ArtMagz
  • Home
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Ebook
  • Bantahan
No Result
View All Result
ArtMagz
  • Home
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Ebook
  • Bantahan
No Result
View All Result
ArtMagz
No Result
View All Result
Home AQIDAH

“DIBALIK” UCAPAN SELAMAT HARI NATAL

admin by admin
Desember 20, 2019
in AQIDAH
19
“DIBALIK” UCAPAN SELAMAT HARI NATAL
Share on FacebookShare on Twitter

Cukup mengagetkan hati tatkala melihat semangat sebagian “kiyai” atau “wali” dari kalangan aswaja dalam memberi ucapan “selamat natal” kepada kaum Nasrani. Bahkan tatkala Gus Dur dalam kondisi kritis dan menjelang wafatnya, maka beliau masih sempat mengucapkan selamat natal, sebagaimana dituturkan oleh putri beliau Inayah Wahid. Ia berkata:

((Saat itu, kondisi ayahnya yang makin kritis saat berbaring di rumah sakit. Teman, rekan, sahabat Gus Dur dari kalangan nasrani, datang menjenguk, bertepatan dengan Hari Natal, 25 Desember. “Dengan kondisi yang sakit, Gus Dur masih bisa mengucapkan selamat Natal. Ucapan itu persis pada pada tanggal 25 Desember.)), sebagaimana dinukil dari http://www.tribunnews.com/2011/01/01/gus-dur-masih-bisa-ucapkan-selamat-natal)

Demikian juga semangat mengucapkan natal disampaikan oleh Gus Sholah, sebagaimana dituturkan oleh Tribun News:
((Cendekiawan Muslim Salahuddin Wahid mengatakan, umat Islam sah-sah saja mengucapkan Natal kepada umat Kristiani. Pasalnya, tidak ada dasar yang melarang Muslim mengucapkan natal. “Mengucapkan Natal adalah bentuk ungkapan saling menghormati antarpemeluk agama,” kata pria yang akrab disapa Gus Sholah itu, Kamis (20/12/2012))), http://www.tribunnews.com/2012/12/20/gus-sholah-tak-ada-larangan-muslim-ucapkan-selamat-natal,).
Padahal ketua MUI telah melarang mengucapkan selamat natal (http://www.tempo.co/read/news/2012/12/20/173449329/MUI-Umat-Islam-Tidak-Usah-Ucapkan-Selamat-Natal)

Hari natal adalah hari perayaan kaum Nashrani. Apa sih yang sedang mereka rayakan?, yang sedang mereka gembirakan??. Tentunya semua kaum Nashrani –dari Sabang sampai Merauke- sepakat bahwa mereka sedang merayakan hari kelahiran tuhan dan sesembahan mereka. Mereka tidak sedang merayakan kelahiran Yesus sebagai seorang nabi, akan tetapi merayakan kelahiran Yesus sebagai “Tuhan” atau “Anak Tuhan”. Coba kita renungkan dengan akal sehat…, tatkala seorang muslim mengucapkan selamat kepada mereka, apakah yang dipahami oleh mereka?, apakah mereka memahami seorang muslim sedang menyatakan, “Selamat atas kelahiran Yesus sebagai seorang Nabi?”. Tentunya sama sekali tidak !!!, karena jika mereka memahami demikian tentunya mereka akan ngamuk dan merasa dihina oleh seorang muslim….
Karenanya…mengucapkan selamat hari natal menimbulkan kelaziman-kelaziman yang sangat buruk…

Related Post

tafsir surat al-kafirun

Membedah Tafsir Surat Al-Kafirun dalam Menyikapi Toleransi Kebablasan Saat Ini

Desember 17, 2021

((Selamat Hari Natal = Selamat hari lahirnya “tuhan” kalian = selamat menyembah salib = selamat kalau Allah punya anak = selamat bertrinitas = selamat memusuhi agama tauhid (Islam) = Selamat bahagia dengan bangkitnya kaum salibis yang senantiasa mengharapkan hancurnya Islam))

Ucapan selamat natal lebih parah daripada ucapan: Selamat berzina…, selamat mabuk…, selamat mencuri…, selamat membunuh…, selamat korupsi…, karena dosa terbesar adalah dosa kesyirikan…

Akan tetapi masih banyak kaum muslimin yang tidak menyadarinya…!!!!

