Ada beberapa perkara yang disangka oleh sebagian orang merusak keikhlasan, akan tetapi ternyata tidak merusak keikhlasan. Perkara-perkara tersebut adalah :
Pertama : Beramal dalam rangka mencari surga.
Sebagian orang terlalu berlebihan dan salah faham tentang keikhlasan. Orang yang beramal sholeh karena mencari surga dinamakan oleh Robi’ah al-‘Adawiyah dengan “Pekerja yang buruk”. Ia berkata:
مَا عَبَدْتُهُ خَوْفًا مِنْ نَارِهِ وَلاَ حُبًّا فِي جَنَّتِهِ فَأَكُوْنَ كَأَجِيْرِ السُّوْءِ، بَلْ عَبَدْتُهُ حُبًّا لَهُ وَشَوْقًا إِلَيهِ
“Aku tidaklah menyembahNya karena takut neraka, dan tidak pula karena berharap surgaNya sehingga aku seperti pekerja yang buruk. Akan tetapi aku menyembahNya karena kecintaan dan kerinduan kepadaNya” (Ihyaa’ Uluum ad-Diin 4/310)
Demikian juga Al-Gozali mensifati orang yang seperti ini dengan orang yang ablah (dungu). Ia barkata,
فَالْعَامِلُ ِلأَجْلِ الْجَنَّةِ عَامِلٌ لِبَطْنِهِ وَفَرْجِهِ كَالْأَجِيْرِ السُّوْءِ وَدَرَجَتُهُ دَرَجَةُ الْبَلَهِ وَإِنَّهُ لَيَنَالُهَا بِعَمَلِهِ إِذْ أَكْثَرُ أَهْلِ الْجَنَّةِ الْبَلَهُ وَأَمَّا عِبَادَةُ ذَوِي الْأَلْبَابِ فَإِنَّهَا لاَ تُجَاوِزُ ذِكْرَ اللهِ تَعَالَى وَالْفِكْرِ فِيْهِ لِجَمَالِهِ … وَهَؤُلاَءِ أَرْفَعُ دَرَجَةً مِنَ الْاِلْتِفَاتِ إِلَى الْمَنْكُوْحِ وَالْمَطْعُوْمِ فِي الْجَنَّةِ
“Seseorang yang beramal karena surga maka ia adalah seorang yang beramal karena perut dan kemaluannya, seperti pekerja yang buruk. Dan derajatnya adalah derajat al-balah (orang dungu), dan sesungguhnya ia meraih surga dengan amalannya, karena kebanyakan penduduk surga adalah orang dungu. Adapun ibadah orang-orang ulil albab (yang cerdas) maka tidaklah melewati dzikir kepada Allah dan memikirkan tentang keindahanNya….maka mereka lebih tinggi derajatnya dari pada derajatnya orang-orang yang mengharapkan bidadari dan makanan di surga” (Ihyaa Uluumid Diin 3/375)
Tentunya ini adalah pendapat yang keliru. Bisa ditinjau dari beberapa sisi:
Pertama : Allah telah mensifati para nabi dan juga pemimpin kaum mukminin bahwasanya mereka beribadah kepada Allah dalam kondisi takut dan berharap. Allah berfirman
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا (٥٧)
Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti. (QS Al-Isroo : 57)
Allah berfirman tentang ‘Ibaadurrohman bahwasanya mereka takut dengan adzab neraka
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا (٦٥)
Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan Kami, jauhkan azab Jahannam dari Kami, Sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal”.(QS Al-Furqoon : 65)
Nabi Ibrahim ‘alaihis salaam berkata dalam doanya
وَاجْعَلْنِي مِنْ وَرَثَةِ جَنَّةِ النَّعِيمِ (٨٥)وَاغْفِرْ لأبِي إِنَّهُ كَانَ مِنَ الضَّالِّينَ (٨٦)وَلا تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ (٨٧)
Dan Jadikanlah aku Termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuh kenikmatan, Dan ampunilah bapakku, karena Sesungguhnya ia adalah Termasuk golongan orang-orang yang sesat, dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan. (QS Asy-Syu’aroo 85-87)
Allah memuji Nabi Zakariya dan juga Nabi Yahya ‘alaihima as-salam dalam firmanNya
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ (٩٠)
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada kami. (QS Al-Anbiyaa : 90)
Demikian juga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam terlalu banyak doa-doa beliau meminta surga dan terjauhkan dari neraka.
