Tayangan Tafsir Al-Misbah yang dibawakan Quraish Shihab di Metro TV pada Sabtu (12/7), ramai diperbincangkan di media sosial. Hal tersebut setelah mantan menteri agama terakhir era orde baru itu menyebut bahwa Nabi Muhammad tidak mendapat jaminan di surga.
Sungguh berani lontaran ucapan ini, saya rasa tidak seorang Islampun di bumi ini -apalagi muslim berpendidikan- yang berani menyatakan “Nabi Muhammad tidak dijamin masuk surga”. Sungguh ini adalah pernyataan yang menyakiti hati-hati kaum muslimin.
Berikut transkrip acara tersebut
Pembawa acara : ((Saya akan bertanya tentang kemuliaan di sisi Allah. Itu kan kalau Nabi Muhammad sudah dijamin sebagai manusia yang dijamin masuk surga. Nah untuk kita manusia-manusia saat sekarang dan masa akan datang gitu, apakah ada kemungkinan untuk mengejar status seperti itu? Paling tidak ya seperberapalahnya gitu))
Quraish Shihab:
Satu hal dulu. Tidak benar, saya ulangi tidak benar bahwa Nabi Muhammad sudah dapat jaminan surga. Surga itu hak prerogatif Allah. Memang kita yakin bahwa beliau memang (tak melanjutkan pernyataanya).
Kenapa saya katakan begitu, pernah ada seorang sahabat nabi dikenal orang baik. Terus orang-orang di sekitarnya berkata, bahagialah engkau akan mendapat surga. Nabi dengar,siapa yang bilang begitu tadi.
Nabi berkata, tidak seorang pun yang masuk surga karena amalnya. Surga hak prerogratif tuhan. Terus ditanya kepada Nabi Muhammad, kamu pun tidak wahai Nabi Muhammad? saya pun tidak, kecuali Allah memberikan rahmat kepada saya.
Jadi kita berkata dalam konteks surga dan neraka, tidak ada yang dijamin tuhan kecuali kita katakan bahwa tuhan menulis di dalam kitab sucinya bahwa yang taat itu akan mendapat surga. Ada ayatnya bahwa Nabi Muhammad akan diberikan sesuatu bahwa beliau akan merasa puas kepada tuhan.
Kita pahami itu surga dan apapun yang beliau kehendaki. Tapi buat kita, kiai sebesar dan setaat apapun jangan pastikan dia masuk surga. Sebaliknya manusia sedurhaka apapun jangan pastikan dia masuk neraka.
Quraish Shihab dalam blog pribadinya juga berkata :
((Kepada yang meminta klarifikasi langsung, berikut jawaban saya:
Uraian tersebut dalam konteks penjelasan bahwa amal bukanlah sebab masuk surga, walau saya sampaikan juga bahwa kita yakin bahwa Rasulullah akan begini (masuk surga). Penjelasan saya berdasar hadist a.l.:
لا يدخل احدكم الجنة بعمله قيل حتى انت يا رسول الله قال حتى انا الا ان يتغمدني الله برحمنه
“Tidak seorang pun masuk surga karena amalnya. Sahabat bertanya “Engkau pun tidak?”, beliau menjawab “Saya pun tidak, kecuali berkat rahmat Allah kepadaku.”
Ini karena amal baik bukan sebab masuk surga tapi itu hak prerogatif Allah.
Uraian di atas bukan berarti tidak ada jaminan dari Allah bahwa Rasul tidak masuk surga, saya jelaskan juga di episode yang sama bahwa Allah menjamin dengan sumpah-Nya bahwa Rasulullah SAW akan diberikan anugerah-Nya sampa beliau puas, yang kita pahami sebagai Surga dan apapun yang beliau kehendaki. Wa la sawfa yu’thika rabbuka fa tharda. Itu yang saya jelaskan tapi sebagian dipelintir, dikutip sepotong dan di luar konteksnya. Silakan menyimak ulang penjelasan saya di episode tersebut. Mudah-mudahan yg menyebarkan hanya karena tidak mengerti dan bukan bermaksud memfitnah. [M. Quraish Shihab]))
(sumber : http://quraishshihab.com/tentang-tayangan-tafsir-al-mishbah-12-juli-2014/#more-400)
KRITIKAN
Kritikan terhadap Bpk Quraish Shihab dari dua bagian. Pertama ditinjau dari dalil-dalil yang terlalu banyak yang menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah dijamin masuk surga.
Adapun kritikan bagian kedua ditinjau dari kerancuan pemikiran Bpk Qurash Shihab yang mengantarkan beliau berani -sendirian di dunia ini- untuk menyatakan bahwa Nabi Muhammad tidak dijamin masuk surga.
