عن ابن عباس سمع عمر رضي الله عنه يقول على المنبر سمعت النبي صلى الله عليه وسلم يقول لا تطروني كما أطرت النصارى بن مريم فإنما أنا عبده فقولوا عبد الله ورسوله
Dari Ibnu Abbas, dia mendengat Umar berkata di atas mimbar, “Saya mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian terlalu berlebih-lebihan kepadaku sebagaimana orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan kepada Isa bin Maryam, sesunggunhya aku hanyalah seorang hamba Allah maka katakanlah hamba Allah dan RasulNya” HR Al-Bukhari no 3445, 6830
Perkataan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam “Sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba Allah” menunjukan bahwa beliau hanyalah manusia biasa, demikian juga para nabi yang lain. Oleh karena itu para nabi makan, minum, beristri, memiliki keturunan, mereka juga ditimpa dengan penyakit, mereka meninggal, bahkan ada di antara mereka yang dibunuh.
· Dalil-dalil yang menunjukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang manusia sangat banyak, di antaranya:
(ُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ﴾ (الكهف: من الآية110)
Katakanlah:”Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku…” (QS 18:110).
(قُلْ سُبْحَانَ رَبِّي هَلْ كُنْتُ إِلَّا بَشَراً رَسُولاً﴾ (الاسراء:93)
Katakanlah:”Maha suci Rabbku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul” (QS. 17:93).
Kedua ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah memerintahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menyampaikan kepada umatnya bahwa dia adalah seorang manusia biasa seperti mereka
(وَقَالُوا مَالِ هَذَا الرَّسُولِ يَأْكُلُ الطَّعَامَ وَيَمْشِي فِي الْأَسْوَاقِ لَوْلا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مَلَكٌ فَيَكُونَ مَعَهُ نَذِيراً﴾ (الفرقان:7)
Dan mereka berkata:”Mengapa Rasul ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan bersama-sama dengan dia, (QS. 25:7)
Berkata Ibnu Katsir, “Allah mengabarkan tentang keras kepalanya orang-orang kafir dan pembangkangan mereka serta pendustaan mereka terhadap kebenaran tanpa hujjah dan dalil dari mereka. Mereka hanya bisa beralasan (untuk mendustakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) dengan perkataan mereka, “Mengapa ada Rasul yang makan makanan sebagaimana kami juga memakan makanan dan ia membutuhkan makanan sebagaimana kami, dan ia berjalan di pasar yaitu dia bolak-balik ke pasar dalam rangka mencari penghasilan dan untuk berdagang” Ayat ini jelas menunjukan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti manusia yang lainnya, tidak sebagaimana perkataan sebagian orang yang mengatakan bahwa tubuh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terang mengeluarkan cahaya sehingga beliau tidak memiliki bayangan karena cahaya matahari terpantul terkena cahaya tubuh beliau. Bantahan akan hal ini sebagai berikut:
– Kalau seandainya demikian tentunya orang-orang kafir akan langsung beriman karena melihat cahaya tubuh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena mereka tahu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bukanlah manusia biasa. Namun kenyataannya mereka mendustakan kerasulan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan alasan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak ada bedanya dengan mereka sama-sama manusia, sebagaimana hal ini juga dikatakan kepada nabi-nabi terdahulu
(قَالُوا مَا أَنْتُمْ إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُنَا وَمَا أَنْزَلَ الرَّحْمَنُ مِنْ شَيْءٍ إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا تَكْذِبُونَ)
”Mereka menjawab:”Kalian tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah Yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatupun, kalian tidak lain hanyalah para pendusta belaka”. (QS. 36:15)
– Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di payungi tatkala melempar jumroh Aqobah
عن يحيى بن الحصين عن أم الحصين جدته قالت حججت مع رسول الله صلى الله عليه وسلم حجة الوداع فرأيت أسامة وبلالا وأحدهما آخذ بخطام ناقة النبي صلى الله عليه وسلم والآخر رافع ثوبه يستره من الحر (و في رواية: من الشمس) حتى رمى جمرة العقبة
Dari Yahya bin Al-Hushoin dari nenek beliau Ummul Hushoin, ia berkata, “Aku berhaji bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu haji wada’ maka aku melihat Usamah dan Bilal, salah satu dari mereka berdua memegang kendali unta Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan yang lainnya mengangkat bajunya menutupi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena panas (dalam riwayat yang lain[1] : karena matahari) hingga Nabi selesai melempar jumroh Aqobah”[2]
Kalau memang tubuh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bercahaya sehingga cahaya matahari terpantul dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memiliki bayangan tentunya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak butuh untuk dipayungi karena ia tidak akan merasa kepanasan karena terik matahari.
– Kisah ‘Aisyah yang berbaring di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala beliau sholat.
عن عائشة زوج النبي صلى الله عليه وسلم أنها قالت كنت أنام بين يدي رسول الله صلى الله عليه وسلم ورجلاي في قبلته فإذا سجد غمزني فقبضت رجلي فإذا قام بسطتهما قالت والبيوت يومئذ ليس فيها مصابيح
Dari ‘Aisyah Istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Saya tidur di depan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kedua kakiku berada di kiblatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (yaitu ditempat sujud beliau). Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sujud maka beliau memegangku maka akupun melipat kedua kakiku, dan jika ia telah berdiri maka aku kembali menjulurkan kedua kakiku”. Aisyah berkata, “Pada waktu itu rumah-rumah belum ada lampunya”[3]
Berkata Imam An-Nawawi mengomentari perkataan Aisyah “Pada waktu itu rumah-rumah belum ada lampunya”, “Aisyah menyampaikan alasannya, ia berkata “Seandainya jika di rumah-rumah ada lampunya maka aku sudah melipat kedua kakiku tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak sujud sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak butuh untuk menyentuhku (mengisyaratkan kepadaku bahwa ia ingin sujud)”[4]. Hadits ini jelas sekali menunjukkan bahwa tubuh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengeluarkan cahaya, karena kalau mengeluarkan cahaya tentunya ‘Aisyah tidak butuh lagi terhadap lampu.
(وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَيَمْشُونَ فِي الْأَسْوَاقِ وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيراً﴾ (الفرقان:20)
“Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelum kamu, melainkan mereka memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar.Dan Kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi yang lain. Sanggupkah kamu bersabar Dan Rabbmu Maha Melihat”. (QS. 25:20)
(وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلاً مِنْ قَبْلِكَ وَجَعَلْنَا لَهُمْ أَزْوَاجاً وَذُرِّيَّةً ﴾(الرعد:38)
”Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan.”. (QS. 13:38)
(إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ﴾ (الزمر:30)
“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)”. (QS. 39:30)
( وَقَتْلَهُمُ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ ﴾ (آل عمران: من الآية181) ﴿ وَقَتْلِهِمُ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ﴾ (النساء: من الآية155)
“…dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar..” (QS 3:181, 4:155)
· Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengetahui ilmu goib (kecuali sebagian ilmu goib yang Allah kabarkan kepadanya), diantara dalil-dalil akan hal ini:
قُلْ لا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ الْغَيْبَ إِلا اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
Katakanlah:”Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan. (QS. 27:65)
(إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَداً وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ﴾ (لقمان:34)
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. 31:34)
عن الرُّبَيِّعِ بنت مُعَوِّذٍ قالت دخل علي النبي صلى الله عليه وسلم غداةَ بُنِيَ عَلَيَّ فجلس على فراشي كمَجْلََِسِك مني وجُوَيْرِيَات يضربن بالدف يندُبْنَ من قتل من آبائهن يوم بدر حتى قالت جارية وفينا نبي يعلم ما في غد فقال النبي صلى الله عليه وسلم لا تقولي هكذا وقولي ما كنت تقولين
Dari Ar-Rubayyi’ binti Mu’awwidz, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang menemuiku di pagi hari dimana aku diserahkan[5] kepada suamiku, lalu ia duduk di tempat tidurku ini sebagaimana engkau (Kholid bin Dzakwan)[6] duduk dihadapanku sekarang, dan anak-anak wanita kecil sedang menandungkan sya’ir-sya’ir yang berisi pujian-pujian terhadap bapak-bapak mereka yang meninggal pada waktu perang Badar hingga ada salah seorang anak yang berkata, “Dan bersama kami seorang Nabi yang mengetahui apa yang akan terjadi besok”. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata kepada anak itu, “Janganlah engkau berucap demikian, ucapkanlah apa yang tadi telah engkau ucapkan (yaitu sya’ir-sya’ir yang berisi puji-pujian)”[7]
(قُُلْ لا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعاً وَلا ضَرّاً إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ﴾(لأعراف:188)
Katakanlah:”Aku tidak berkuasa menarik kemanfa’atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”. (QS. 7:188)
Oleh karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengetahui apa yang akan terjadi di masa datang maka beliaupun ditimpa dengan kemudhorotan. Di antaranya beliau memakan kambing yang merupakan hadiah dari seorang wanita yahudi yang diberi racun.
أن يهودية من أهل خيبر سمت شاة مصلية ثم أهدتها لرسول الله صلى الله عليه وسلم فأخذ رسول الله صلى الله عليه وسلم الذراع فأكل منها وأكل رهط من أصحابه معه ثم قال لهم رسول الله صلى الله عليه وسلم ارفعوا أيديكم وأرسل رسول الله صلى الله عليه وسلم إلى اليهودية فدعاها فقال لها أسممت هذه الشاة قالت اليهودية من أخبرك قال أخبرتني هذه في يدي للذراع قالت نعم قال فما أردت إلى ذلك قالت قلت إن كان نبيا فلن يضره وإن لم يكن استرحنا منه فعفا عنها رسول الله صلى الله عليه وسلم ولم يعاقبها وتوفي بعض أصحابه الذين أكلوا من الشاة وأحتجم رسول الله صلى الله عليه وسلم على كاهله من أجل الذي أكل من الشاة حجمه أبو هند بالقرن والشفرة وهو مولى لبني بياضة من الأنصار
Dari Jabir bin Abdillah bahwasanya ada seorang wanita yahudi dari penduduk Khaibar meletakkan racun pada kambing pangang kemudian menghadiahkannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil paha kambing tersebut dan memakannya. Sekelompok sahabat (kurang dari 10 orang) ikut memakan kambing beracun tersebut bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian (tatkala sedang makan) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada mereka, “Angkat tangan-tangan kalian (yaitu berhenti makan)!”. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus seseorang kepada wanita yahudi tersebut untuk memanggilnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada wanita itu, “Apakah engkau meletakkan racun pada kambing ini?”, wanita tersebut berkata, “Siapakah yang mengabarkanmu?”, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Paha kambing ini yang mengabarkan aku”. Wanita itu berkata, “Iya (akulah meletakkan racun)”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Apa yang engkau kehendaki?”, wanita itu berkata, “Aku berkata seandainya orang ini (yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) adalah seorang Nabi maka racun ini tidak akan membahayakannya, dan jika ia bukan seorang nabi maka kami akan beristirahat darinya (karena akan mati setelah teracuni)”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memaafkan wanita tersebut dan tidak menghukumnya. Sebagian sahabat yang ikut memakan kambing beracun itu meninggal. Aku membekam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada bagian atas punggung beliau karena racun yang dimakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut dan Abu Hind (seorang budak milik bani Bayadhoh dari kaum Ansor) membekam Rasulullah di tempat yang bernama Al-Qorn dengan menggunakan pisau yang lebar”[8]
‘Ikrimah mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berbekam dan ia dalam keadaan muhrim karena memakan kambing beracun yang berasal dari seorang wanita. Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masih terus merasakan sakitnya” As-Sunan Al-Kubro 4/377
Hadits ini jelas menunjukan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sama sekali tidak mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan, jangankan besok hari bahkan satu detik di masa depan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak tahu apa yang akan terjadi. Kalau Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tahu mestinya dia tidak akan memasukkan secuil dagingpun dalam mulut beliau, apalagi sampai membiarkan sebagian para sahabatnya meninggal karena memakan kambing beracun tersebut.
Contoh yang lain adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terluka tatkala perang Uhud.