Kedua : Bahkan Allah mensifati para ulil albab (orang-orang yang berakal dan cerdas) bahwasanya mereka takut dengan adzab neraka dan mengharapkan janji Allah. Yang ini jelas bantahan terhadap Al-Ghozali yang menganggap orang yang mengharapkan surga dan takut neraka sebagai orang yang dungu.
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (١٩١)رَبَّنَا إِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ (١٩٢)رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلإيمَانِ أَنْ آمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الأبْرَارِ (١٩٣)رَبَّنَا وَآتِنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ (١٩٤)
(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, Maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun. Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”, Maka Kamipun beriman. Ya Tuhan Kami, ampunilah bagi Kami dosa-dosa Kami dan hapuskanlah dari Kami kesalahan-kesalahan Kami, dan wafatkanlah Kami beserta orang-orang yang banyak berbakti. Ya Tuhan Kami, berilah Kami apa yang telah Engkau janjikan kepada Kami dengan perantaraan Rasul-rasul Engkau. dan janganlah Engkau hinakan Kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.” (QS Ali ‘Imroon : 191-194)
Ketiga : Setelah Allah menyebutkan tentang kenikmatan-kenikmatan di surga lalu Allah memerintahkan para hambaNya untuk saling berlomba-lomba dalam memperolehnya.
وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ (٢٦)
dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba. (QS Al-Muthoffifin : 26)
Keempat : Terlalu banyak ayat dalam al-Qur’an yang menjelasan tentang nikmat-nikmat surga. Maka jika seseorang tercela mengharapkan kenikmatan surga maka seakan-akan Allah telah menyesatkan hamba-hambaNya dengan mengiming-iming mereka dengan nikmat surga. Demikian juga halnya Allah sering menyebutkan tentang perihnya adzab neraka.
Kelima : Diantara kenikmatan surga –bahkan yang merupakan puncak kenikmatan- adalah melihat wajah Allah. Karenanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta kepada Allah nikmat ini, sebagaimana dalam doanya :
وَأَسْأَلَُك لَذَّةَ النَّظْرِ إِلَى وَجْهِكَ وَالشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكِ
“Dan aku memohon keledzatan memandang wajahMu, dan kerinduan untuk bertemu denganMu” (HR An-Nasaai no 1305 dan dishahihkan oleh Al-Albani)
Orang yang mengaku tidak berharap kenikmatan surga, maka apakah ia tidak ingin melihat wajah Allah?!!
Keenam : Banyak hadits yang mempersyaratkan “pengharapan ganjaran dari Allah” pada sebuah amalan.
Contohnya sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barang siapa yang berpuasa di bulan ramadhan karena keimanan dan berharap maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR Al-Bukhari no 38 dan Muslim no 760)
مَنِ اتَّبَعَ جَنَازَةَ مُسْلِمٍ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا) حَتَّى يُصَلَّى عَلَيْهَا فَلَهُ قِيْرَاطٌ، وَمَنْ شَهِدَهَا حَتَّى تُدْفَنَ فَلَهُ قِيْرَاطَانِ (مِنَ الأَجْرِ)، قِيْلَ: (يَا رَسُوْلَ اللهِ) وَمَا الْقِيْرَاطَانِ؟ قَالَ: مِثْلُ الْجَبَلَيْنِ الْعَظِيْمَيْنِ
“Barangsiapa yang mengikuti janazah muslim karena keimanan dan mengharapkan (ganjaran dari Allah) hingga disholatkan jenazah tersebut maka bagi dia qirot pahala, dan barangsiapa yang menghadiri janazah hingga dikubur maka baginya dua qirot pahala”. Maka dikatakan, “Wahai Rasulullah, apa itu dua qirot?”, Nabi berkata, “Seperti dua gunung besar” (HR Al-Bukhari no 47)
Al-Khotthoobi berkata
احْتِسَابًا أَيْ عَزِيْمَةً وَهُوَ أَنْ يَصُوْمَهُ عَلَى مَعْنَى الرَّغْبَةِ فِي ثَوَابِهِ
“Ihtisaaban” yaitu azimah (tekad) maksudnya ia berpuasa karena berharap pahala dari Allah” (Fathul Baari 4/115)
Kota Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, 24-10-1433 H / 11 September 2012 M
Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja
www.firanda.com
penisbatan terhadap raabi’ah tersebut perlu diteliti lagi…
Berikut penjelasan Syaikh as Suhaym:
بالنسبة لـ ” رابعة العدوية ”
قال عنها شيخ الإسلام ابن تيمية – رحمه الله – :
وأما ما ذُكر عن رابعة العدوية من قولها عن البيت : إنه الصنم المعبود في الأرض ، فهو كذب على رابعة ، ولو قال هذا من قاله لكان كافراً يستتاب فإن تاب وإلا قُتِل ، وهو كذب فإن البيت لا يعبده المسلمون ، ولكن يعبدون رب البيت بالطواف به والصلاة إليه ، وكذلك ما نقل من قولها : و الله ما ولجه الله ولا خلا منه ، كلام باطل عليها . انتهى كلامه – رحمه الله – .