Bagian Pertama
Terlalu banyak dalil yang menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah dijamin masuk surga. Diantaranya :
Pertama : Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah dijamin oleh Allah diberikan Al-Kautsar sungai di surga. Allah telah berfirman
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (١)
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al-Kautsar.” [QS. Al-Kautsar: 1]
Dalam hadits riwayat At-Tirmidzi, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata tentang Al-Kautsar:
رَأَيْتُ نَهْرًا فِى الْجَنَّةِ حَافَتَاهُ قِبَابُ اللُّؤْلُؤِ قُلْتُ مَا هَذَا يَا جِبْرِيلُ قَالَ هَذَا الْكَوْثَرُ الَّذِى قَدْ أَعْطَاكَهُ اللَّهُ
Aku melihat sebuah sungai di surga di dua tepinya terdapat kemah-kemah mutiara, maka aku berkata: Apa ini wahai Jibril? Jibril berkata: Inilah Al-Kautsar yang telah Allah berikan kepadamu.” [HR. At-Tirmidzi, Shahih At-Tirmidzi: 2675]
Kedua : Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga telah dijamin diampuni dosa-dosanya. Allah juga berfirman
إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِينًا لِّيَغْفِرَ لَكَ اللهُ مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepada kamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosa yang telah lalu dan yang akan datang.” [Al-Fath:1-2]
Tentunya sangat jelas bahwa orang yang telah diampuni oleh Allah maka pasti dijamin masuk surga. Karenanya banyak sekali amalan yang dijanjikan ampunan Allah, karena telah dimaklumi bahwa orang yang diampuni pasti masuk surga. Contohnya sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barang siapa yang berpuasa bulan Ramadhan dengan keimanan dan penuh pengharapan maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barang siapa yang qiyamul lail (sholat malam) karena iman dan penuh pengharapan maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barang siapa yang beribadah di malam lailatul qodar dengan penuh keimanan dan penuh pengharapn maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.
Bahkan tatkala Aisyah bertanya doa apa yang hendaknya ia ucapkan jika bertemu dengan malam lailatul Qodar, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menyuruhnya untuk minta surga, akan tetapi Nabi menyuruhnya untuk memohon ampunan dari Allah. Karena sudah otomatis bahwa orang yang diampuni dosanya pasti akan masuk surga.
Ketiga : Allah dalam banyak ayat telah menjamin kaum mukminin yang beramal sholeh akan dimasukan ke dalam surga. Contohnya firman Allah
وَمَنْ يَأْتِهِ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ الصَّالِحَاتِ فَأُولَئِكَ لَهُمُ الدَّرَجَاتُ الْعُلَى (٧٥)جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ جَزَاءُ مَنْ تَزَكَّى (٧٦)
Dan Barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam Keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, Maka mereka Itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang Tinggi (mulia), (yaitu) syurga ‘Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. dan itu adalah Balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan). (QS Toha : 75-76)
Jika Allah menjamin orang-orang yang beriman untuk masuk surga, lantas bagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak dijamin masuk surga?
Keempat : Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam banyak menjamin surga bagi orang yang beriman. Apakah beliau berani menjamin sementara beliau tidak terjamin?
Diantaranya Nabi telah menjamin sepuluh sahabat untuk masuk surga, beliau bersabda:
أبو بكر في الجنة وعمر في الجنة وعثمان في الجنة وعلي في الجنة وطلحة في الجنة والزبير في الجنة وعبد الرحمن بن عوف في الجنة وسعد بن أبي وقاص في الجنة وسعيد بن زيد في الجنة وأبو عبيدة بن الجراح في الجنة
“Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Tholhah di surga, Az-Zubair di surga, Abdurahman bin ‘Auf di surga, Sa’ad bin Abi Waqoos di surga, Sa’id bin Zaid di surga, Abu ‘Ubaidah bin Al-Jarrooh di surga” (HR At-Tirmidzi no 2946)
Logikanya jika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan bahwa para sahabat masuk surga, lantas bagaimana dirinya sendiri kok tidak terjamin?