عن سهل قال لما كسرت بيضة النبي صلى الله عليه وسلم على رأسه وأدمي وجهه وكسرت رباعيته وكان علي يختلف بالماء في المجن وكانت فاطمة تغسله فلما رأت الدم يزيد على الماء كثرة عمدت إلى حصير فأحرقتها وألصقتها على جرحه فرقأ الدم
Dari Sahl –semoga Allah meridhainya-, ia berkata, “Tatkala pecah pelindung kepala Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan wajah beliau berdarah dan pecah gigi seri beliau Ali bolak-balik mengambil air dengan menggunakan perisai (sebagai wadah air) dan Fatimah mencuci darah yang ada di wajah beliau. Tatkala Fatimah melihat darah semakin banyak lebih daripada airnya maka Fatimahpun mengambil hasir (yaitu tikar yang terbuat dari daun) lalu diapun merobeknya dan menempelkan robekan tersebut pada luka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka berhentilah aliran darar” HR Al-Bukhari no 2903
Kalau memang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahui ilmu goib tentunya ia tidak akan terluka demikian parahnya apalagi sampai banyak dari para sahabat yang terbunuh tatkala perang Uhud, karena kalau ia tahu ilmu goib maka ia akan mengetahui siasat apa yang digunakan oleh orang-orang musyrik tatkala perang.
Contoh yang lain tatkala Aisyah kehilangan kalungnya tatkala itu ia sedang dalam perjalanan di malam hari bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya (termasuk ayahnya Abu Bakar As-Siddiq). Mereka saat itu tidak memiliki air yang cukup untuk berwudlu kemudian perjalanan terhenti (atas perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) demi untuk mencari kalung Aisyah yang hilang tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus sebagian para sahabatnya untuk mencari kalung tersebut. Orang-orang mendatangi Abu Bakar mengeluh atas apa yang terjadi gara-gara Aisyah. Abu Bakarpun mencela Aisyah. Hingga tatkala subuh hari dan tiba waktu sholat mereka mencari air untuk berwudlu namun mereka tidak mendapatkan air maka turunlah ayat tentang bolehnya tayammum. Lihat kisah selengkapnya dalam HR Al-Bukhari no 334
Renungkanlah…jangankan apa yang akan terjadi di masa depan, bahkan apa yang terjadi di masa yang di alami Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau juga tidak tahu. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak tahu dimana kalung Aisyah yang hilang, bahkan beliau memerintahkan para sahabat untuk mencari kalung tersebut. Kalau beliau mengetahui dimana letak barang hilang (sebagaimana pengakuan sebagian orang-orang yang mengaku-ngaku diri mereka adalah wali) tentunya beliau tidak perlu repot-repot semalaman mencari kalung hilang tersebut.
Contoh yang lain, kisah tentang tuduhan terhadap Aisyah bahwa ia telah berbuat serong bersama Sofwan bin Al-Mu’aththil As-Sulami. Kemudian tersebar berita ini di kota Madinah dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun tidak mengetahui hakekat kejadian yang sebenarnya. Beliaupun tidak meminta kepada jin untuk mencari berita. Hingga akhirnya Allah yang memberitahu beliau bahwa berita tersebut tidak benar. Lihat kisah selengkapnya dalam HR Al-Bukhari no 4141
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إني لم أومر أن أنقب قلوب الناس ولا أشق بطونهم
“Sesungguhnya aku tidak diperintah untuk memeriksa isi hati manusia dan membelah perut mereka” HR Al-Bukhari no 4351
عن أسامة قال بعثنا رسول الله صلى الله عليه وسلم في سرية فصبحنا الحرقات من جهينة فأدركت رجلا فقال لا إله إلا الله فطعنته فوقع في نفسي من ذلك فذكرته للنبي صلى الله عليه وسلم فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم أقال لا إله إلا الله وقتلته قال قلت يا رسول الله إنما قالها خوفا من السلاح قال أفلا شققت عن قلبه حتى تعلم أقالها أم لا فما زال يكررها علي حتى تمنيت أني أسلمت يومئذ
Dari Usamah bin Zaid ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus kami bersama pasukan kecil maka kamipun menyerang beberapa dusun dari qobilah Juhainah, maka akupun berhadapan dengan seseorang (tatkala dia telah kalah dan akan aku bunuh) dia mengucapkan la ilaha illallah, akupun tetap menikamnya. Namun setelah itu aku merasa tidak enak akan hal itu maka akupun menceritakan hal itu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Apakah ia mengucapkan la ilha illallah lantas engkau tetap membunuhnya??”. Aku berkata, “Ya Rasulullah, dia mengucapkannya hanya karena takut pedangku!”, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Mengapa engkau tidak membelah hatinya hingga engkau tahu bahwa dia mengucapkannya karena takut atau tidak!?”. Berkata Usamah, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terus mengulang-ngulang perkataannya kepadaku itu hingga aku berangan-angan seandainya aku baru masuk Islam saat itu” HR Muslim 1/96
Ibnu Hajar berkata, “Rasulullah berkata, “Mengapa engkau tidak membelah hatinya…” maknanya “Sesungguhnya engkau (wahai Usamah) jika engkau tidak mampu untuk melakukannya maka cukuplah engkau menilai perkataannya” Fathul Bari 12/243
Kisah Usamah ini jelas sekali bahwa para sahabat juga tidak mengetahui hati manusia, karena isi hati manusia adalah termasuk perkara yang ghoib. Oleh karena itu para sahabat tidak mengetahui orang-orang munafik yang menyembunyikan kekafirannya dalam dada mereka.
عن أم سلمة رضي الله عنها أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال إنكم تختصمون إلي ولعل بعضكم ألحن بحجته من بعض فمن قضيت له بحق أخيه شيئا بقوله فإنما أقطع له قطعة من النار فلا يأخذها
Dari Ummu Salamah bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya kalian berselisih di hadapanku, dan bisa jadi sebagian kalian lebih pandai mengungkapkan hujjahnya (argumennya) daripada yang lain. Barangsiapa yang aku memutuskan hukum dengan memberikan sesuatu dari hak milik saudaranya baginya karena kepandaian berbicaranya maka sesungguhnya aku telah memberikannya sebuah bongkahan api maka janganlah ia mengambilnya” HR Al-Bukhari no 2680
Hadits ini sangat jelas bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengetahui isi hati manusia, karena kalau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahuinya tentu ia tidak akan tertipu dengan kepandaian berbicara seseorang yang berdusta.
Dan masih banyak lagi contoh yang menunjukkan bahwa beliau tidak mengetahui ilmu ghoib.
Tidak sebagaimana kumpulan syair (yang bernama Burdah) yang dibuat oleh Al-Bushiri yang terlalu belebih-lebihan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga akhirnya malah terjatuh dalam kesyirikan. Al-Bushiri berkata dalam syairnya menyeru kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
فإن من جودك الدنيا وضرَّتَها ومن علومك علمَ اللوح والقلم
Sesungguhnya diantara kedermawananmu adalah dunia dan akhirat dan diantara ilmumu adalah ilmu lauhil mahfuz dan yang telah dicatat oleh pena (yang mencatat di lauhil mahfuz apa yang akan terjadi hingga hari kiamat)
Hal ini jelas merupakan kesyirikan dan menyamakan kedudukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan Allah. Karena hanya Allahlah yang mengetahui ilmu lauhil mahfuz, pengucap syair ini telah mengangkat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga pada derajat ketuhanan dan ini merupakan kekufuran yang nyata.
Berkata Syaikh Utsaimin, “Ibnu Rojab berkata, “Sesungguhnya penyair ini tidak meninggalkan sesuatupun milik Allah, jika dunia dan seisinya serta akhirat adalah merupakan bagian dari kedermawanan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mana bagian Allah?”. Kita bersaksi bahwa orang yang mengucapkan perkataan ini ia tidak bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah, bahkan ia bersaksi bahwa Muhammad lebih tinggi dari Allah, bagaimana ia bisa sampai berlebih-lebihan begini??. Sikap berlebih-lebihan ini lebih parah dari apa yang dilakukan oleh Kaum Nashrani yang mengatakan bahwa Isa adalah anak Allah dan Allah adalah salah satu dari Tuhan yang tiga”[9]
· Nabi tidak bisa memberikan kemanfaatan bagi dirinya sendiri dan tidak bisa mencegah kemudhorotan dari dirinya sendiri
Allah berfirman:
(قُلْ لا أَمْلِكُ لِنَفْسِي ضَرّاً وَلا نَفْعاً إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ﴾ (يونس:49)
Katakanlah:”Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah” (QS. 10:49)
(قُُلْ لا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعاً وَلا ضَرّاً إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ﴾(لأعراف:188)
Katakanlah:”Aku tidak berkuasa menarik kemanfa’atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”. (QS. 7:188)
Dua ayat di atas jelas sekali menunjukan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri tidak bisa mendatangkan kemanfaatan bagi dirinya dan tidak bisa mencegah datangnya mudhorot kepadanya karena yang menguasai itu semua hanyalah Allah
أن أبا هريرة رضي الله عنه قال قام رسول الله صلى الله عليه وسلم حين أنزل الله عز وجل ﴿وأنذر عشيرتك الأقربين﴾ قال يا معشر قريش -أو كلمة نحوها- اشتروا أنفسكم لا أغني عنكم من الله شيئا يا بني عبد مناف لا أغني عنكم من الله شيئا يا عباس بن عبد المطلب لا أغني عنك من الله شيئا ويا صفية عمة رسول الله لا أغني عنك من الله شيئا ويا فاطمة بنت محمد سليني ما شئت من مالي لا أغني عنك من الله شيئا
Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Tatkala Allah menurunkan ayat﴿وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ﴾ “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat!”, (QS. 26:214), Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berdiri dan berseru, “Wahai kaum Quraisy – atau perkataan yang mirip ini-, selamatkanlah jiwa kalian sesungguhnya aku tidak bisa menolong kalian sama sekali. Wahai bani Abdu Manaf, aku sama sekali tidak bisa menolong kalian. Wahai Abbas bin Abdilmuttholib, aku tidak bisa menolongmu sama sekali. Wahai Sofiyah bibinya Rasululllah, aku sama sekali tidak bisa menolongmu. Wahai Fatimah putri Muhammad, mintalah kepadaku apa yang engkau kehendaki dari hartaku, aku sama sekali tidak bisa menolongmu” HR Al-Bukhari no 4771
Bahkan orang-orang terdekat dari kerabat karib beliau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya bisa mengatakan “Selamatkan jiwa kalian masing-masing sesungguhnya aku sama sekali tidak bisa menolong kalian” Berkata Syaikh Sulaiman bin Abdillah “Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri tidak berkuasa menarik kemanfa’atan bagi dirinya dan tidak (pula) menolak kemudharatan dari dirinya dan tidak mampu mencegah adzab Allah yang akan menimpanya jika ia bermaksiat kepada Allah sebagaimana firman Allah
(قُلْ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ﴾ (الأنعام:15) (الزمر:13 )
Katakanlah:”Sesungguhnya aku takut akan azab hari yang besar (hari kiamat), jika aku mendurhakai Rabbku” (QS. 6:15) (QS 39:13)
maka bagaimana beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bisa memberikan kemanfaatan kepada selainnya dan menolak kemudharatan dari orang lain?, atau mencegah adzab Allah dari orang lain?. Adapun syafaat beliau kepada sebagian para pelaku maksiat (kelak di hari akhirat) adalah atas karunia yang bersumber dari Allah bagi beliau dan bagi para pelaku maksiat tersebut, bukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi syafaat kepada siapa saja yang ia kehendaki dan memasukkan ke surga siapa yang dia kehendaki!!”[10]
Oleh karena itu hanyalah kepada Allah karena Dialah satu-satunya yang menguasai kemanfaatan dan kemudharatan. Tidak sebagaimana perkataan Al-Bushiri dalam bait-bait syair “Burdah”nya menyeru kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
يا أكرمَ الخلْقِ ما لِي مَنْ أَلُوْذُ به سِواكَ عند حلولِ الحادثِ العَمَم
إن لم تكن في مَعَادِي آخذًا بِيَدِيْ فضلا وإلا فَقُلْ يا زَلَّةَ القَدَمِ
Wahai makhluk yang paling mulia tidak ada bagiku tempat untuk bersandar selain engkau tatkala terjadi bencana yang menyeluruh
Jika engkau pada hari akhirat kelak tidak mengambil tanganku dengan karuniamu, dan (jika tidak demikian) maka katakanlah wahai yang tergelincir (dalam kebinasaan)
Perkataan ini jelas merupakan kesyirikan kepada Allah.[11]
Berkata Syaikh Sulaiman, “Sungguh menakjubkan syaitan menghiasi kekufuran dan kesyirikan ini sehingga nampak pada mereka merupakan bentuk cinta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, pengagungan kepadanya dan meneladaninya. Demikanlah pekerjaan syaitan yang terlaknat, dia pasti mencampurkan kebatilan dengan kebenaran agar bisa laris kekufuran dan kesyirikan tersebut…”[12]
Bahkan bait-bait ini tidak boleh dibaca sembarangan, namun harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu seperti, harus berwudlu[13], menghadap kiblat, dan yang membacanya harus mengerti apa isi bait-bait tersebut. Tidak diragukan lagi bahwa ini adalah buat-buatanya orang-orang sufi yang ingin agar mereka saja yang bisa membaca bait-bait tersebut dengan benar. Apalagi telah nampak sebuah kelompok khusus yang dikenal sebagai pembaca burdah, sehingga sering dipanggil untuk membaca bait-bait burdah ini pada acara-acara selamatan, syukuran, ataupun acara kematian[14]
Berkata Syaikh Abdurrahman bin Hasan, “Al-Bushiri mengagungkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan perkara-perkara yang membuatnya marah dan sedih. Kemarahan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memuncak hanya karena perkara yang dibawah (lebih ringan) dari apa yang dikatakan oleh Al-Bushiri sebagaimana diketahui orang-orang yang berilmu…”[15]
Imam As-Syaukani berkata, “Lihatlah bagiamana ia (Al-Bushiri) menafikan semua tempat berlindung kecuali hamba Allah dan Rasul-Nya dan melupakan Tuhannya sendiri dan Tuhannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”[16]
Berkata Syaikh Utsaimin, “Sikap berlebih-lebihan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengantarkan kepada pemyembahan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana kenyataan yang terjadi sekarang. Ada orang yang berdoa meminta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di Madinah di sisi kuburan beliau dengan berkata, “Wahai Rasulullah, tolonglah kami, Wahai Rasulullah pertolonganmu, Siramilah kami dengan hujan, wahai Rasulullah negeri kami kering, musim kemarau…” dan demikianlah doa-doa mereka. Bahkan aku melihat dengan mata kepalaku sendiri seseorang berdoa kepada Allah dibawah mizab ka’bah[17] dengan membelakangi ka’bah dan menghadap ke Madinah karena menurut dia menghadap kuburan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih mulia dan lebih afdhol dibanding menghadap kiblat. Na’udzubillah.