وقال الإمام الذهبي في السير :
قال أبو سعيد بن الأعرابي : أما رابعة فقد حمل الناس عنها حكمة كثيرة ، وحكى عنها سفيان وشعبة وغيرهما ما يدل على بطلان ما قيل عنها
(sumber: saaid.net)
Bismillah
Ustadz sendi akidah itu kan ada tiga, mahabah, khauf dan raja’
apakah termasuk syirik dalam mahabbah aplbila seseorang yang tidak bisa melupakan orang yg dicintainya?
misalnya ada seorang pemuda yang di tinggal nikah oleh kekasihnya, sehingga pemuda tersebut menjadi sedih yang mendalam yg membuat dia terganggu ibadahnya.
dan kalo itu syirik, termasuk syrik apakah itu?
Jazakallah.
Sederhana..
Syirik itu adalah ketika seseorang mempercayai adanya sesembahan lain selain Allah, ATAU ketika seseorang mempercayai ada dzat lain yang bisa memberikan keberuntungan dan kesialan selain Allah.
Kesedihan karena ditinggal oleh orang yang dicintai atau sesuatu yang dicintai itu adalah manusiawi. Bahkan Rasulullah pun pernah merasakan kesedihan yang mendalam dan luar biasa ketika Paman kesayangan & Istri kesayangannya meninggal dalam waktu yang hampir bersamaan. Hingga tahun itu dikenal dengan tahun kesedihan karena kesedihan Nabi pada saat itu yang luar biasa.
Dan syariat mengajarkan untuk terus-menerus membaca Inna lillaahi wa inna ilaihi roji’un dan memohon ganti yang lebih baik dari apa yang telah lalu.
Seperti kasus Ummu Salamah yang ditinggal syahid suami tercintanya, saking cintanya bahkan ia pun mengalami kejatuhan yang teramat berat, ia disarankan untuk membaca do’a tersebut, dan luar biasa — Ummu Salamah pun mendapatkan ganti seorang suami yang jauh lebih baik daripada suami lamanya, yaitu Rasulullah.
NB: Karena suami lamanya mewasiatkan Ummu Salamah agar menikah lagi dengan seorang yang lebih baik setelah ia (suaminya itu) meninggal.
Sedangkan kekhusyukan sendiri itu pun tergantung dari hati dan tak bisa dikendalikan dengan mudah –semudah mengendalikan stir sepeda–, setidaknya mas/mbak sudah berusaha khusyu’, karena Allah tak membebankan apa-apa yang tak bisa dipikul oleh seseorang.
Assalamualaikum,
Mas Firanda lebih baik perbaiki saja ibadahmu ndak usah menyalahkan orang lain, karena anda belum tentu sudah benar begitu juga Robiah kita sama ikhtiar untuk dapat ridho Allah
Wassalam
[quote name=”JAJANG HIDAYAT”]Assalamualaikum,
Mas Firanda lebih baik perbaiki saja ibadahmu ndak usah menyalahkan orang lain, karena anda belum tentu sudah benar begitu juga Robiah kita sama ikhtiar untuk dapat ridho Allah
Wassalam[/quote]
Ibarat melihat orang yang akan masuk jurang, maka sebagai seorang saudara yang baik tentu memperingatkan saudaranya yang akan celaka tersebut. Tentunya yang akan masuk jurang tadi tidak akan berkata “urus dirimu sendiri, jangan urus diri saya”. Tentunya yang tidak jadi masuk jurang tadi berterima kasih kepada saudaranya yang telah memperingatkannya.