Bahkan dalam banyak hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjamin surga juga kepada orang yang beramal sholeh secara umum. Diantaranya sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam :
أنا زعيم بيت في ربض الجنة لمن ترك المراء و إن كان محقا ، وبيت في سط الجنة لمن ترك الكذب وإن كان مازحا، وبيت في أعلى الجنة لمن حسن خلق
“Aku menjamin rumah di pinggir surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan meskipun dia yang benar, aku menjamin rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun hanya bercanda, dan aku menjamin rumah di bagian atas surga bagi orang yang bagus akhlaknya” (HR Abu Dawud)
Rasulullah juga bersabda :
مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ
“Barang siapa yang menjamin bagiku lisannya dan kemaluannya maka aku menjamin baginya surga” (HR Al-Bukhari no 6474)
Rasulullah juga bersabda :
اضمنوا لى ستا من أنفسكم أضمن لكم الجنة : اصدقوا إذا حدثتم وأوفوا إذا وعدتم وأدوا إذا ائتمنتم واحفظوا فروجكم وغضوا أبصاركم وكفوا أيديكم
“Jaminlah kalian enam perkara bagiku maka aku akan menjamin kalian masuk surga, jujurlah jika kalian berbicara, penuhilah jika kalian berjanji, tunaikanlah jika kalian diberi amanat, jagalah kemaluan kalian, tundukkanlah pandangan kalian dan tahanlah tangan-tangan kalian (dari mengganggu orang lain)” (Shahih Ibni Khuzaimah, Shahih Ibni Hibban, dan Mustadrok Al-Haakim, lihat Ash-Shahihah no 1470)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda :
أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيْمَ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا وَأَشَارَ بِالسَّبَابَةِ وَالْوُسْطَى وَفَرَّجَ بَيْنَهُمَا شَيْئًا
“Aku dan pengurus/penanggung anak yatim seperti dua jari ini di surga”, dan Nabi memberi isyarat dengan jari tengah dan jari telunjuknya dan beliau merenggangkan sedikit kedua jarinya tersebut (HR Al-Bukhari no 5304 dan Muslim no 2983)
Maka sungguh sangatlah aneh jika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjamin orang lain masuk surga sementara ia sendiri tidak terjamin?!
Kelima : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengabarkan bahwa pintu surga tidak akan terbuka kecuali beliaulah yang mengetuknya.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
آتِى بَابَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَأَسْتَفْتِحُ فَيَقُولُ الْخَازِنُ مَنْ أَنْتَ فَأَقُولُ مُحَمَّدٌ. فَيَقُولُ بِكَ أُمِرْتُ لاَ أَفْتَحُ لأَحَدٍ قَبْلَكَ
“Aku akan mendatangi pintu surga di hari kiamat, maka aku meminta untuk dibukakan, lalu penjaga surga berkata: Siapa engkau? Aku berkata: Aku adalah Muhammad. Maka ia berkata: Untuk engkaulah aku diperintahkan agar aku tidak membuka pintu surga bagi siapapun sebelum engkau.” (HR Muslim no 197)
Bagian Kedua
Adapun kerancuan pemikiran Bpk Quraish Shihab yang menjadikan beliau berani -sendirian di atas muka bumi ini- untuk menyatakan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak terjamin masuk surga, maka kritikannya adalah sebagai berikut.
Pertama : Perkataan beliau “Surga hak prerogatif Tuhan”.
Beliau menjadikan hal ini sebagai landasan bahwa tidak seorangpun terjamin masuk surga lantaran surga adalah hak prerogatif Allah. Sebenarnya tidak ada pertentangan antara hak prerogatif dengan jaminan masuk surga. Perkaranya sangatlah mudah, surga memang adalah hak prerogatif Allah karenanya Allah berhak menjaminnya bagi siapa saja yang Allah kehendaki. Diantaranya Allah menjamin surga kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya radhiallahu ‘anhum dan juga kaum mukminin yang beramal sholeh.
Kedua : Pernyataan Bpk Quraish Shihab ((Tapi buat kita, kiai sebesar dan setaat apapun jangan pastikan dia masuk surga. Sebaliknya manusia sedurhaka apapun jangan pastikan dia masuk neraka.))
Pernyataan ini benar tapi tidak secara mutlak. Kita tidak boleh menyatakan si fulan dan si fulan masuk surga bagaimanapun ketakwaannya kecuali yang telah dinyatakan oleh dalil al-Qur’an maupun as-Sunnah bahwa ia masuk surga. Sebagaimana telah lalu, banyak dalil yang menunjukkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dijamin masuk surga dan juga para sahabat.