Sebagian mereka berkata, “Ka’bah lebih afdhol daripada hujroh[18], namun jika Nabi berada dalam hujroh tersebut maka demi Allah ka’bah sama sekali tidak lebih afdhol daripada hujroh, tidak cuma ka’bah bahkan ‘Arsy dan para malaikat yang mengangkat ‘Arsy, tidak juga surga”. Ini merupakan sikap berlebih-lebihan yang tidak diridhoi oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi kita dan juga bagi dirinya. Yang benar memang jasad Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih afdhol, adapun perkataan hujroh lebih afdhol daripada ka’bah, Arsy, dan surga karena Rasulullah ÷ berada di dalamnya adalah kesalahan yang sangat besar. Semoga Allah menyelamatkan kita dari hal ini” Al-Qoul Mufid 1/372
Firanda Andirja
www.firanda.com
Catatan Kaki:
[1] HR Muslim 312
[2] HR Muslim 311, Ahmad (6/402)
[3] HR Al-Bukhari no 382, Muslim 262
[4] Al-Minhaj 4/453, Perkataan Aisyah ini menunjukan bahwa beliau tatkala itu tidak tidur pulas, karena jika tidurnya pulas maka ia tidak akan bisa merasakan apa-apa sama saja jika ada lampu di rumah atau tidak ada lampunya (lihat Umdatul Qori 4/114)
[5] Yaitu tinggal bersama suaminya setelah sebelumnya masih bersama walinya. Karena terkadang terjadi pernikahan namun sang istri belum langsung tinggal bersama sang suami, sebagaimana pernikahan Aisyah dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
[6] Yaitu perawi hadits yang meriwayatkan dari Ar-Rubayyi’ binti Mu’awwidz
[7] HR Al-Bukhari no 4001, 5147
[8] HR Abu Dawud 4/173, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Misykat Al-Masobiih no 5931
[9] Al-Qoul Mufid 1/69
[10] Taisir Al-‘Azizil Hamid hal 215
[11] Jika mereka yang melantunkan perkataan Bushiri ini berkata, “Maksud dari perkataan Bushiri “Wahai makhluk yang paling mulia tidak ada bagiku tempat untuk bersandar selain engkau tatkala terjadi bencana yang menyeluruh” adalah ia meminta syafaat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Allah, maka kita katakan, “Perkataan Bushiri “Jika engkau pada hari akhirat kelak tidak mengambil tanganku dengan karuniamu, dan (jika tidak demikian) maka katakanlah wahai yang tergelincir (dalam kebinasaan)” menunjukan bahwa ia meminta langsung kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karunia Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam?? Padahal syafaat adalah semata-mata karunia Allah yang Allah idzinkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan semata-mata milik Allah. Dan meminta syafaat merupakan doa, dan doa adalah ibadah yang sangat agung yang hanya diserahkan kepada Allah. Oleh karena itu semestinya meminta syafaat hanyalah kepada Dzat Yang menguasai seluruh syafaat, yang tidak ada syafaat kecuali dengan idzinNya” Maka perkataan Bushiri ini tidak bisa dipungkiri merupakan kesyirikan yang sangat jelas. (Taisir Al-‘Azizil Hamid hal 183)
[12] Taisir Al-‘Azizil Hamid hal 263
[13] Prof DR Syaikh Abdurrozaq menjelasakan bahwa yang sangat menyedihkan banyak sekali kaum muslimin yang mengapalkan bait-bait ini, hingga anak-anakpun ikut menghapalkannya. Barangsiapa yang membaca bait-bait ini dengan syarat harus diatas wudhu, maka tatkala ia berwudhu ia telah terlepas dari hadats kecil, kemudian tatkala ia melantunkan bait-bait burdah karya Al-Bushiri ini maka ia telah kembali berhadats, bukan sekedar hadats kecil, bahkan hadats yang terbesar yaitu kesyirikan dan kekufuran yang terkandung dalam bait-bait tersebut.
[14] Lihat muqoddimah diwan Al-Bushiri
[15] Ad-Duror As-Sunniah 9/80 dan lihat 9/49,84,193.
[16] Ad-Dur An-Nadid hal 26
[17] Mizab yaitu tempat aliran air yang berada di atas ka’bah
[18] Hujoh yaitu tempat Nabi ÷ dikuburkan
Nabi Muhammad Sallahua’alihi wa sallam adalah manusia luar biasa
Tidak sepatutnya kita berpikir bahwa baginda Nabi Muhammad Sallahua’alihi wa sallam adalah manusia biasa,Itu kesombongan sekaligus pelecehan.
Jika Nabi Saw. adalah manusia biasa, mana mungkin beliau terpilih menjadi Nabi paling agung, yang uswah hasanahnya harus diteladani umat manusia,sosok yang selalu dishalawati Allah dan semua malaikat-Nya,bahkan DIA perintahkan umat beriman untuk selalu bershalawat kepadanya
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah:
1. Manusia biasa yaitu hamba Alloh yg tidak boleh disembah
2. Manusia luar biasa yaitu utusan Alloh yg wajib diikuti.
@mcman
nama anda ini siapa?
nabi Muhammad itu manusia biasa ya makan. ya cari rezki, ya punya istri, ya punya anak,yang dimaksud anda luarbiasa itu apa? yang membedakan kita sama rasulallah adalah wahyu,itu kata rasulullah.kalau rosullah mendapat wahyu kalau kita tidak dapat. apa yang anda maksudkan dengan sholawat? apa sholawat nariyah, sholawat munjiat, sholawat thubbul kulub?
“Janganlah kalian terlalu berlebih-lebihan kepadaku sebagaimana orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan kepada Isa bin Maryam, sesunggunhya aku hanyalah seorang hamba Allah maka katakanlah hamba Allah dan RasulNya”
Hadits diatas udh bisa menjawab pernyataan mcman dengan sendirinya. Jadi, tidak perlulah dibantah lebih lanjut.
Kesaksian-kesaksian Allah Swt. pada Nabi Muhammad diantaranya kesaksian akan sifat, karakter dan fisiknya; “Laqod jaakum Rasulun min anfusikum ‘Azizun alaihi ma anittum harishun alaikum bil mu’minina Ro’ufurrohim” (QS: at Taubat: 128). Allah Taala yang menugaskan Nabi sebagai utusan tidak sekedar memerintah, tetapi juga Allah Swt. menerangkan kedudukan yang di perintah. Mulai dari fisiknya, karakternya, pribadinya dan lain sebagainya, sebagaimana tergambar dalam ayat tersebut. Bukan sekedar memerintah, seperti kebiasaan kita memerintah.
Allah Ta’ala menguatkan kedudukan yang di perintah, dari segi fisik anatominya sampai disebutkan semua dalam al Quran al Adzim. Allah Ta’ala yang menciptakan, menyaksikan, membuktikan kebesaran, keutamaan ciptaan-Nya. Untuk siapa kesaksian Allah Swt. tersebut? Untuk umat. Supaya dengan mudah umat dapat menerima ajaran-ajaran yang dibawanya. Kita bisa mengatakan; yang menciptakan saja menyaksikan, mengakui kebesarannya, kalau kita yang termasuk ciptaanNya tidak mau menyaksikan kebesaran Nabi Muhammad Saw., keterlaluan.
“Laqod jaakum Rasulum min anfusikum”, sungguh kami telah mendatangkan kepada kalian manusia, Rasulun, seorang utusan. Utusan yang bagaimana? Allah Ta’ala disini menekankan dengan mengatakan:”min anfusikum”, dari kalian jenis manusia. Bukan manusia biasa, tapi manusia luar biasa. Di buktikan dengan keluarbiasaan Rasulullah apa? “‘Azizun alaihi ma annitum”, menanggungkan derita umat, yang pertama. kedua “Harisun alaikum ”, rasa cinta pada umat. Yang ketiga “bilmuminina Ro’ufurrohim”, rasa kasih sayang pada kaum beriman.
kita akan mengakui, mengetahui dan meyakini bahwa Rasulullah Saw. adalah orang yang istimewa, dan seorang manusia yang berbeda dari manusia pada umumnya. Sebab itu pula kalau ada orang mengatakan atau minta disamakan dengan Rasulullah Saw., adalah orang yang menghayal. Sama darimana? Dia tidak mendapat penyaksian dari Allah Swt.
Sementara Rasulullah Saw. disaksikan: akhlak, susunan antominya, susunan fisiknya dan sebagainya. Yang menciptakannya sendiri yang menyaksikan, Allah Swt. Bukankah lebih akurat! Darimana bisa-bisanya kita berani menafsirkan Rasulullah manusia biasa.
Lalu bagaimana dengan ayat; “Qul inama ana basyarum mislukum” (QS: al Kahfi: 110)? Maksud ayat itu bahwa pesan-pesan kerasulan Nabi Muhammad Saw. dapat diterima dengan mudah olah manusia. Karena Rasulullah Saw. sendiri adalah manusia. Itulah maksud ayat al Quran diatas. Memberi kesadaran pada umat bahwa Allah Swt. telah mempermudah manusia (litashil al umat) untuk menerima ketentuanNya melalui utusan dari golongan manusia pula. Dan itu merupakan salah satu dari sekian rahmatNya. Basyar, manusia dalam ayat itu bukan berarti menyamakan Rasulullah dengan kedudukan manusia biasa. Tidak! “Qul inama ana basyarum mislukum”, kami ini sepertis kalian; berbicara, bermata, bertelinga. Manusia, sama-sama manusia, Mistlukum, seperti kalian.
Akan tetapi kata ‘mistlukum’ tidak bisa dikatakan berarti sama sekali sama atau persis sama.
Rasul dari kalangan manusia yaitu untuk memudahkan umat. Sebab Seandainya Rasul dari kalangan Jin, akan menyulitkan manusia, sebab jin tidak terlihat. Kalaupun terlihat manusia pasti lari. Sementara malaikat tidak terkena kewajiban: “Qu anfusakum wa ahlikum nara”(QS: at Tahrim), menjaga diri dan keluarga dari api neraka. Sebab malaikat tidak punya anak serta tidak punya istri. Lalu siapa yang berperan menjadi utusan atau rasul? Jawabannya adalah manusia. Dan manusia yang menjadi rasul itu adalah Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam.
kenapa komen tdk keluar ???? ga fair ah . . .
@mcman,
penafsiran ayat spt itu hasil ra’yu antumkah?
@mcman
maksud antum Nabi bukan manusia biasa artinya Nabi itu sosok makhluk jenis khusus yang diberi sifat manusia gitu?
kok jadinya kayak konsep Nur Muhammad bahwa Nabi itu makhluk yang tercipta dari Cahaya tapi dikasih sifat seperti manusia.
kalau pemahaman antum demikian, sebaiknya antum memberikan dalil yang TEGAS dan JELAS (Qur’an dan Hadits Shahih) bahwa Nabi tercipta dari Cahaya.
Malaikat tercipta dari Cahaya kemudian pernah berwujud seperti manusia dalil nya jelas, sedangkan Nabi tercipta dari Cahaya atau Makhluk jenis khusus dalilnya mana?