Adapun orang yang mengingatkan tentunya tidak punya kedengkian terhadap saudaranya yang akan masuk jurang tadi. Kalo memang dengki, dibiarkan saja masuk jurang, ndak usah diingatkan. Inilah salah satu cara memahami bahwa orang-orang yang memperingatkan saudaranya, bukan karena benci, sekali lagi bukan karena benci, tetapi karena rasa cinta. Tapi memang butuh “kecerdasan ekstra” untuk mengenali benci dan cinta, karena terkadang kerasnya hati membutakan pikiran kita. Semoga berguna
mas jajang hidayat…
keilmuan mas firanda itu sudah bisa di andalkan…
kalau mas jajang hidayat…
satu hadits saja gak apal ya..??
jajang@kamu nyuruh orang perbaiki ibadahnya berarti ibadah kamu lebih baik dari orang yg kamu suruh itu ya.?kayanya si robiah gk mau masuk surga tuh.!
suruh belajar dulu dulu tu jajang hidayat baru komentar yg dilandasi ilmu.
Apa kapasitas Mas Firanda, sehingga berani menyalahkan Robi’ah dan Al-Ghozaly…?
[quote name=”Burhan”]Apa kapasitas Mas Firanda, sehingga berani menyalahkan Robi’ah dan Al-Ghozaly…?[/quote]
“undzur ila maa qoola walaa tandzur ila man qoola”
perhatikan pada apa yang diucapkan, jangan perhatikan pada siapa yang mengucapkan. ambillah pelajaran dari kisah Nabi Sulaiman dan burung Hud-hud
[quote name=”Burhan”]Apa kapasitas Mas Firanda, sehingga berani menyalahkan Robi’ah dan Al-Ghozaly…?[/quote]
Kalau Anda memandang Robi’ah al-‘Adawiyah dan Imam al-Ghazali rahimahullah lebih mulia daripada Ustadz Firanda, saya cuma nanya aja, lebih mulia mana mereka atau Allah Ta’ala..? mereka atau Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam..? Kalau Anda jawab mereka lebih mulia daripada Allah dan Rasul-Nya – maka selesai sudah urusannya. Tapi kalau Anda jawab Allah dan Rasul-Nya lebih mulia, maka konsekuensinya adalah maka perkataan siapa yang layak diikuti Allah dan Rasul-Nya atau perkataan selain mereka..? Tolong direnungkan.
[quote name=”Danny Marahaly”][quote name=”Burhan”]Apa kapasitas Mas Firanda, sehingga berani menyalahkan Robi’ah dan Al-Ghozaly…?[/quote]
Pertanyaan yang serupa juga bisa ditanyakan kepada 2 tokoh tersebut. Apa kapasitas Rabiah al Adawiyah dan Al Ghozali sehingga bisa menentang 6 Ayat quran dan 3 hadits nabi SAW yang dibawakan ustadz Firanda? Memang yang membawakan “cuma” seorang ustadz biasa, tapi yang dibawakan adalah 6 perkataan Alloh dan 3 perkataan Rasulnya. Lantas siapa yang beri wewenang Rabiah al Adawiayah dan al Ghozali untuk menentang Alloh dan RasulNya? Mohon dicerna secara perlahan dan jujur….
Alhamdulillah bisa menemukan tulisan ini, saya dari dulu benar2 ingin masuk surga dan takut neraka karna dari kecil saya sudah sering baca2 buku ttg surga dan neraka, maka dari itu sampai sedewasa sekarang saya gak paham kenapa beribadah dengan memimpikan surga dan janji2 Allah itu dianggap tidak ikhlas, padahal semua ucapan Allah seperti yang disampaikan Ustadz Firanda mengarahkan kita untuk percaya pada pada janji2 Allah dan berharap dijauhkan dari azab nerak serta dimasukan ke surganya Allah. Alhamdulillah dengan membaca ini saya jadi tidak takut lagi mengharapkan surga. Mudah2an Allah menerima semua amal ibadan kita. Aamiin