Apa yang saya simpulkan di atas ternyata telah jauh-jauh diperingatkan oleh para ulama. Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya “Ahkaam Ahli Adz-Dzimmah” berkata:

وأما التهنئة بشعائر الكفر المختصة به فحرام بالاتفاق مثل أن يهنئهم بأعيادهم وصومهم فيقول عيد مبارك عليك أو تهنأ بهذا العيد ونحوه فهذا إن سلم قائله من الكفر فهو من المحرمات وهو بمنزلة أن يهنئه بسجوده للصليب بل ذلك أعظم إثما عند الله وأشد مقتا من التهنئة بشرب الخمر وقتل النفس وارتكاب الفرج الحرام ونحوه. وكثير ممن لا قدر للدين عنده يقع في ذلك ولا يدري قبح ما فعل

“Adapun memberi selamat terhadap perayaan-perayaan kufur yang khusus maka hukumnya haram berdasarkan kesepakatan (para ulama) seperti seseorang (muslim) memberi selamat kepada mereka (orang-orang kafir) atas perayaan-perayaan mereka. Maka ia berkata “Perayaan yang diberkahi atasmu…” atau “Selamat gembira dengan perayaan ini” atau yang semisalnya. Maka perbuatan seperti ini –kalau pengucapnya selamat dari kekufuran- maka perbuatan ini merupakan keharaman, dan kedudukannya seperti jika ia memberi ucapan selamat kepada orang yang sujud ke salib. Bahkan hal ini lebih parah dosanya di sisi Allah dan lebih di murkai dari pada jika ia mengucapkan selamat kepada orang yang minum khomr (bir) atau membunuh orang lain, atau melakukan zina dan yang semisalnya. Banyak orang yang tidak memiliki ilmu agama yang cukup terjerumus dalam hal ini, dan mereka tidak tahu akan buruknya perbuatan mereka.” (Ahkaam Ahli Adz-Dzimmah 1/441, tahqiq : Yusuf bin Ahmad Al-Bakry dan Syaakir bin Taufiiq, cetakan Romaady li An-Nasyr, cetakan pertama 1418 H/1997 M)

Seseorang hendaknya mencari keridoan Allah ta’ala, dengan mencintai apa yang dicintai oleh Allah dan murka terhadap apa yang dimurkai oleh Allah. Allah sangat murka dengan pernyataan bahwa Yesus adalah anak Allah.

وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا (٨٨) لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا (٨٩) تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الأرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا (٩٠) أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا

“Dan mereka berkata: “Tuhan yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak”. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah karena Ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka menda’wakan Allah yang Maha Pemurah mempunyai anak.” (QS Maryam : 88-91)

Allah menggambarkan rusaknya keyakinan Allah punya anak dengan menyatakan bahwa pernyataan tersebut hampir-hampir menjadikan benda-benda mati yang megah seperti langit, bumi, dan gunung hancur karena betapa mungkarnya pernyataan tersebut. Lantas kemudian kaum Nasrani bergembira dengan pernyataan tersebut…Lantas sebagian kaum muslimin ikut mengucapkan “Selamat” atas keyakinan yang batil ini, yang merupakan puncak kesyirikan !!!!

Tidak diragukan lagi bagi orang yang berakal/waras bahwasanya jika seseorang berkata kepada orang lain, “Selamat berzina” sambil mengirimkan kartu uacapan selamat, disertai senyuman tatkala mengucapkannya, maka tidak diragukan lagi bahwasanya menunjukan ia ridho dengan “zina” tersebut. Dan itulah yang dipahami oleh sang pelaku zina.

Lantas jika ada orang yang mengucapkan “Selamat hari natal” bukankah ini menunjukan ia ridho denga acara kesyirikan dan kekufuran tersebut??. Ucapan selamat seperti ini, tidak diragukan lagi secara dzohir menunjukan keridhoan !!!

Dari sinilah kenapa para ulama mengharamkan ucapan “selamat natal”. Meskipun –sebagaimana yang dinyatakan oleh Ibnul Qoyyim- bahwasanya kebanyakan orang yang mengucapkannya tidak bermaksud demikian, dan tidak bermaksud ridho dengan kekufuran dan kesyirikan.

Donation

Buy author a coffee

Donate
Tags: hukum mengucapkan natalnatalucapan natal
admin

admin

Related Posts

tafsir surat al-kafirun
AL QURAN

Membedah Tafsir Surat Al-Kafirun dalam Menyikapi Toleransi Kebablasan Saat Ini

by admin
Desember 17, 2021
Next Post

TIGA PERKARA YANG DZOHIRNYA BERTENTANGAN DENGAN HAKEKATNYA

Comments 19

  1. farista std says:
    12 tahun ago

    ALLAH musta’an

    Balas
  2. Jakius says:
    12 tahun ago

    Anda tidak tahu dengan apa yang telah Anda katakan

    Balas
    • abi yazid says:
      12 tahun ago

      [quote name=”Jakius”]Anda tidak tahu dengan apa yang telah Anda katakan[/quote]

      saya ga paham maksud anda
      jika anda lebih tahu… beritahu yang tidak tahu

      Balas
  3. mon says:
    12 tahun ago

    menrut saya klo seperti itu mending tinggal di negara timur aja.