OK, silahkan dijelaskan ya pak mcman
@mcman
apa yang anda maksudkan dengan luar bisa itu ? menafsirkan ayat kok seenaknya perut sendiri. apakan harus disembah ? rasulullah sendiri mengatakan jangan sangjung2 aku seperti isa ubnu Maryam cukuk sebut aku dengan Muhammad hamba Allah dan Mohammad rasulullah itu aja.
@tommi,jamil,mochrosi
Saya tdk prnh mengatakan hrs disembah dan tdk mengatakan tercipta dari cahaya,
Nabi muhammad manusia luar biasa karena bnyk sekali kemulian dan keistimewaan dan beliau kekasih Allah
Allah tdk memanggil beliau dengan nama, sedangkan nabi-nabi yang lain dipanggil dengan nama, seperti “Ya Musa! Ya Daud! Dan lain-lain. Tetapi beliau dipanggil dengan “Ya Ayyuha an-Nabi! Ya Ayyuha ar-Rasul!” dan nama2 beliau dlm Alquran di antaranya dalam surat Anfal: 41, Isra: 1, Kafi: 1, Furqan: 1,Ahzab:40 dsb, karena kedudukan Rasulullah lebih tinggi dari kedudukan yang lainnya,kta sbg umatnya wjb menghrmti,memuliakan & mengagungkan baginda nabi muhammad shallahu a’alaihi wa sallam
Justru itulah makanya saya tanya akhi, apakah penafsiran ayat spt itu adalah ra’yi antum sendiri ataukah ada para ulama yg punya penafsiran spt itu? Saya ga mempermasalahkan apakah antum mau punya keyakinan Rasulullah adalah manusia luar biasa atau bagaimana tapi antum membawakan ayat2 Al Qur’an dan saya tidak melihat antum membawakan rujukan kitab tafsir manapun, dan jg antum tidak membawakan riwayat2/atsar2 yg berkaitan dengan ayat2 tersebut.
Antum menafsirkan sendiri ya?
# Tommi 2011-01-24 05:16
“Janganlah kalian terlalu berlebih-lebihan kepadaku sebagaimana orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan kepada Isa bin Maryam, sesunggunhya aku hanyalah seorang hamba Allah maka katakanlah hamba Allah dan RasulNya”
Hadits diatas udh bisa menjawab pernyataan mcman dengan sendirinya. Jadi, tidak perlulah dibantah lebih lanjut. “
apa yang anda maksudkan menjawab pernyataan dgn sndrinya dan tidak perlu dibantah lbh lanjut, apa yg anda permasalahkan dan apa yang perlu dibantah dr pernyataan saya?
Karena antum dari awal mengatakan “Nabi Muhammad Sallahua’alihi wa sallam adalah manusia luar biasa
Tidak sepatutnya kita berpikir bahwa baginda Nabi Muhammad Sallahua’alihi wa sallam adalah manusia biasa,Itu kesombongan sekaligus pelecehan.”
Hadits itu sekaligus merupakan jawaban dan bantahan terhadap pernyataan akhi. Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam sendiri yg berkata bahwa beliau adalah hamba Allah dan RasulNya. Nah begini akh, skrg saya TIDAK mempermasalahkan antum mau menganggap Rasulullah luar biasa atau gimana, itu hak antum. Namun antum sudah membawakan ayat2 Al Qur’an tetapi antum tidak menyebutkan sumber rujukan tafsirannya. Pertanyaan saya sama spt ust Firanda, “Kalau bisa akhi mcman menyebutkan sumber tafsiran tersebut agar para pengunjung bisa mendapatkan faedah.”
Kita semua disini ingin tahu, spt apa konsep para ulama tafsir dalam menafsirkan ayat2 Al Qur’an yg antum bawakan. Kalau hanya ra’yu yg antum tulis, maaf saja akhi, Al Qur’an tidak bisa ditafsirkan oleh ra’yu apalagi kita ini bukan ulama. Para ulama mufassir saja ga mau sembarangan kok menafsirkan Al Qur’an akh. Oke, kita fokus pada masalah ya.
minta izin mengikuti
salam,
@mcman
yang dimaksudkan mengagungkan menurut antum bagai mana ? tolong dijawab
@Mcmcm
Ana rasa tafsiran antum Innamaa ana basyar mitslukum (sesungguhnya aku hanyalah manusia seperti kalian) adalah tafsiran yang kurang tepat.
Pertama : Kalau bisa akhi mcmcm menyebutkan sumber tafsiran tersebut agar para pengungjung bisa mendapatkan faedah
Kedua : Tafsiran antum bertentangan dengan tafsiran nabi dalam banyak hadits. Diantaranya hadits nabi :
Tatkala wafat putra beliau Ibrahim
إنما أنا بشر ، تدمع العين و يخشع القلب و لا نقول ما يسخط الرب ، والله يا إبراهيم إنا بك لمحزونون
Aku hanyalah seorang manusia, mata menangis dan hati khusyu’, dan kami tidak mengucapkan apa yang membuat Allah marah. Demi Allah wahai Ibrahim kami sungguh sedih (dengan wafatnya) engkau
Nabi juga bersabda ;
إنما أنا بشر و إنكم تختصمون إلي و لعل بعضكم أن يكون ألحن بحجته من بعض فأقضي له على نحو ما أسمع منه .
Sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia, kalian berselisih (dan berhukum) kepadaku, bisa jadi sebagian kalian lebih pintar berbicara dengan hujjahnya daripada yang lain maka lau member keputusan hukum membelanya berdasarkan apa yang aku dengar darinya.
أنا بشر أرضى كما يرضى البشر و أغضب كما يغضب البشر فأيما أحد دعوت عليه من أمتي بدعوة ليس لها بأهل أن يجعلها له طهورا و زكاة و قربة يقربه بها منه يوم القيامة “
Aku adalah manusia, aka ridho sebagaimana manusia ridho dan aku marah sebagaimana manusia marah, maka siapapun dari umatku yang aku doakan keburukan baginya padahal ia tidak berhak maka doaku itu akan menjadi pembersih dosa-dosanya dan akan menjadi penyuci baginya serta akan menjadi suatu qurbah yang akan mendekatkan dia kepada Allah pada hari kiamat kelak
إنما أنا بشر أنسى كما تنسون ، فإذا نسيت فذكروني
Sesungghnya aku hanyalah manusia, aku lupa sebagaimana kalian lupa, maka jika aku lupa ingatkanlah aku
إنما أنا بشر، وإني كنت جنباً
Sesunggunhnya aku manusia, aku tadi dalam keadaan junub
Rasulullah juga mengabarkan bahwasanya ia juga meninggal sebagaimana manusia yang lain, beliau berkata:
فإنما أنا بشر يوشك أن يأتيني رسول ربي فأجيب
Sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia, hampir saja datang utusan Robku kepadaku lalu aku memenuhi panggilannya
Demikianlah akhi mcmcn tafsirang Nabi tentang perkataan “Sesungguhnya aku hanyalah manusia seperti kalian”. Maka tidak ada tafsiran yang lebih baik dari tafsiran Nabi. Baarokallahu fiik
sblm djwb…
anda-anda sbnrnya mmprmslhkn prnytaan ini
“Nabi Muhammad Sallahua’alihi wa sallam adalah manusia luar biasa,Tidak sepatutnya kita berpikir bahwa baginda Nabi Muhammad Sallahua’alihi wa sallam adalah manusia biasa,Itu kesombongan sekaligus pelecehan.”
dstu jelas tetap ada kata manusia tp manusia luar biasa
@tommi: knp anda tdk konsisten prmslhnya, skrg fkus mslh apa?
@mochrosi,jamil: prtnyaan2 anda dr awal sdh melbrkn mslh dan pnuh dgn tuduhan
@Firanda:saya tulis lg:
Nabi muhammad manusia luar biasa karena bnyk sekali kemulian dan keistimewaan dan beliau kekasih Allah
Allah tdk memanggil beliau dengan nama, sedangkan nabi-nabi yang lain dipanggil dengan nama, seperti “Ya Musa! Ya Daud! Dan lain-lain. Tetapi beliau dipanggil dengan “Ya Ayyuha an-Nabi! Ya Ayyuha ar-Rasul!” dan nama2 beliau dlm Alquran di antaranya dalam surat Anfal: 41, Isra: 1, Kafi: 1, Furqan: 1,Ahzab:40 dsb,dan beliau sosok yang selalu dishalawati Allah dan semua malaikat-Nya,bahkan DIA perintahkan umat beriman untuk selalu bershalawat kepadanya karena kedudukan Rasulullah shallahu a’alihi wa sallam lebih tinggi dari kedudukan yang lainnya,KITA SEBAGAI UMATNYA wjb menghrmti,memuliakan & mengagungkan baginda nabi muhammad shallahu a’alaihi wa sallam
kesimpulan anda bgmn sdr firanda? apakah Rosullah shallallahu a’alaihi wa sallam manusia biasa?
sekian…
@akhi mcman,
Mohon bisa dibaca lg komentar saya, “skrg saya TIDAK mempermasalahkan antum mau menganggap Rasulullah luar biasa atau gimana, itu hak antum.” Sudah jelas akhi?, kita tinggalkan masalah itu karena saya tidak ingin jidal dengan antum namun forum kita disini nih pengen melihat ulama mana sih yg punya penafsiran spt antum itu? Coba tolong tanpa perlu panjang lebar disebutkan nama ulamanya dan kitabnya. Udh itu saja akhi.
beberapa kemuliaan dan keistimewaan baginda nabi muhammad shallahu a’alaihi wa sallam
1. Nabi Muhammad Shallahu a’alihi wa salaam. adalah manusia pertama yang diciptakan Allah yaitu ketika Nabi Adam a.s masih dalam keadaan antara roh dan jasadnya ( dari hadith riwayat Tirmizi).
2. Allah telah menetapkan bahawa semua nabi bermula dari Nabi Adam hinggalah Nabi Isa a.s terikat dengan janji bahawa mereka akan beriman dan seterusnya membela atau membantu Rasulullah shallahu a’alaihi wa sallam Firman Allah yang bermaksud: Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”. ( Surah Ibrahim : 81).
3. Silsilah atau asal-usul keturunan baginda nabi muhammad shallahu a’alihi wa sallam. bermula dari Nabi Adam a.s hinggalah Abdullah bin Abdul Mutalib tidak terdapat seorang pun di antara mereka yang pernah melakukan perbuatan yang tidak senonoh. (dari hadith yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dan lain-lain).
4. Pada saat kelahiran baginda nabi muhammad shallahu a’alihi wa sallam, bondanya melihat cahaya memancar menerangi istana-istana megah di Syam (diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal).
5. Pada saat baginda nabi shallahu a’alaihi wa sallam sedang berjalan di tengah terik panas matahari, terdapat gumpalan awan memayunginya. (diriwayatkan oleh Abu Naim dan lain-lain).
6. Pernah terjadi ketika mana baginda shallahu a’alihi wa sallam. sedang berjalan dan hendak berteduh di bawah sepohon pokok, pokok itulah yang bergerak mendekati baginda. (diriwayatkan oleh Al-Baihaqi )
7. Ketika baginda Sahallahu a’alaihi wa sallam masih kanak-kanak, ketika baginda sedang bermain-main datanglah Malaikat membelah dadanya dan mensucikan hatinya. ( diriwayatkan oleh Muslim dan lain-lain)
8. Pada waktu Baginda menerima wahyu pertama di Gua Hira’, Jibril a.s memeluk Baginda sebanyak 3 kali. ( diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).
9. Allah memberi nama ‘Muhammad’ kepada baginda yang berasal dari perkataan ‘hamada’ (puji). Ianya merupakan kata akar bagi salah satu sifat Allah iaitu ‘Mahmud’ (Maha Terpuji). Sebelum itu tidak ada seorang pun yang bernama seperti baginda shallahu a’alaihi wa sallam ( diriwayatkan oleh Muslim )
10. Baginda shallahu a’alaihi wa sallam. sering lapar di malam hari kerana tidak mempunyai makanan , namun keesokan harinya baginda akan berasa kenyang. Allah swt jua yang dengan kekuasaan ghaibnya memberi ‘makan-minum’ kepada baginda . hinggakan baginda tidak berasa lapar atau haus ( diriwayatkan oleh Muslim).
11. Baginda . dapat melihat sesuatu yang dibelakangnya dengan jelas seolah-olah baginda melihat dari arah hadapannya. ( diriwayatkan oleh Muslim).
12. Di waktu malam yang gelap-gelita, baginda . dapat melihat sesuatu dengan jelas dan terang seolah-olah seperti baginda sedang melihatnya di waktu siang (diriwayatkan oleh Al-Baihaqi ).