Demikian pula halnya kita tidak boleh memastikan seseorang masuk neraka sedurhaka apapun kecuali yang telah dinyatakan oleh al-Qur’an dan as-Sunnah bahwa mereka masuk neraka. Diantaranya yang telah pasti masuk neraka adalah Fir’aun, Abu Lahab, kaum musyirikin yang terbunuh di perang Badr. Setelah Nabi menguburkan mereka dalam sumur-sumur lalu Nabi berkata :
(يا أبا جهل بن هشام ويا عتبة بن ربيعة، ويا شيبة بن ربيعة، ويا وليد بن عتبة)، أيسر كم أنكم أطعتم الله ورسوله؟ فإنا قد وجدنا ما وعدنا ربنا حقا، فهل وجدتهم ما وعدكم ربكم حقا؟
“Wahai Abu Jahl bin Hisyaam, wahai ‘Utbah bin Roabi’ah, wahai Syaibah bin Robi’ah, wahai Walid bin ‘Utbah) bukankah menyenangkan kalian jika kalian taat kepada Allah dan Rasulnya?. Sungguh kami telah mendapati bahwa janji Rob kami kepada kami adalah janji yang benar, maka apakah kalian mendapati bahwa janji Rob kalian terhadap kalian benar?” (HR Al-Bukhari no 4026, tanpa penyebutan nama-nama orang kafir di atas)
Nabi mengisyaratkan kepada firman Allah tentang pembicaraan penghuni surga dengan penghuni neraka
وَنَادَى أَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابَ النَّارِ أَنْ قَدْ وَجَدْنَا مَا وَعَدَنَا رَبُّنَا حَقًّا فَهَلْ وَجَدْتُمْ مَا وَعَدَ رَبُّكُمْ حَقًّا قَالُوا نَعَمْ فَأَذَّنَ مُؤَذِّنٌ بَيْنَهُمْ أَنْ لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ (٤٤)
Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada penghuni-penghuni neraka (dengan mengatakan): “Sesungguhnya Kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan Kami menjanjikannya kepada kami. Maka Apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)?” mereka (penduduk neraka) menjawab: “Betul”. kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu: “Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim” (QS Al-A’roof : 44)
Demikian pula orang-orang yang telah ditegakan hujjah kepada mereka dan mereka mati dalam keadaan kafir, maka kita pastikan mereka di neraka jahannam. Maka jangan sampai kita menyatakan kaum non muslim belum tentu masuk neraka?, sementara mereka telah mengenal Islam dan mudah bagi mereka untuk mengenal Islam, apalagi di zaman sekarang ini !!
Allah telah menyatakan paman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam Abu Tholib yang begitu baik dan selalu membela Nabi -akan tetapi meninggal dalam kondisi musyrik- sebagai penghuni neraka Jahannam
أن أبا طالب لما حضرته الوفاة دخل عليه النبي صلى الله عليه وسلم وعنده أبو جهل فقال أي عم قل لا إله إلا الله كلمة أحاج لك بها عند الله فقال أبو جهل وعبد الله بن أبي أمية يا أبا طالب ترغب عن ملة عبد المطلب فلم يزالا يكلمانه حتى قال آخر شيء كلمهم به على ملة عبد المطلب فقال النبي صلى الله عليه وسلم لأستغفرن لك ما لم أنه عنه فنزلت { ما كان للنبي والذين آمنوا أن يستغفروا للمشركين ولو كانوا أولي قربى من بعد ما تبين لهم أنهم أصحاب الجحيم }
“Tatkala Abu Tholib akan meninggal, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallampun menemuinya, namun di sisi Abu Tholib ada Abu Jahl. Maka Nabi berkata : “Wahai pamanku, ucapkanla Laa ilaaha illallahu, sebuah kalimat yang aku akan membelamu di sisi Allah”. Maka Abu Jahl dan Abdullah bin Abi Umayyah berkata : “Wahai Abu Tholib, apakah engkau benci dengan agamanya Abdul Muttholib?”. Dan mereka berdua terus berbicara kepada Abu Tholib hingga akhir perkataan Abu Tholib adalah ia tetap berada di atas agama Abdul Muthholib. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Sungguh aku akan memohonkan ampunan untukmu selama aku tidak dilarang”. Maka turunlah firman Allah
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
Tiadaklah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum Kerabat (Nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam. (QS At-Taubah : 113) (HR Al-Bukhari no 3884 dan Muslim no 24)
Allah dengan tegas memvonis bahwa Abu Tholib adalah penghuni neraka Jahannam meskipun selama hidupnya selalu membela keponakannya yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