    Balas
    • dodol says:
      12 tahun ago

      lagi cari ulama yang mengatakan boleh mengucapkan natal ya pak? butuh pengakuan dari islam? saya sendiri orang islam kalau anda tidak mengucapkan selamat idul fitri tidak masalah kok….kok anda tidak pede dalam beragama?

      Balas
  4. Rolland says:
    12 tahun ago

    Bhineka tunggal ika bro,.. dari perbedaan kita belajar tenggang rasa, hormat menghormati, hidup kaya warna.. k’lo cuma 1 warna saja gak ada pelangi sehabis hujan #wassalam, damai sejahtera bagi kita semua 1 nusa, 1 bangsa, _Indonesia_

    Balas
    • bulky biya says:
      12 tahun ago

      Gak ada pelangi juga gak apa2 kok

      Balas
      • abu nurqadar says:
        12 tahun ago

        iya bro…pelangi khan fatamorgana yaa

        Balas
    • Tommi says:
      12 tahun ago

      [quote name=”Rolland”]Bhineka tunggal ika bro,.. dari perbedaan kita belajar tenggang rasa, hormat menghormati, hidup kaya warna.. k’lo cuma 1 warna saja gak ada pelangi sehabis hujan #wassalam, damai sejahtera bagi kita semua 1 nusa, 1 bangsa, _Indonesia_[/quote]

      Dalam beragama ga butuh pelangi mas

      Balas
    • abi yazid says:
      12 tahun ago

      masalahnya adalah perbedaan aqidah, bagaimana bisa kita rela jika Nabi Isa Alaihissallam dijadikan anak Tuhan.

      Balas
    • Bandaro Sati says:
      12 tahun ago

      Justru dengan bhineka tunggal ika bro kita saling menghormati. Saya menghormati bro sekalian tidak mengucapkan selamat idul fitri atau idul adha. Tolong juga hormati kita yang tidak mau mengucapkan selamat natal, dengan alasan tidak sesuai dengan keyakinan kita.. Menghormati bukan harus saling kasih selamat bro.

      Balas
    • Bandaro Sati says:
      12 tahun ago

      Menghormati bukan harus saling memberi selamat bro, kita juga ga masalah bro ga kasih selamat di hari raya kita.. Deal??

      Balas
  5. Toyib says:
    12 tahun ago

    Toyib

    Balas
  6. Iyos says:
    12 tahun ago

    Izin Share, moga bisa membuka mata saudara kita yang belum tahu.
    Jazakallah

    Balas
  7. Riki says:
    12 tahun ago

    Indonesia bicara Toleransi,. Jika Agama Islam melarang ucapan selamat kepada perayaan agama lain, disinilah Toleransi diuji, apakah umat agama lain memiliki rasa toleransi terhadap agama Islam. Jika mereka protes terhadap fatwa MUI, menunjukkan mereka tidak memiliki toleransi! Silahkan nilai sendiri.

    Balas
  8. Hamba Allah says:
    12 tahun ago

    Berilmu sebelum berbuat dan berucap itu lebih mulia.

    Balas
  9. har says:
    12 tahun ago

    Dalam kehidupan pelangi oke2 aja.
    Tapi tidak dalam aqidah !

    Balas
    • dzulqornain_Lombok says:
      11 tahun ago

      uwafiq

      Balas
  10. Supian Suri says:
    11 tahun ago

    Ust, gimana kalau ada orang yang merayaka natal, terus di minta di bikinkan makan dengan ketentuan di nembayar / beli sama kita (muslim) apakah di bolehkan .Sukran

    Balas

Tinggalkan Balasan ke bulky biya Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pos-pos Terbaru

  • Anjuran Mendamaikan yang Bersengketa
  • Allah Tidak Menerima Sesajen yang Mengandung Kesyirikan – Faidah Tafsir Surat Al-An’am: 13
  • Jadwal Siaran UF Live 24 di YouTube – Januari 2023

Categories

  • ADAB DAN AKHLAK
  • AL QURAN
  • AQIDAH
  • BANTAHAN
  • BELAJAR BAHASA ARAB
  • DOA DAN DZIKIR
  • EBOOK
  • FIQIH
  • FIRQAH
  • HADIS
  • HAJI DAN UMROH
  • HALAL HARAM
  • INFO
  • JADWAL UFA24 LIVE
  • KELUARGA
  • KHOTBAH NABAWI
  • KHUTBAH
  • KISAH
  • KITABUL JAMI'
  • MANHAJ
  • NASIHAT
  • PUASA
  • RAMADHAN
  • SHALAT
  • SIROH NABI
  • STATUS FACEBOOK
  • TANYA-JAWAB
  • TASHFIYAH
  • THAHARAH
  • UN
  • Uncategorized
  • uncategory
  • USHUL FIQH
  • VIDEO

Copyright © 2025 Firanda Andirja Official

No Result
View All Result
  • Home
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Ebook
  • Bantahan

Copyright © 2025 Firanda Andirja Official