13. Ludah baginda . dapat menjadikan air laut yang masin menjadi tawar (diriwayatkan oleh Abu Naim).
14. Suara baginda . dapat didengari oleh orang yang berada pada jarak yang kebiasaannya susah untuk mendengar. ( diriwayatkan oleh Bukhari).
15. Baginda . hanya tidur dengan mata, sedangkan hatinya tetap tidak tidur. ( diriwayatkan oleh Bukhari ).
16. Baginda . tidak pernah menguap. (diriwayatkan oleh Abu Syaibah dan lain-lain. Dikemukakan juga oleh Al-Khatabiy ).
17. Selama hidup baginda s. a. w. tidak pernah ihtilam (mimpi syahwat) sama seperti para Nabi dan Rasul sebelumnya. ( diriwayatkan oleh Tabrani).
18. Peluh (Keringat) baginda sama-sekali tidak berbau. ( diriwayatkan oleh Abu Naim dan lain-lain ).
19. Apabila Baginda s. a. w. berjalan di samping orang bertubuh tinggi, baginda nampak lebih tinggi. (diriwayatkan oleh Al-Baihaqi).
20. Allah . telah memperjalankan Baginda pada malam hari dari Masjidul Haram di Mekah ke Masjidul Aqsa di Palestin. Firman allah di dalam al-Quran: “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkati sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebahagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (Surah Al-Israa’ : 1)
21. Allah. telah menurunkan Malaikat bagi membantu baginda semasa peperangan Badar dan peperangan Hunain. Firman Allah: ‘Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Kerana itu bertakwalah kamu kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya. (Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mu’min: “Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?” (Surah Al-Imran : 123-124 )
@mcmn:
Akhil kariim, tidak ada yang mengingkari mukjizat-mukjizat Nabi, dan mukjizat-mukjizat tersebut membuktikan bahwasanya beliau seorang utusan Allah. akan tetapi pembicaraan kita tentang tafsiran “Innamaa Anaa Basyarun Mitslukum” “Sesungguhnya aku hanyalah manusia seperti kalian”, tafsirannya sebagaimana yang telah ana sebutkan dari tafsiran baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam langsung. karena Nabi sedang menunjukan sisi kemanusiaannya agar orang-orang tidak menganggap beliau malaikat apalagi sampai derajat ketuhanan. mukjizat-mukjizat yang Allah berikan kepadanya tidak mengeluarkan beliau dari hakekat manusia. tentunya bukanlah maksudnya manusia biasa seperti kita yang tidak ada mukjizatnya. oleh karenanya kami dan anda tidak berselisih tentang mukjizat Nabi, hanya saja kita kembali ke pokok permasalahan, dan ana harap antum tidak lari atau keluar dari pertanyaan kita :
Tafsiran antum tentang innamaa ana basyarun mitslukum itu tafsiran ulama siapa?? dalam kitab apa?? baarokallahu fiik
@ mcman
sepertinya tafsiran “Innamaa Anaa Basyarun Mitslukum” yang dibawakan Ust. Firanda sudah cukup jelas.
Bahwa semua mu’jizat yang diberikan oleh Allah kepada Nabi tidak mengeluarkan Nabi dari Makhluk jenis Manusia.
kalau antum terkesan dengan Mu’jizat yang Allah berikan kepada Nabi, sudah semestinya antum LEBIH TERKESAN kepada yang memberi Mu’jizat tersebut yakni Allah Ta’ala, itu yang utama.
Nabi bisa mendapat Mu’jizat karena Iman nya betul dan Amal sholihnya betul, karena itu lah Allah berikan mu’jizat untuk beliau untuk menunjukan kekuasaan Allah (bukan kuasa Nabi) kepada Manusia…bahwa Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu.
Selain Allah adalah Makhluk, Makhluk Tidak bisa memberikan manfaat dan Mudharat tanpa idzin Allah (walaupun itu Nabi).
Yang utama bagi umat Nabi adalah berusaha semaksimal mungkin supaya Iman dan amal sholihnya betul seperti/SAMA dengan Nabi…kalau tidak bisa SAMA dengan Iman dan Amal Sholihnya Nabi maka MIRIP-MIRIP (menyerupai) pun Insya Allah sudah baik, daripada BERBEDA JAUH.
Ana berharap ustadz firanda dan ikhwan sekalian ….
Tolong jgn dulu menjawab komentar dgn akh #mcman sebelum dia memberikan rujukan kitab yg dia pakai.
Ana juga benar2 penasaran, rujukan kitab akh mcman ini siapa ?
Apakah dari kitab ulama ahlus sunnah atau ahlu hawa ?
@mcmn (macam-macam)
Anta pungut riwayat itu riwayat ini tapi mana no. hadistnya dan dari kitab mana? kalu quran anta dpt sebutkan no. dan surahnya kenapa hadits anta ngak dapat nyatakan. Apa anta ini quraniun kok.Riwayat tirmidzi tentang nabi adalah yang pertama diciptakan mana seumber dan kedudukan haditsnya??
Ya Ustadz yang ana cintai karena Allah , sungguh ana sering mendengar yang semisal dengan akh mcman diatas , sudilah ustadz memaparkan hadits yang bermakna point 1 ( mcman ) dari hadith riwayat Tirmizi).
Bagaimana derajat haditsnya ? karena akal ana yang jahil ini menolaknya setiap kali ada penceramah yang mengatakan demikian .
Bagaimana mungkin Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam sebagai manusia yang pertama diciptakan ?? bukankah banyak sekali nash yang mengatakan bahwa Beliau adalah anak keturunan Adam sebagaimana kita semua .
Semoga Allah membalas kebaikan ustadz dengan kelapangan waktu dan ilmu.
mungkin yang diambil rujukan oleh mcman ini diambil dari kitab barzanji (kitab muludan) di kitab itu penuh dengan sanjungan-sanjungan yang berlebih-lebihan.
Nabi memang manusia, tapi tentu bukan manusia biasa layaknya kita.
Yang membedakan Nabi Muhammad dengan kita tidak hanya wahyu. Sifat fisik dan perangai Nabi juga sangat berbeda.
Hal ini sudah jelas kalau kita memang mencitai Nabi.
Rujukan yang dipakai Mcman kan sudah jelas, dari kitab-kitab hadits. Tinggal para pembaca apakah mau melacak dan membacanya atau hanya sekedar membantah pendapat yang tidak disukainya.
Kita dilarang berlebih-lebihan dalam menyanjung Rasulullah, apa batasan berlebihan sudah sangat jelas:
“Janganlah kalian terlalu berlebih-lebihan kepadaku sebagaimana orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan kepada Isa bin Maryam”
Yaitu menuhankan.
Sepanjang pengetahuan saya dan para ahli sejarah, TIDAK PERNAH DITEMUKAN ada suatu golongan yang sesesat apapun hingga mencintai Nabi sampai menganggapnya menjadi Tuhan. Tidak pernah ada.
Kalau ada yang pernah dengar tolong disebutkan mana jamaah maulid yang sampai menganggap Nabi Muhammad sebagai Tuhan, kami pasti akan mengingkari mereka.
Semua kaum muslimin dan pembaca maulid (maulid baik maulid barzanji, simthud durror, dsb adalah kitab sejarah Nabi)tidak ada yang pernah saya dengar menganggap Rasulullah sebagai Tuhan. Mereka yakin Nabi Muhammad adalah ‘abduhu wa Rasuluh
Mengenai Nur Muhammad saw adalah makhluk pertama haditsnya telah dikeluarkan oleh Imam Abdurrazaaq dari Jabir ra dg sanad Shahih, rujuk Kitab Anwarulmuhammadiyyah hal.13, diperkuat oleh Hadits Riwayat Ibn Abbas ra, (Kitab Assyifa oleh Imam Qadhiy Iyadh hal 83).
mengenai Allah swt memulai penciptaan seluruh makhluq dari Nur Muhammad saw : hadis Qudsiy riwayat ibn abbas: Kalau bukan karena Muhammad tak kuciptakan Adam, tak pula Surga dan tak pula…. hingga akhir hadits.
rwyt Imam Hakim dan hadits inipun diakui dan disahkan oleh Imam Assubki dalam kitabnya Syifaus siqom, dan Imam Bulqaini pada Fatwanya.
dan juga hadis riwayat ibn Abbas dengan makna serupa rwyt Imam Addailami fi musnadihi.
Mengenai bahwa Allah menciptakan segala sesuatu untuk/sebagai hadiah bagi Muhammad saw dapat dilihat pd Musnad Imam Hakim dg sanad shahih
namun tak lepas dari Ikhtilaf dan sanggahan, maka semua permasalahan ini merupakan Ikhtilaf yg tak perlu dipermasalahkan, bagi yg mempercayainya maka berpegang pd dalilnya, dan bagi yg tak mempercayainya pun sebaiknya berpegang pd dalilnya.
@ fikar
antum katakan:
Rujukan yang dipakai Mcman kan sudah jelas, dari kitab-kitab hadits. Tinggal para pembaca apakah mau melacak dan membacanya atau hanya sekedar membantah pendapat yang tidak disukainya.
Jamil: 1 saja bantahan buat akh mcman
Akh mcman menulis:
1. Nabi Muhammad Shallahu a’alihi wa salaam. adalah manusia pertama yang diciptakan Allah yaitu ketika Nabi Adam a.s masih dalam keadaan antara roh dan jasadnya ( dari hadith riwayat Tirmizi).
Jamil: TIDAK ADA DALAM Kitab Sunan Tirmidzi tertulis Nabi Muhammad adalah MANUSIA YANG PERTAMA DICIPTAKAN Allah.
Silahkan akh mcman cantumkan no haditsnya atau lafadz arabnya kalau perlu….kalau ada saya akan rujuk, kalau ternyata tidak ada, apakah antum, mcman dan yang sepemahaman mau rujuk?
Info buat antum, dalam Kitab Sunan Tirmidzi hanya tertulis KAPAN KENABIAN diberikan kepada Nabi, (Ingat KENABIAN)…yaitu ketika Adam dalam keadaan antara Roh dan Jasad.
ini artinya adalah TAKDIR.
Dan ini adalah biasa-biasa saja, karena ini adalah kehendak Allah.
Nah, nukilan yang dibawakan oleh Akh mcman ini sudah bisa dikatakan BERDUSTA ATAS NAMA NABI…kalau antum pernah baca Ancaman dari Nabi terhadap orang yang berdusta atas nama Nabi (yakni NERAKA) maka sudah sepantasnya bagi yang merasa Cinta Nabi lebih berhati-hati dalam menyampaikan wasiat Nabi.
Apalah artinya berpemahaman Nabi Bukan Manusia Biasa kalau TERNYATA TEGA MEMFITNAH Nabi (karena Nabi tidak pernah bersabda seperti yang ditulis akh mcman ada dalam Kitab Tirmidzi)….MEMFITNAH adalah salah satu perbuatan MENYAKITI orang lain
Apakah akh mcman sedang mengamalkan mencintai Nabi dengan cara menyakitinya?…Bentuk Cinta seperti apa itu ya?…Wallahu A’lam
Pesan saya, Copy Paste Boleh, NGOTOT juga Boleh tapi jangan lupa sebelum Copas dan NGOTOT…pastikan DATA yang dibawakan itu akurat..supaya lebih berkesan pesannya.
kalau cuma modal COPAS dan NGOTOT, tanpa periksa…itu namanya Asal-asalan, Wasiat Nabi (kurang lebih artinya) kalau GAK PUNYA MALU BERBUATLAH SESUKAMU.
Jadi sebagai sesama pencinta Nabi, Yuk sama-sama kita perbaiki diri kita dengan cara belajar, mengamalkan dan menyampaikan…Amin
@ fikar
antum tulis:
Mengenai Nur Muhammad saw adalah makhluk pertama haditsnya telah dikeluarkan oleh Imam Abdurrazaaq dari Jabir ra dg sanad Shahih, rujuk Kitab Anwarulmuhammad iyyah hal.13, diperkuat oleh Hadits Riwayat Ibn Abbas ra, (Kitab Assyifa oleh Imam Qadhiy Iyadh hal 83)
Jamil: Info buat antum naskah Hadits Jabir-Nur Muhammad TIDAK ADA DALAM KITAB MUSHANAF Abdurrazaq.
Dan kalau antum katakan sanadnya adalah SHAHIH sebagaimana tercantum dalam Kitab Anwarul Muhammadiyah, coba dong antum bawakan sanad lengkapnya…kalau SHAHIH, saya akan rujuk dan bukan hanya saya, tapi muslimin yang selama ini tidak menemukannya pun akan rujuk.
kalau antum menukilnya data tersebut dari webnya Habib Munzir, mohon tanyakan pada beliau SANAD SHAHIH yang lengkap dalam Kitab Anwarul Muhammadiyah ya…saya tunggu.