عن أنس رضي الله عنه قال كان غلام يهودي يخدم النبي صلى الله عليه وسلم فمرض فأتاه النبي صلى الله عليه وسلم يعوده فقعد عند رأسه فقال له أسلم فنظر إلى أبيه وهو عنده فقال له أطع أبا القاسم صلى الله عليه وسلم فأسلم فخرج النبي صلى الله عليه وسلم وهو يقول الحمد لله الذي أنقذه من النار
Dari Anas radhiallahu ‘anhu ia berkata : “Ada seorang pemuda yahudi yang membantu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu pemuda tersebutpun sakit. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjenguknya. Lalu beliau duduk di dekat kepala pemuda yahudi tersebut dan berkata, “Masuk Islam-lah”. Lalu sang pemuda memandang kepada ayahnya yang berada di sisinya, maka ayahnya berkata, “Ta’atilah Abul Qosim (Nabi) shallallahu ‘alaihi wasallam”. Maka pemuda itupun masuk Islam, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keluar seraya berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari neraka” (HR Al-Bukhari no 1356)
Hadits ini sangat tegas menjelaskan, bahwa jika sang pemuda yahudi tersebut tidak masuk Islam maka iapun tidak akan selamat dari neraka Jahannam.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga dengan tegas berkata :
والذي نفس محمد بيده لا يسمع بي أحد من هذه الأمة يهودي ولا نصراني ثم يموت ولم يؤمن بالذي أرسلت به إلا كان من أصحاب النار
“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangannya, tidak seorangpun dari umatku, yahudi ataupun nashrani, yang mendengar tentang aku lalu ia mati dan tidak beriman terhadap apa yang aku diutus dengannya, kecuali ia termasuk penghuni neraka” (HR Muslim no 153)
Ini merupakan dalil yang sangat tegas bahwasanya hukum asal seorang yang meninggal bukan di atas Islam, sementara telah sampai hujjah kepadanya, maka ia adalah penghuni neraka.
جاء أعرابي إلى النبي صلى الله عليه و سلم فقال يا رسول الله إن أبي كان يصل الرحم وكان وكان فأين هو قال في النار …قال رسول الله صلى الله عليه و سلم حيثما مررت بقبر مشرك فبشره بالنار قال فأسلم الأعرابي بعد وقال لقد كلفني رسول الله صلى الله عليه و سلم تعبا ما مررت بقبر كافر إلا بشرته بالنار
Ada seorang arab badui menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu berkata : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ayahku (yang mati dalam kondisi musyrik-pen) dahulu menyambung silaturahmi, dan melakukan kebaikan kebaikan, maka dimanakah ayahku?”. Nabi berkata, “Di neraka“….
Rasulullah berkata kepadanya, “Kapan saja engkau melewati kuburan seorang musyrik maka kabarilah ia dengan neraka”.
Lalu arab badui tersebut masuk Islam setelah itu, dan arab badui tersebut berkata, “Sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menugaskan aku dengan pekerjaan yang berat, tidaklah aku melewati kuburan seorang kafir kecuali aku kabarkan ia dengan neraka” (HR Ibnu Maajah no 1278)
Sangatlah jelas bahwa hukum asal non muslim adalah di neraka, sehingga arab badui tersebut setiap kali melewati kuburan kafir/musyrik maka iapun menyatakan kepada penghuni kubur tersebut, “Selamat masuk neraka”.
Adapun pernyataan Bpk. Quraish Shihab <style=”color: #c00;”>((Jadi kita berkata dalam konteks surga dan neraka, tidak ada yang dijamin tuhan kecuali kita katakan bahwa tuhan menulis di dalam kitab sucinya bahwa yang taat itu akan mendapat surga)) menunjukkan seakan-akan kita tidak boleh memtakyin (menentukan/memvonis) orang tertentu untuk masuk surga atau masuk neraka, yang diperbolehkan adalah hanya dalam bentuk umum, yaitu barang siapa yang ta’at masuk surga, dan barang siapa yang durhaka masuk neraka, adapun menentukan/memvonis maka tidak diperbolehkan. Tentu aqidah Bpk Quraish Shihab ini merupakan aqidah yang salah dan bertentangan dengan dalil-dalil yang jelas di atas.
Ketiga : Pernyataan Quraish Shihab bahwa amal bukanlah sebab masuk surga.
Tatkala Bpk Qurais Shihab telah menyakiti hati-hati kaum muslimin dengan pernyataan kontroversialnya (Nabi tidak dijamin masuk surga), semestinya beliau segera minta maaf dan mengakui kesalahan ucapannya tersebut. Akan tetapi yang menyedihkan beliau malah berusaha membela diri dengan membuat pernyataan-pernyataan yang malah salah dan semakin membingungkan umat.
