath 18-19)
Syaikh Muhammad Al-Amiin As-Syinqithi berkata, “Tatkala Allah Azza wa Jalla mengetahui keikhlasan yang sempurna dari para sahabat yang melakukan bai’at ridwan… maka diantara buah dari keikhlasan tersebut adalah apa yang disebutkan oleh Allah dalam firmanNya
وَأُخْرَى لَمْ تَقْدِرُوا عَلَيْهَا قَدْ أَحَاطَ اللَّهُ بِهَا وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرًا (٢١
Dan (telah menjanjikan pula kemenangan-kemenangan) yang lain (atas negeri-negeri) yang kamu belum dapat menguasainya yang sungguh Allah telah menentukan-Nya. dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (QS Al-Fath 21).
Maka Allah menjelaskan dalam ayat ini bahwasanya mereka (para sahabat-pen) tidak mampu (menaklukkan negeri-negeri tersebut seperti Persia dan Rumawi-pen) dan bahwasanya Allah menguasai negeri-negeri tersbut maka Allah pun menjadikan para sahabat mampu untuk menaklukkan negeri-negeri tersebut. Hal ini merupakan buah dari kuatnya keimanan mereka dan kokohnya keikhlasan mereka. Maka ayat di atas menunjukkan bahwasanya keikhlasan kepada Allah dan kekuatan iman kepada Allah adalah sebab mampunya si lemah untuk menguasai dan mengalahkan si kuat.
كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. dan Allah beserta orang-orang yang sabar “ (Adwaaul Bayaan 3/51-52)
Kesembilan : Orang yang ikhlash adalah orang yang paling bahagia dalam meraih syafa’at Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari kiamat kelak
عن أبي هريرة قال : يا رَسُولَ اللَّهِ من أَسْعَدُ الناس بِشَفَاعَتِكَ يوم الْقِيَامَةِ قال رسول اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لقد ظَنَنْتُ يا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لَا يَسْأَلُنِي عن هذا الحديث أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ لِمَا رأيت من حِرْصِكَ على الحديث أَسْعَدُ الناس بِشَفَاعَتِي يوم الْقِيَامَةِ من قال لَا إِلَهَ إلا الله خَالِصًا من قَلْبِهِ
Dari Abu Huroiroh radhiallahu ‘anhu, ia berkata, “Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berbahagia dengan syafa’atmu pada hari kiamat?”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Aku telah menyangka bahwasanya tidak ada seorangpun yang mendahuluimu bertanya kepadaku tentang hadits ini, karena aku melihat semangatmu dalam mencari hadits. Orang yang paling berbahagia dengan syafa’atku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan Laa ilaah ilallaah ikhlash dari hatinya” (HR Al-Bukhari no 99)
Ibnu Taimiyyah berkata, “Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwasanya orang yang paling berhak memperoleh syafa’at Nabi pada hari kiamat adalah orang yang paling tinggi tauhid dan keikhlasannya” (Majmuu’ Al-Fataawaa 1/212)
Kota Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, 05 Februari 2011
Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja
www.firanda.com
Assalamualaikum Ustadz? ana pernah dgr sekelebatan, ada 7o orang atau 70rb org [dengernya kurang jelas]orang yg akan masuk syurga tanpa hisab.. pertanyaan ana: benarkah ada hadits seperti itu, dan apa maksudnya, dan jenis manusia seperti apa sehingga Alloh sangat memprioritaskannya?. Mhn penjelasannya jazakkumullohu khoer
Assalamu`alaikum
@Darwin Wafi
Silakan baca buku kitab Tauhid karya Imam Muhammad bin Abdul Wahab atau Mihammad At-Tamimi ada di situ kok
ustadz, mau tanya.
bagaimana cara seorang suami agar tetap bisa beribadah ikhlas setelah menikah, maksudnya bagaimana menyembunyikannya agar hanya Allah ta’ala saja yang tahu…misal puasa sunnah, shalat malam dsb.
syukron
assalamu ‘alaykum warahmatullahi wabarakaatuh, baarakallahu fiik ustadz..
dalam hadits diatas, disebutkan Rasulullah bersabda :
تَطَوُّعُ الرَّجُلِ فِي بَيْتِهِ يَزِيْدُ عَلَى تَطَوُّعِهِ عِنْدَ النَّاسِ، كَفَضْلِ صَلاَةِ الرَّجُلِ فِي جَمَاعَةٍ عَلَى صَلاَتِهِ وَحْدَهُ
“Sholat sunnahnya seseorang di rumahnya lebih bernilai dari pada sholat sunnahnya di hadapan manusia, sebagaimana keutamaan sholat seseorang bersama jama’ah dibandingkan jika ia sholat munfarid (tidak berjamaah)”
(Hadits ini dishahihkan oleh Albani dalam as-Shahihah no 3149)
bukankah ini semakin menguatkan pendapat yang mengatakan shalat berjama’ah hukumnya tidaklah wajib?
hadits diatas jelas-jelas menyebutkan Rasulullah mempersamakan perbandingan antara (shalat sunnah dihadapan manusia dengan shalat sunnah dirumahnya) dengan (shalat berjama’ah dengan shalat sendirian).
padahal shalat sunnah dihadapan manusia itu boleh, akan tetapi LEBIH UTAMA shalat yang dikerjakan di rumah.
NB: ana dalam hal ini bukan untuk menganggap remeh shalat berjama’ah, karena yang dibicarakan disini adalah penetapan hukumnya. karena ciri seorang mukmin adlaah bersegera dalam segala kebaikan dan tidak mau luput dari keutamaan, sebagaimana para shahabat sangat bersemangat mengamalkan sunnah nabi; tanpa membedakan mana yang wajib, mana yang sunnah mu’akkadah.
bagaimana ustadz?
@fulan
Mohon dilihat hadits yang lain, tentang ancaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam atau atsar sahabat mengenai ancaman pembakaran suatu kampung yang di dalamnya tidak didirikan sholat Jamaah. Ancaman yang sedemikian beratnya tidak mungkin menunjukkan bahwa status sholat berjamaah hanya sunnah muakkadah..?
Assalamu’alaikum
@saudaraku fulan,
Skrg berpulang pada antum mau mengikuti yg mana, yg sunnah mu’akkadah atau yg wajib. Tp saya yakin kita semua sepakat bahwa sholat berjama’ah di masjid mempunyai keutamaan yg besar sekali dan jgnlah kita menjadi org2 yg merugi karena sering menyia2kan sholat berjamaah di masjid.
@akh danny
tentang hadits tersebut silahkan antum lihat bantahan dari imam ibnu hajar di faathul baari (dan uda diterjemahkan)
ingat hukum asal perintah adalah waajib; HINGGA terdapat dalil yang memalingkannya…
ingat yang kita diskusikan adalah PENETAPAN HUKUM; orang2 yg brpndpt sunnah muakkadah atau fardhu kifayah SAMA SEKALI bukan melakukan peremehan terhadap shalat berjamaah.
seperti kata akh tomy, kita sepakat akan keutamaan besarnya, maka tidak selayaknya kaum mukminin menyianyiakannya.. sebsgaimana mereka tidak selayaknya menyianyiakan ibadah QURBAN (yg mnrt pndpt yg ana pilih adalah SUNNAH MUAKKADAH), selagi mereka mampu melakukannya..