Bagaimana mungkin bisa SHAHIH SANAD nya sedangkan Hadits nya saja TIDAK ADA DALAM KITAB MUSHANAF Abdurrazaq?…Luar Biasa cara penSHAHIHAN nya…
Demikian juga hadits riwayat Ibnu Abbas (diperkuat oleh Hadits Riwayat Ibn Abbas ra, Kitab Assyifa oleh Imam Qadhiy Iyadh hal 83)…mohon jangan pelit untuk menjelaskan keSHAHIHAN SANAD nya…tentunya sesuai dengan kaidah penSHAHIHAN hadits.
Seandainya pun Hadits Riwayat Ibnu Abbas adalah SHAHIH, saya masih kesulitan memahami bagaimana caranya HADITS SHAHIH menguatkan Hadits yang tidak ada?…kemudian Hadits yang TIDAK ADA itu derajatnya jadi apa?
Kembali mengulangi pesan saya, jangan lupa tolong tanyakan pada Habib Munzir Al-Musawa mengenai SANAD SHAHIH Hadits Jabir dalam Kitab Anwarul Muhammadiyah dan Hadits Riwayat Ibnu Abbas yang ada dalam Kitab Asy-Syifa-Imam Qadhi Iyadh (kalau antum copas dari web beliau)
Sebagai pencinta Nabi, Pelaku Maulid, Barzanji, Simtud Dhuror dsb yang berkaitan dengan kemulian Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam…antum lebih layak memberikan informasi yang sejelas-jelasnya yang berkaitan dengan Wasiat Datuk dari para Habib (yakni Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam), tentunya menggunakan Kaidah Ilmu Hadits..Jangan ASAL-ASALAN
Ditunggu ya, informasinya
@ fikar
Info buat antum lagi, naskah tertulis hadits Jabir-Nur Muhammad yang tidak ada itu katanya sudah ditemukan oleh Firqoh Sufi Brelwi, India….sayangnya mungkin karena kurang PERCAYA DIRI, mereka TIDAK BERANI MELAKUKAN Test Carbon terhadap Manuskrip Naskah tersebut untuk diteliti mengenai umur dari naskah tersebut apakah sudah 1000 tahun lebih atau hanya cetakan masa kini.
Kemudian, bagi penggemar Nur Muhammad yakni Syaikh Hisham Al-Kabbani An-Naqsyabandi (salah satu tokoh sufi)…ia berani mencetak Kitab Mushanaf Abdurrazaq yang ada hadits Jabirnya dan mengedarkannya.
Luar Biasa…Ajib..
Sayangnya setelah ditemukan pun, masih TIDAK JELAS Bagaimana SANAD Hadits tersebut.
Kesimpulan: Bagi yang Berpegang dan mempercayai pada Dalil Hadits Jabir-Nur Muhammad, mereka berpegang pada Hadist yang sifatnya MISTERIUS (TIDAK JELAS) KEBERADAANNYA.
@kepada yg menganggap shahihnya hadits nur Muhammad -Shallallahu alaihi wasalam-, akan saya copaskan fatwa2 imam2 hadits (khususnya yg akrab dengan dunia sufi) berkaitan dengan ini :
1. Al Hafidz Jalaluddin As-Suyuthi didalam Al-Hawi lil Fatawi (1/223) : “Hadits ini tidak ada sanadnya yang shohih.”
2. Abdullah Al Ghumari mengomentari perkataan Al Hafidz : “bahkan hadith ini kepalsuannya zahir, jelas kemunkarannya dan yang mengherankan, Suyuthi telah menisbatkannya kepada Abdurrazaq sedangkan haditsnya tidak ada didalam ” Mushannaf ” maupun ” Tafsirnya “, tidak juga di ” Jami’nya “. Dan yang lebih mengherankan dari itu, terdapat segolongan orang2 ” Syinqity ” telah percaya penisbatan yang salah ini lalu mengada2kan (membuat2) sanad dari Abdurrazaq, sampai ke Jabir r.a dan Allah Maha Mengetahui bahawa semua ini tidak ada asalnya. Maka Jabir r.a tidak ada sangkut pautnya dengan riwayat hadits ini, dan Abdurrazaq tidak mendengarnya.” (Mulhaq Qasidah Burdah hal 75)
3. Di tempat lain, Al Ghumari berkata : وهو حديث موضوع لو ذكره بتمامه لما شك الواقف عليه في وضعه ، وبقيته تقع في ورقتين من القطع الكبير ؛ مشتملة على ألفاظ ركيكة ، ومعاني منكرة
(المغير على الأحاديث الموضوعة في الجامع الصغير(المقدمة:ص/7
Dan, dari ulama salafi, Asy-syaikh Al Albani didalam kitab Ash-shohihahnya (no. 458) setelah menyebutkan keshohihan hadits : خلقت الملائكة من نور و خلق إبليس من نار السموم و خلق آدم عليه السلام مما قد وصف لكم
“Para malaikat diciptakan dari cahaya, iblis di ciptakan dari api dan Adam tercipta dari apa yang disifatkan untuk kalian.” (HR. Muslim: 2996), beliau berkata : “Dalam hadits ini terdapat isyarat atas kebatilan sebuah hadits yang masyhur di kalangan manusia yaitu:
“Yang pertama kali diciptakan oleh Alloh adalah nur nabimu wahai Jabir.”
Dan hadits-hadits semisalnya yang menyatakan bahawa Rasululloh tercipta dari cahaya. Sesungguhnya hadits ini (HR Muslim tersebut) adalah sebuah dalil yang sangat jelas bahwa hanya para malaikat saja yang tercipta dari cahaya, bukan Adam dan bukan pula anak keturunannnya. Perhatikanlah hal ini dan janganlah kamu menjadi orang yang lalai.”
saudaraku fikar yg saya sayangi, antum mengutip dari habib mundzir ya : http://www.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=34&func=view&catid=7&id=19465
Afwan, saya ingin bertanya, andaikan memang benar Imam Abdurrazzaq meriwayatkan dari Jabir radhiyallahu ‘anhu mengenai hadits Nur Muhammad spt yg disebutkan oleh habib Mundzir, kiranya bagaimana sanad dari Abdurrazzaq hingga ke sahabat Jabir ya akhi? Habib bilang sanad itu shahih, tidakkah antum tergelitik untuk mengetahui bagaimana sanad yg shahih itu??? Sekedar info, Abdurrazzaq bin Hammam bin Nafi’ lahir pada tahun 126 H dan wafat pada tahun 211 H (Taqribut Tahdzib no. 4064), apakah mungkin beliau meriwayatkan langsung dari Jabir radhiyallahu ‘anhu yg wafat pada tahun 78 H??? Apakah mungkin beliau meriwayatkan dari org yg sudah wafat?
Cobalah pikirkan hal ini. Saya tidak mempermasalahkan antum mau copas darimana, namun liat2 dulu ya akhi, apa dan bagaimana yg mau antum copas itu? Apalagi bila berhubungan dengan hadits Rasulullah, hendaknya jgn sembarangan menukil perkataan org bila tidak bisa dipastikan keshahihan sanadnya. Tidak takutkah antum dengan sabda Rasulullah berikut : “Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja maka hendaklah dia bersiap-siap (mendapat) tempat duduknya di neraka.” (HR Bukhari no. 1209, lidwa).
Dan, sekali lg, saya masih penasaran sama mcman, darimana tafsiran yg antum dapat itu? Orgnya ga pernah muncul lg. Saya husnudzon mungkin beliau sedang membuka buku2 tafsir untuk mencari tafsiran para ulama yg sependapat dengan beliau.
HADITS PADA MASA SEKARANG
Perlu diketahui bahwa ulama jaman sekarang tidak dapat disamakan dengan ulama zaman dulu, dikarenakan jumlah hadits yang ada pada masa sekarang sangat sedikit dibanding masa lalu.Misal Imam Ahmad hafal 1.000.000 hadits, atau lebih. Yang tercantum dalam kitab nya tidak sampai 30.000. Hanya 20 ribu lebih sedikit.
Lalu kemana 970.000 sisanya? Ialah lenyap catatannya. Atau mungkin tidak sempat tercatat. 970 ribu hadits yang dihafalnya itu pernah ada. Walaupun tidak dapat menemukannya, kita tidak dapat mengingkari adanya hadits itu. Di manakah hadits sebanyak 970.000 itu? Itu sudah terangkum dalam fatwa dan pendapatnya.
Sesuatu yang tidak kita ketemukan, bukan berarti sesuatu itu tidak ada.
Sesuatu hadits yang tidak kita temukan manuskrip aslinya zaman sekarang, tidak bisa lantas kita katakan tidak ada.
Nah berapakah jumlah seluruh hadits yg ada zaman sekarang yg dicetak dalam buku2. Jumlah seluruhnya tidak sampai 100.000
Betapa sedikitnya.
====================
Mengenai mengenai Nur Muhammad saw adalah makhluk pertama haditsnya telah dikeluarkan oleh Imam Abdurrazaaq dari Jabir ra dg sanad Shahih, rujuk Kitab Anwarulmuhammad iyyah hal.13, diperkuat oleh Hadits Riwayat Ibn Abbas ra, (Kitab Assyifa oleh Imam Qadhiy Iyadh hal 83)
Ulama yang meneliti manuskrip kitab itu menyatakan bahwa sebagian manuskrip kitab ada yg hilang.
Maka dapat difahami jika sanadnya tidak tercantum
===================
Darimana tahunya hadits itu shahih?
Fatwa ulama yang menyaksikan sanad hadits itu, sewaktu belum hilang catatannya.
===================
Hadits Jabir itu ada pada Riwayat Abdurrazaq dikuatkan oleh Syaikh Ibnu Hajar al-Haitami al-Makki rhm. Dalam kitab “al-Fatawa al-Haditsiyyah” halaman 206 :
-Dan telah ditanya Syaikh Ibnu Hajar rhm. mengenai hadis “Seawal-awal yang diciptakan Allah adalah ruhku dan alam keseluruhannya dicipta daripada nurku, setiap sesuatu kembali kepada asalnya”, siapakah perawinya ?
-(Maka dijawab) dengan perkataannya:- “Aku tidak mengetahui sesiapa yang meriwayatkannya sedemikian….
(perhatikan beliau tidak mengetahui periwayat bahwa YANG PERTAMA DICIPTAKAN ADALAH RUH NABI, DAN ALAM SEMESTA DICIPTAKAN DARI NUR NABI.) lalu beliau melanjutkan yang telah diketahuinya:
….DAN BAHAWASANYA YANG DIRIWAYATKAN DIA ‘ABDUR RAZZAQ ADALAH BAHWASANYA JUNJUNGAN (NABI) BERSABDA BAHAWA ALLAH TELAH MENCIPTA NUR MUHAMMAD SEBELUM SEGALA SESUATU DARIPADA NURNYA.”
(Pperhatikan bahwa beliau menyaksikan bahwa Allah telah menciptakan nur Nabi sebelum segala sesuatu)
Perkataan Syaikh Ibnu Hajar al-Haitami al-Makki rhm diatas adalah sebagai saksi bahwa dia mengetahui hadits tersebut BENAR diriwayatkan oleh Abdurrazaq
Juga dalam mukhtasar beliau bagi kitab mawlidnya ‘an-Ni’matul Kubra ‘alal ‘alam bi mawlidi Sayyidi Waladi Adam”, beliau menyatakan:-
*
Ketahuilah bahawa Allah ta`ala telah memuliakan nabiNya s.a.w. dengan terdahulu/terawal nubuwwah baginda pada azali lagi. Dan yang sedemikian itu adalah kerana apabila Allah ta`ala berkehendak untuk mewujudkan makhluk, diwujudkanNya (yakni diciptakanNya) al-Haqiqatul Muhammadiyyah dari semata-mata nur sebelum wujud apa-apa ciptaan dari segala makhluk, kemudian diambil daripadanya sekalian alam….
Begitulah kesaksian para ulama terdahulu yang tentunya tidak asal berfatwa. Pastilah mereka mengetahui bahwa hadits di atas benar diriwayatkan.