Beliau berkata ((Kepada yang meminta klarifikasi langsung, berikut jawaban saya:
Uraian tersebut dalam konteks penjelasan bahwa amal bukanlah sebab masuk surga, walau saya sampaikan juga bahwa kita yakin bahwa Rasulullah akan begini (masuk surga). Penjelasan saya berdasar hadist a.l.:
لاَ يَدْخُلُ أَحَدُكُمُ الْجَنَّةَ بِعَمَلِهِ، قِيْلَ : حَتَّى أَنْتَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ : حَتَّى أَنَا، إِلاَّ أَنْ يَتَغَمَّدَنِيَ اللهُ بِرَحْمَتِهِ
“Tidak seorang pun masuk surga karena amalnya. Sahabat bertanya “Engkau pun tidak?”, beliau menjawab “Saya pun tidak, kecuali berkat rahmat Allah kepadaku.”))
Sungguh ini merupakan pembelaan diri Bpk Quraish yang tidak pada tempatnya, karena merupakan perkara yang telah diketahui oleh seluruh kaum muslimin baik orang awam terlebih lagi para ulama, bahwasanya amal sholeh adalah sebab masuk surga. Ayat-ayat dalam al-Qur’an yang mengkaitkan antara amal sholeh dengan surga terlalu banyak dan amal keburukan dikaitkan dengan neraka. Demikian pula ayat-ayat yang menyatakan amal sholeh merupakan sebab masuk surga sebagaimana amal buruk merupakan sebab masuk neraka. Diantaranya firman Allah :
الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلائِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلامٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam Keadaan baik oleh Para Malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): “Salaamun’alaikum, masuklah kamu ke dalam syurga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan“. (QS An-Nahl : 32)
وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan Itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan. (QS Az-Zukhruf : 72)
كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
(Dikatakan kepada mereka): “Makan dan minumlah (di surga) dengan enak sebagai Balasan dari apa yang telah kamu kerjakan” (QS AT-Thuur : 19)
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي ظِلالٍ وَعُيُونٍ (٤١)وَفَوَاكِهَ مِمَّا يَشْتَهُونَ (٤٢)كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (٤٣)
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam naungan (yang teduh) dan (di sekitar) mata-mata air. Dan (mendapat) buah-buahan dari (macam-macam) yang mereka ingini. (Dikatakan kepada mereka): “Makan dan minumlah kamu (di surga) dengan enak karena apa yang telah kamu kerjakan”. (QS Al-Mursalaat : 41-43)
يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ فَأَمَّا الَّذِينَ اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ
Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): “Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu“. (QS Ali Imron : 106)
وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِمْ مِنْ غِلٍّ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الأنْهَارُ وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki Kami kepada (surga) ini. dan Kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi Kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang Rasul-rasul Tuhan Kami, membawa kebenaran.” dan diserukan kepada mereka: “ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan.” (QS Al-A’raaf : 43)
وَمَا كَانَ صَلاتُهُمْ عِنْدَ الْبَيْتِ إِلا مُكَاءً وَتَصْدِيَةً فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ
Sembahyang mereka di sekitar Baitullah itu, tidak lain hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu. (QS Al-Anfaal : 35)
ثُمَّ قِيلَ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا ذُوقُوا عَذَابَ الْخُلْدِ هَلْ تُجْزَوْنَ إِلا بِمَا كُنْتُمْ تَكْسِبُونَ
Kemudian dikatakan kepada orang-orang yang zalim (musyrik) itu: “Rasakanlah olehmu siksaan yang kekal; kamu tidak diberi Balasan melainkan dengan apa yang telah kamu kerjakan.” (QS Yunus : 52)
فَذُوقُوا بِمَا نَسِيتُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا إِنَّا نَسِينَاكُمْ وَذُوقُوا عَذَابَ الْخُلْدِ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Maka rasailah olehmu (siksa ini) disebabkan kamu melupakan akan Pertemuan dengan harimu ini. Sesungguhnya Kami telah melupakan kamu (pula) dan rasakanlah siksa yang kekal, disebabkan apa yang selalu kamu kerjakan. (QS As-Sajdah : 14)
Ayat-ayat di atas sangat jelas dan tegas bahwasanya amal merupakan sebab masuk surga dan juga sebab masuk neraka.
Adapun hadits yang dijadikan dalil oleh Bpk Quraish untuk menyatakan bahwa amal bukan merupakan sebab masuk surga, maka kritikannya pada beberapa sisi :
Pertama : Bpk Quraish yang konon merupakan pakar tafsir, telah menempuh metode tafsir yang keliru.