Kitab “al-Wafaa bi ahwaalil Musthofa s.a.w.” (Ibnu Qudamah al-Maqdisy 509 H)
Imam ‘Abdur Rahman bin ‘Ali yang terkenal dengan nama Imam Ibnul Jawzi ulama besar bermazhab Hanbali yang dilahirkan pada tahun 509/510H di Baghdad. Beliau adalah pengarang dan daie yang terkenal yang banyak menyedarkan umat serta ramai yang memeluk Islam di tangannya. Beliau adalah guru kepada Ibnu Qudamah al-Maqdisy yang masyhur itu.Tersebutlah dalam karya beliau yang berjudul “al-Wafaa bi ahwaalil Musthofa s.a.w.” akan kisah penciptaan Junjungan Nabi s.a.w. yakni penciptaan benih asal jasad baginda s.a.w. Kisahnya adalah sebagai berikut:-
Daripada Ka’ab al-Ahbar: ” Tatkala Allah ta’ala berkehendak untuk menciptakan Nabi Muhammad s.a.w., Dia memerintahkan Jibril a.s. untuk membawakan segenggam tanah putih yang merupakan tanah tempat Junjungan Nabi s.a.w. dimakamkan nanti. Maka diulilah tanah tersebut dengan air Tasniim (air syurga) lalu dicelupkan ke dalam sungai-sungai syurga. Setelah itu, dibawakan dia berkeliling ke serata langit dan bumi. Para malaikat pun mengenali Junjungan Nabi s.a.w. dan keutamaan baginda sebelum mereka mengenali Nabi Adam a.s. Ketika nur Junjungan Nabi s.a.w. kelihatan di kening dahi Nabi Adam a.s., dikatakan kepadanya: “Wahai Adam, inilah sayyid (penghulu) keturunanmu daripada para anbiya’ dan mursalin.
Begitulah para ulama terdahulu yang masih berkesempatan menyaksikan hadits2 yang banyak.
BUKAN HUKUM AGAMA
Persoalan ini bukanlah hukum agama, boleh dikatakan hanya kisah saja. Maka
lepas dari Ikhtilaf dan sanggahan, maka semua permasalahan ini merupakan Ikhtilaf yg tak perlu dipermasalahkan , bagi yg mempercayainya maka berpegang pd dalilnya, dan bagi yg tak mempercayainya pun sebaiknya berpegang pd dalilnya.
Mempercayai maupun tidak mempercayai tidaklah membatalkan keIslaman dan juga tidak dosa.
LANDASAN LAIN
Keluar dari hadits Abdurrazaq. Hadits ini bukan satusatunya hadits landasan mengenai nur Muhammad.
Masih banyak landasan lain sehingga kami mengikuti pendapat ini:
Hadis lain yang diriwayatkan oleh Ali bin Al-Husain ra yang berasal dari ayahnya (Imam Ali bin Abu Thalib ra) dan dari datuknya (Muhammad Rasulullah saw).Hadis tersebut menuturkan bahwasanya Rasulullah saw menerangkan “kuntu nuuran baina yadai rabbi” yang bererti dahulu aku adalah nur di sisi Tuhanku.Hadis tersebut disebut oleh Al-Hafizh Abul-Hasan Ali bin Muhammad Al-Qaththan di dalam Al-Ahkamnya.Ibnul Qaththan termasuk jajaran kritikus (naqqad) hadis yang terkenal dengan teknik pembahasannya, dan termasuk juga sejumlah ulama yang sangat teliti dan ketat menjaga riwayat-riwayat hadis dan penghafalannya.
Mengenai kebenaran hadis tentang nur Muhammad saw ,Allah berfirman di dalam Al Quran (yang berbunyi) “qad jaa akum minallaahi nuurun wakitaabun mubiin” (yang bererti) sesungguhnya telah datang kepada kalian nur (cahaya) dari Allah dan Kitab (Al-Quran) yang menerangkan (Al-Maidah:15).
Banyak ulama mengatakan bahwa yang dimaksud ‘nur’ adalah Muhammad saw.Demikianlah di dalam ‘Tafsir At-Thabari’,Ibnu Abi Hatim dan Al- Qurthubi.Qatadah mengatakan bahwa ‘nur’ pada ayat tersebut bermakna Muhammad saw.Demikian pula di dalam Tafsir Ibnul-Jauzi.
Di dalam sebuah hadis Rasulullah saw menyatakan:(yang bunyinya) “innii ‘abdullaahi wa khaatamun nabiyyiin,wa inna Aadama lamunjadilun fii thiinatihi”(yang bererti) Aku hamba Allah penutup para nabi,sedangkan Adam masih berupa gumpalan keras pada tanah liatnya.
Hadis tersebut diriwayatkan oleh Ahmad (bin Hanbal),Al-Baihaqi dan Al-Hakim menilainya sebagai hadis berisnad shahih.
Pembuktian lain yang menunjukkan kebenaran soal nuraniyah itu ialah berita-berita riwayat dari berbagai sumber,yang menuturkan,bahwa pada saat kelahiran Muhammad saw bundanya melihat cahaya (nur) dan bersama nur yang dilihatnya itu cahaya yang menerangi gedung-gedung di negeri Syam.Ibnu Hajar mengenengahkan riwayat tersebut dan membenarkannya.Demikian pula Ibnu Hibban dan Al-Hakim.
Syaikh Dr. Shadiq Muhammad Ibrahim (salah seorang yang telah melakukan penelitian terhadap hadits ini) mengatakan: “Semua kitab-kitab sufi yang terdapat di dalamnya hadits ini, tidak ada yang menyebutkan sanad dari hadits tersebut. Mereka hanya menyebutkan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh `Aburrazzaq. Saya telah mencarihadits tersebut dalam kitab-kitab yang ditulis oleh `Abdurrazzaq dan saya tidak menemukan hadits tersebut.”
`Abdullah al-Ghamariy (seorang pakar hadits) mengatakan: “Hadits tersebut merupakan hadits maudhu` (palsu). … Bersamaan dengan itu, hadits tersebut juga tidak terdapat dalam kitab Mushannaf `Abdurrazzaq, Tafsir-nya, dan tidak juga dalam Jami`-nya. … Maka shahabat Jabir bin `Abdullah radhiyallahu `anhu (perawi hadits menurut mereka) berlepas diri dari menyampaikan hadits tersebut. Demikian juga `Abdurrazzaq, dia tidak pernah menulis hadits tersebut (dalam kitabnya). Orang yang pertama menyampaikan hadits ini adalah Ibnu Arabi. Saya tidak tahu dari mana dia mendapatkannya.”
Konsekuensi yang Sesat dan Menyesatkan
@ fikar
Akhil Kariim, tentang hapalan Imam Ahmad 1 juta hadits maka ana katakan:
Pertama : ana rasa antum tidak baca penjelasan para ulama tentang maksud Imam Ahmad bahwasanya beliau menghapal satu juta hadits. Para ulama telah menjelaskan dalm kitab mushtolah hadits maksud satu juta di situ adalah bukan matan hadits akan tetapi jalan-jalan hadits. karena bisa jadi satu hadits ada ratusan jalannya.
kedua : Imam Ahmad bukan hanya menghapal hadits-hadits yang shahih akan tetapi juga menghapal hadits-hadits yang lemah. oleh karenanya diriwayatkan dari Imam Al-Bukhari bahwasanya ia menghapal 100 ribu hadits shahih dan 200 ribu hadits lemah.
Ketiga :Banyak hadits yang maknanya berulang-ulang sama (karena memang boleh meriwayatkan dengan makna bagi rawi yang memenuhi persyaratan) maka Imam cukup meriwayatkan sebagian hadits saja sebagai perwakilan, dan tidak perlu beliau merwiayatkan seluruh yang dihapalnya
Keempat : Imam Ahmad sangat mengagungkan Nabi shallalhu ‘alaihi wa sallam, sampai tidaklah ia mendengar hadits kecuali ia amalkan. hadits tentang nur Muhammad adalah hadits yang sangat penting, dan berkaitan dengan pokok aqidah, jika memang hadits tersebut benar adanya tentu Imam Ahmad akan meriwayatkan dalam kitabnya, demikian pula para imam yang lain
Kelima : Persangkaan bahwasanya “Bisa jadi ada hadits yang shahih namun tidak diriwayatkan dalam kitab-kitab hadits” maka ini akan membuka pintu-pintu kesesatan:
– menimbulkan keraguan dalam agama. padahal Allah telah berfirman ((Kamilah yang telah menurunkan Al-Qur’an dan Kamilah yang akan menjaganya)), para ulama telah menjelaskan kelaziman dari penjagaan Al-Qur’an adalah penjagaan syarahnya (penjelasnya) yaitu hadits-hadits Nabi, karena jika penjelasnya tidak dijaga maka berarti Islam tidak terjaga. jika perkaranya demikina maka hadits-hadits Nabi yang shahih pasti terjaga, karenanya Allah menjaga hadits dengan para ulama hadits seperti Imam AHmad, Bukhari, Muslim , Abu Sawud, dll rahmahumullah
– hal ini akan membukan pintu bagi pelaku bid’ah dan kesesatan sebesar-besarnya. jika ada orang yang berbuat kesyirikan dengan berdoa kepada nabi dan menjadikannya sebagai wasilah dengan berkata “Wahai Rasulullah sembuhkanlah aku”, jika kita menganingkarinya maka serta merta dia akan berkata, “Bisa jadi ada hadits yang menjelaskan bolehnya hal ini akan tetapi kamu tidak tahu, atau belum ditemukan manuskripnya”??!!.
Atau misalnya ada yang berkata, “Muhammad diciptakan dari cahaya Allah”, jika kita mengingkarinya maka ia akan berakta, “Bisa jadi ada hadits yang menjelaskan hal ini akan tetapi kamu tidak tahu dan manuskripnya belum tentu ditemukan”, dst
Masya Allah ,
Jazakallah ustadz , penjelasan yang saling mengisi , ana berharap kepada Allah agar senantiasa memberi hidayah kepada kita semua ,untuk lurus dijalan-Nya dan dijauhkan dari sifat ghuluw yang justru menjatuhkan diri kita ke kehinaan yang amat sangat.
Terkhusus untuk saudaraku tercinta Fikar dan mcman , serta yang sepemahan dengan itu , ana mengajak antum untuk ikhlas dalam berilmu dan senantiasa memohon bimbingan-Nya dan yang terpenting jauhi sifat sombong yaitu menolak kebenaran kalau dirasa kebenaran itu tidak sesuai dengan kemauan kita.
@rasi: setujuuu
wooooooy…….
Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam /… itu manusia yang maksum .. suci dari dosa dan Allah SWT sudah janjikan surga untuknya … elo elo pada bisa kaya Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wa alihi Wasallam engga’. maen sama-samain ajje sama manusia biasa .. elo-elo cuman sarang dosa ..
makanya kalo belajar tafsir biar bener … orang yang menafsirkan Al-Qur’an dengan akalnya tempatnya kelak di NERAKA …
Allohumma Sholli Wasallim Ala Sayyidinaa wa Maulana Muhammad …
gaaaaaaaaak jelaaaaaaaaaazzzzzz …. hadits sama dalil maen dimasuk masukin aje …. belajar tafsir yang bener ….sama ulama .. jangan sembarangan ngemeng aje lo ..
Allohumma Sholli Ala Sayyidina wa Maulana Muhammad …
ya Allah .. ampunilah orang-orang ini ya Allah … ya Rasulullah aku mengharap syafaatmu di yaumil akhir …
Amiiin…Yaa Mujibas Sailiin
Ya Allah…perbaikilah tutur kata saudara hamba ini ya Allah…perhaluslah budi pekertinya agar ia mengerti bagaimana adab berkomentar dengan baik.
Amiin ya Allah…
amiiin .. thanks atas doanye ,,
behh,, ngeri bgt sih bc judulnya… emang ada org islam yg sampai menuhankan Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam. udahlah kt bersaudara, g’ usah trlalu sok dg ilmu yg kt miliki lantas menuduh golongan lain syirik, bid’ah apalagi menuduh suatu golongan dg menuhankan Nabi Muhammad sallallohu Alaihi Wa saallam.. Astaghfirulloh.
@adie
akhi emang siapa yang menuduh? dan apa yang dituduhkan….. klo comment yang jelas!!!