Metode tafsir yang benar adalah mengembalikan ayat-ayat yang mutasyabihat yang maknanya kurang jelas (terlebih lagi hadits-hadits) kepada ayat-ayat yang muhkam yang jelas dan tegas maknanya. Allah telah berfirman :
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلا اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلا أُولُو الألْبَابِ (٧)
Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, Itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, Padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (QS Ali Imron : 7)
Ayat-ayat muhkam -sebagaimana telah lalu penyebutannya- sangatlah jelas menyatakan bahwa amal merupakan sebab masuk surga atau sebab masuk neraka. Maka seharusnya hadits yang dijadikan argumen oleh Bpk. Quraish ditafsirkan dengan dikompromikan dengan ayat-ayat yang muhkam tersebut. Bukan malah sebaliknya ayat-ayat yang muhkam tersebut jadi hilang fungsinya hanya karena sebuah hadits.
Metode yang ditempuh oleh Bpk Qurasih dalam menafsirkan seperti ini, adalah metode yang ditempuh oleh para ahlul bid’ah baik dari kalangan khawarij, murjiah, jabriah, qodariyah, dll. Para ahlul bid’ah tersebut hanya berdalil dengan satu ayat, atau satu hadits, lalu menjatuhkan dan menggugurkan ayat-ayat muhkam yang begitu banyak.
Sebagai contoh, kaum khawarij berdalil dengan hadits ((Tidaklah seorang pezina tatkala berzina ia dalam kondisi mukmin…)) untuk menunjukkan bahwa pelaku dosa besar adalah kafir. Sementara terlalu banyak ayat dan hadits yang menyatakan bahwa pelaku zina tidaklah kafir akan tetapi hanya ditegakan hukum had kepadanya. Kaum murjiah berdalil dengan hadits ((Barang siapa yang meninggal dari umatku dalam kondisi tidak berbuat syirik kepada Allah sedikitpun maka iapun masuk surga, meskipun ia berzina, meskipun ia mencuri)) untuk menyatakan bahwa iman tempatnya di hati dan maksiat tidak akan mempengaruhi keimanan. Kaum Qodariyah berdalil dengan hadits ((Akan tetapi kedua orang tuanyalah yang menjadikan anaknya nashrani, atau yahudi, atau majusi)) untuk mengingkari taqdir Allah. Kaum Jabariyah berdalil dengan firman Allah ((Akan tetapi Allahlah yang melempar (bukan engkau)…)) untuk menyatakan bahwa manusia tidak memiliki kehendak.
Demikianlah metode penafsiran Ahlul Bid’ah secara umum, berdalil dengan ayat atau hadits yang mutasyabihat untuk menggugurkan ayat-ayat dan hadits-hadits yang muhkam, jelas, dan tegas maknanya.
Kedua : Tafsir dari hadits yang dijadikan argumen oleh Bpk Quraish
لاَ يَدْخُلُ أَحَدُكُمُ الْجَنَّةَ بِعَمَلِهِ، قِيْلَ : حَتَّى أَنْتَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ : حَتَّى أَنَا، إِلاَّ أَنْ يَتَغَمَّدَنِيَ اللهُ بِرَحْمَتِهِ
“Tidak seorang pun masuk surga karena amalnya. Sahabat bertanya “Engkau pun tidak?”, beliau menjawab “Saya pun tidak, kecuali berkat rahmat Allah kepadaku.
Para ulama telah menjelaskan makna hadits ini dengan metode penafsiran yang benar, yaitu dengan mengkompromikan maknanya dengan ayat-ayat yang muhkam.
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata :
وأما قوله تعالى ادخلوا الجنة كنتم تعملون وتلك الجنة التى أورثتموها بما كنتم تعملون ونحوهما من الآيات الدالة على أن الأعمال يدخل بها الجنة فلا يعارض هذه الأحاديث بل معنى الآيات أن دخول الجنة بسبب الأعمال ثم التوفيق للاعمال والهداية للاخلاص فيها وقبولها برحمة الله تعالى وفضله فيصح أنه لم يدخل بمجرد العمل وهو مراد الأحاديث ويصح أنه دخل بالأعمال أى بسببها وهى من الرحمة والله أعلم
“Adapun firman Allah ((Masuklah surga dengan sebab amalan yang kalian lakukan)) dan firman Allah ((ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan)) dan ayat-ayat semisalnya yang menunjukkan bahwa dengan sebab amal-lah seseorang masuk surga, maka ayat-ayat tersebut tidaklah bertentangan dengan hadits-hadits ini. Akan tetapi makna ayat-ayat tersebut adalah masuk surga dengan sebab amalan sholeh lalu dengan taufiq (dari Allah) untuk beramal sholeh, dan hidayah (dari Allah) untuk ikhlas dalam beramal, serta diterimanya amal sholeh tersebut dengan rahmat Alah ta’aalaa dan karuniaNya. Maka benarlah bahwasanya tidak masuk surga hanya dengan sekedar amal sholeh, dan inilah maksud hadits-hadits tersebut. Dan benarlah bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam masuk surga dengan amal sholeh yaitu dengan dengan sebab amal sholeh, dan ini dari rahmat Allah. Wallahu A’lam” (Al-Minhaaj Syarh Shahih Muslim 17/160-161)
Ketiga : Pernyataan Bpk Quraish “Amal bukan sebab masuk surga” adalah pernyataan yang membingungkan umat. Mungkin Bpk Quraish bermaksud menyatakan bahwa sebab masuk surga adalah rahmat Allah sebagaimana yang ditunjukkan oleh hadits. Namun pada hakekatnya tidak bisa dipisahkan antara amal dengan rahmat. Kalau kita bertanya kepada Bpk Quraish, jika rahmat merupakan sebab masuk surga, lantas dengan sebab apa kita bisa meraih rahmat Allah?. Tentu tidak diragukan lagi jawabannya adalah : “Surga diraih dengan sebab rahmat Allah, dan rahmat Allah diraih dengan sebab amal sholeh”.