Afwan,
Saya ikuti diskusi ini sungguh menarik, tidak seperti Bloqnya habib munzir penuh cacian dan tuduhan antara sesama muslim.
yang saya lihat dan saya amati saya cendrung( yakin) dengan penjelasan Ustadz Firanda lebih ilmiyah. pada awalnya saya juga NUlen ( NU tulen )dan tapi saat ini alhamdulilah ana Tobat dari penyimpangan2
Saudaraku van jebug,Fikar,Macman, kadang memang sangat berat merubah sesuatu yang sudah menjadi pegangan keyakinan kita, ana juga sama dulu, tapi kl kita berpikir jernih & hujah sudah sampai kepada kita apalagi yang harus kita tunggu, ana berdoa mudah2an antum diberi kemudahan untuk memilih jalan yang lurus ini dan tentunya dalam diskusi ini tidaklah mencari siapa yang menang dan kalah atau menjatuhkan satu sama lain
barrakallahu fik bagi semua peserta diskusi
bismillah,
afwan ustadz mau nanya , dimana ana bisa download kajian siroh nabawiyah yang ke 23 ?, sukron
Alhamdulillah, sekarang yang berkuasa di Haromain adalah pemimpin dari keluarga yang menjunjung tinggi tradisi ilmiyah dalam masalah tauhid, aqidah, ibadah, mu’amalah. Sehingga ahlussunnah dapat mengenal tuhannya, nabinya, dan dinul islam dengan dalil-dalilnya yang shohih. Mudah-mudahan kondisi ini akan bertahan terus, dan lestari, terhindar dari fitnah gerombolan yang mengincar tahta Haromain dengan bersenjatakan syirik, bid’ah, tahayul dan khurofat. Mudah-mudahan Alloh tinggikan derajat MUWAHIDDIN di mana pun mereka berada. Semoga Alloh berikan tempat terbaik di sisi-Nya para ulama yang telah berkorban jiwa raga menegakkan agama tauhid ini, seperti As Syaikh Al Imam Al Mujaddid Muhammad bin Abdul Wahhab At Tamimi An Najdi Rohimahullohuta’ala. Semoga negeri kita Indonesia pun dapat mengenyam nikmat yang sama. Amin.
Allahumma Sholli ‘ala Sayyidina Muhammad…
mau tau siapa yang benar?
wafat saja dulu nnti akan di perlihatkan oleh Allah sebuah kebenaran.
nanti siapa yang akan menyesal
orang-orang yang berfaham ngakunya salafy dan wahabi
atau
kami para pecinta maulid dan pengikut para wali Allah
Wallahualam bishshowab.
sedikit tambahan.
“Bid’ah itu terbagi menjadi dua macam : segala sesuatu yang baru dan tidak sejalan dengan kitab, sunnah, atsar, ijma’ itu merupakan bid’ah dhalalah ( bid’ah yang sesat ). Sementara jika sesuatu yang baru itu tidak berseberangan dengan Al-Qur’an, hadits, atsar dan ijma’, maka sesuatu yang baru itu disebut bid’ah hasanah ( bid’ah yang baik ).”
(Imam Syafi’i )
[quote name=”Pecinta Maulid”]Allahumma Sholli ‘ala Sayyidina Muhammad…
mau tau siapa yang benar?
wafat saja dulu nnti akan di perlihatkan oleh Allah sebuah kebenaran.
nanti siapa yang akan menyesal
orang-orang yang berfaham ngakunya salafy dan wahabi
atau
kami para pecinta maulid dan pengikut para wali Allah
Wallahualam bishshowab.
sedikit tambahan.
“Bid’ah itu terbagi menjadi dua macam : segala sesuatu yang baru dan tidak sejalan dengan kitab, sunnah, atsar, ijma’ itu merupakan bid’ah dhalalah ( bid’ah yang sesat ). Sementara jika sesuatu yang baru itu tidak berseberangan dengan Al-Qur’an, hadits, atsar dan ijma’, maka sesuatu yang baru itu disebut bid’ah hasanah ( bid’ah yang baik ).”
(Imam Syafi’i )[/quote][quote name=”Pecinta Maulid”]Allahumma Sholli ‘ala Sayyidina Muhammad…
mau tau siapa yang benar?
wafat saja dulu nnti akan di perlihatkan oleh Allah sebuah kebenaran.
nanti siapa yang akan menyesal
orang-orang yang berfaham ngakunya salafy dan wahabi
atau
kami para pecinta maulid dan pengikut para wali Allah
Wallahualam bishshowab.
sedikit tambahan.
“Bid’ah itu terbagi menjadi dua macam : segala sesuatu yang baru dan tidak sejalan dengan kitab, sunnah, atsar, ijma’ itu merupakan bid’ah dhalalah ( bid’ah yang sesat ). Sementara jika sesuatu yang baru itu tidak berseberangan dengan Al-Qur’an, hadits, atsar dan ijma’, maka sesuatu yang baru itu disebut bid’ah hasanah ( bid’ah yang baik ).”
(Imam Syafi’i )[/quote]
Saya mo nanya sama mas admin…!?
1. apakah rosul solollahu’alaihiwasallam pernah merayakan hari ulang tahunya? buktinya mana?
2. Apakah Imam Syafi’i membolehkan perayaan maulid?
ttd : (orang awam)
[quote name=”Pecinta Maulid”]Allahumma Sholli ‘ala Sayyidina Muhammad…
mau tau siapa yang benar?
wafat saja dulu nnti akan di perlihatkan oleh Allah sebuah kebenaran.
nanti siapa yang akan menyesal
orang-orang yang berfaham ngakunya salafy dan wahabi
atau
kami para pecinta maulid dan pengikut para wali Allah
Wallahualam bishshowab.
sedikit tambahan.
“Bid’ah itu terbagi menjadi dua macam : segala sesuatu yang baru dan tidak sejalan dengan kitab, sunnah, atsar, ijma’ itu merupakan bid’ah dhalalah ( bid’ah yang sesat ). Sementara jika sesuatu yang baru itu tidak berseberangan dengan Al-Qur’an, hadits, atsar dan ijma’, maka sesuatu yang baru itu disebut bid’ah hasanah ( bid’ah yang baik ).”
(Imam Syafi’i )[/quote]
[quote name=”Pecinta Maulid”]Allahumma Sholli ‘ala Sayyidina Muhammad…
mau tau siapa yang benar?
wafat saja dulu nnti akan di perlihatkan oleh Allah sebuah kebenaran.
nanti siapa yang akan menyesal
orang-orang yang berfaham ngakunya salafy dan wahabi
atau
kami para pecinta maulid dan pengikut para wali Allah
Wallahualam bishshowab.
sedikit tambahan.
“Bid’ah itu terbagi menjadi dua macam : segala sesuatu yang baru dan tidak sejalan dengan kitab, sunnah, atsar, ijma’ itu merupakan bid’ah dhalalah ( bid’ah yang sesat ). Sementara jika sesuatu yang baru itu tidak berseberangan dengan Al-Qur’an, hadits, atsar dan ijma’, maka sesuatu yang baru itu disebut bid’ah hasanah ( bid’ah yang baik ).”
(Imam Syafi’i )[/quote]
Assalamu`alaikum
Klo boleh ana tanya kepada antum,apa sih penjelasan berikutnya dari Imam Syafi`i itu bid`ah hasanah apakah bid`ah secara duniawi atau agama sih? Klo pun iya agama maka pendapat Imam Syafi`i telah bertentangan dengan hadits shahih ttg pelarangan bid`ah dalam agama atau syariat.
3. Madzhab Syafi’i, yang dinisbatkan pada Imam Abu ‘Abdillah Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i rahimahullah. Beliau dilahirkan pada tahun 150 Hijriyah dan wafat pada tahun 204 Hijriyah. Beliau pernah berkata,
كُلُّ مَا قُلْتُ فَكَانَ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم خِلاَفُ قَوْلِيْ مِمَّا يَصِحُّ فَحَدِيْثُ النَّبِيِّ أَوْلَى، فَلاَ تُقَلِّدُوْنِيْ .
Artinya: “Setiap dari perkataanku, kemudian ada riwayat yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyelisihi perkataanku, maka hadits Nabi (harus) diutamakan. Maka janganlah kalian taqlid kepadaku.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dalam Adab Asy-Syafi’i (hal. 93), Ibnu Qayyim dalam I’lamul Muwaqqi’in (IV/45-46), Abu Nu’aim dan Ibnu ‘Asakir (XV/9/2) dengan sanad yang shahih. Lihat juga Muqaddimah Shifat Shalatin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, (hal. 52)](www.muslimah.or.id)
Assalamu`alaiku m
Klo boleh ana tanya kepada antum,apa sih penjelasan berikutnya dari Imam Syafi`i itu bid`ah hasanah apakah bid`ah secara duniawi atau agama sih? Klo pun iya agama maka pendapat Imam Syafi`i telah bertentangan dengan hadits shahih ttg pelarangan bid`ah dalam agama atau syariat.
Madzhab Syafi’i, yang dinisbatkan pada Imam Abu ‘Abdillah Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i rahimahullah. Beliau dilahirkan pada tahun 150 Hijriyah dan wafat pada tahun 204 Hijriyah. Beliau pernah berkata,
كُلُّ مَا قُلْتُ فَكَانَ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم خِلاَفُ قَوْلِيْ مِمَّا يَصِحُّ فَحَدِيْثُ النَّبِيِّ أَوْلَى، فَلاَ تُقَلِّدُوْنِيْ .
Artinya: “Setiap dari perkataanku, kemudian ada riwayat yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyelisihi perkataanku, maka hadits Nabi (harus) diutamakan. Maka janganlah kalian taqlid kepadaku.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dalam Adab Asy-Syafi’i (hal. 93), Ibnu Qayyim dalam I’lamul Muwaqqi’in (IV/45-46), Abu Nu’aim dan Ibnu ‘Asakir (XV/9/2) dengan sanad yang shahih. Lihat juga Muqaddimah Shifat Shalatin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, (hal. 52)](www.muslimah.or.id)
(Imam Syafi’i )[/quote]
[quote name=”Pecinta Maulid”]Allahumma Sholli ‘ala Sayyidina Muhammad…
mau tau siapa yang benar?
wafat saja dulu nnti akan di perlihatkan oleh Allah sebuah kebenaran.
nanti siapa yang akan menyesal
orang-orang yang berfaham ngakunya salafy dan wahabi
atau
kami para pecinta maulid dan pengikut para wali Allah
Wallahualam bishshowab.
sedikit tambahan.
“Bid’ah itu terbagi menjadi dua macam : segala sesuatu yang baru dan tidak sejalan dengan kitab, sunnah, atsar, ijma’ itu merupakan bid’ah dhalalah ( bid’ah yang sesat ). Sementara jika sesuatu yang baru itu tidak berseberangan dengan Al-Qur’an, hadits, atsar dan ijma’, maka sesuatu yang baru itu disebut bid’ah hasanah ( bid’ah yang baik ).”
(Imam Syafi’i )[/quote]
Madzhab Syafi’i, yang dinisbatkan pada Imam Abu ‘Abdillah Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i rahimahullah. Beliau dilahirkan pada tahun 150 Hijriyah dan wafat pada tahun 204 Hijriyah. Beliau pernah berkata,
كُلُّ مَا قُلْتُ فَكَانَ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم خِلاَفُ قَوْلِيْ مِمَّا يَصِحُّ فَحَدِيْثُ النَّبِيِّ أَوْلَى، فَلاَ تُقَلِّدُوْنِيْ .
Artinya: “Setiap dari perkataanku, kemudian ada riwayat yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyelisihi perkataanku, maka hadits Nabi (harus) diutamakan. Maka janganlah kalian taqlid kepadaku.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dalam Adab Asy-Syafi’i (hal. 93), Ibnu Qayyim dalam I’lamul Muwaqqi’in (IV/45-46), Abu Nu’aim dan Ibnu ‘Asakir (XV/9/2) dengan sanad yang shahih. Lihat juga Muqaddimah Shifat Shalatin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, (hal. 52)](www.muslimah.or.id)
[quote name=”Pecinta Maulid”]Allahumma Sholli ‘ala Sayyidina Muhammad…
mau tau siapa yang benar?
wafat saja dulu nnti akan di perlihatkan oleh Allah sebuah kebenaran.
nanti siapa yang akan menyesal
orang-orang yang berfaham ngakunya salafy dan wahabi
atau
kami para pecinta maulid dan pengikut para wali Allah
Wallahualam bishshowab.
sedikit tambahan.
“Bid’ah itu terbagi menjadi dua macam : segala sesuatu yang baru dan tidak sejalan dengan kitab, sunnah, atsar, ijma’ itu merupakan bid’ah dhalalah ( bid’ah yang sesat ). Sementara jika sesuatu yang baru itu tidak berseberangan dengan Al-Qur’an, hadits, atsar dan ijma’, maka sesuatu yang baru itu disebut bid’ah hasanah ( bid’ah yang baik ).”
(Imam Syafi’i )[/quote]
Assalamu`alaiku m
Klo boleh ana tanya kepada antum,apa sih penjelasan berikutnya dari Imam Syafi`i itu bid`ah hasanah apakah bid`ah secara duniawi atau agama sih? Klo pun iya agama maka pendapat Imam Syafi`i telah bertentangan dengan hadits shahih ttg pelarangan bid`ah dalam agama atau syariat.
kalau boleh tahu, seandainya ada bidah yg baik dan buruk. apa itu contoh bid’ah yg buruk? contoh amal ya… yg jelas