Maka kembalilah maknanya sebab meraih surga adalah amal sholeh !!
Keempat : Yang anehnya, Bpk Quraish Shihab berdalil dengan hadits di atas untuk menyatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak dijamin masuk surga, padahal justru hadits ini merupakan dalil yang tegas bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah dijamin masuk surga. Karena di akhir hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berakata, ((Akan tetapi berkat rahmat Allah (saya masuk surga)…))
Penutup
Sungguh sangat disayangkan seseorang sekelas Bpk Quraish Shihab berani membuat pernyataan-pernyataan yang kotroversial yang membingungkan umat Islam di tanah air. Terlebih pernyataan-pernyataannya yang menyakitkan banyak kaum muslimin seperti “Jilbab tidak wajib” dan “Nabi tidak dijamin masuk surga”. Ini merupakan bentuk kenekatan dan keberanian yang luar biasa.
Saya ingin bertanya kepada Bpk Quraish atau kepada orang-orang yang fanatik buta kepada beliau, tolong tunjukan kepada kita adakah ulama Islam yang pernah menyatakan bahwa jilbab tidak wajib??, tentunya Bpk Quraish Shihab hanya berpegang dengan perkataan sebagian pemikir kontemporer zaman ini, padahal jelas-jelas menyelisihi ijmak ulama. Apakah setiap pendapat yang nyleneh lantas dijadikan pegangan?
Demikian juga tolong sebutkan satu saja ulama??, bahkan satu saja orang Islam awam sejak zaman Nabi Muhammad hingga tahun 2014 yang berani menyatakan bahwa “Muhammad tidak dijamin masuk surga?”
Berambung insya Allah…
Ditulis oleh hamba Allah yang mengharapkan ampunan dan rahmatNya :
Firanda Andirja Abidin
Di rumah kediaman, Cileungsi, 31 Juli 2014 M – 4 syawwal 1435 H
silahkan baca juga artikel KERANCUAN Prof. DR QURAISY SYIHAB dalam Membolehkan “Selamat Natalan”
Semoga Allah menjaga antum dan memberikan keistiqomahan kpd antum ustadz..
Dari hamba Allah yang mencitai engkau krn Allah, insya Allah.
barokallohu fiikum ustadz….semoga Alloh menjaga mu……
subhanalloh…..
barakallahufiik ustadz…ijin share
berderetnya titel sseorang bukan jaminan pendapatnya benar. jazakallah khoir ustad.
Alhamdulillah,ada pembela sunah,syukron ustadz Firanda.
Barakallahu
Assalamu’alaikum …. barakallahu fiik ustadz atas pencerahannya … bagi kita orang awam memang membingungkan dan “kelihatannya/rasa2nya/seolah2 benar” namun setelah dikaji lebih jauh terdapat kontroversial ….
semoga Mr. QS dapat diberikan hidayah akan tanggung jawab “ilmu” yang dimilikinya dan lebih “bijaksana” dalam menafsirkan berdasarkan dalil sohih yang bisa dijadikan hujjah …..
wassalamu’alaikum …
Barokallohu fiikum ustadz….
mari kita do’akan semoga Bpk Quraish Shihab mendapat taufiq dan hidayah-Nya
IJIN SHARE USTADZ
Barakallahu
Suqroon ustadz semoga allah memberikan hidayah kepadanya dan kita semua amin
Alhamdulillah masi ada orang-orang yang perduli ummat Nabi Muhammad saw. Syukron
بارك الله فيك
أحبك في الله