ArtMagz
  • Home
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Ebook
  • Bantahan
No Result
View All Result
ArtMagz
  • Home
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Ebook
  • Bantahan
No Result
View All Result
ArtMagz
No Result
View All Result
Home AQIDAH

Analogi Keliru Tentang Takdir yang Tersebar Di Masyarakat

admin by admin
September 10, 2021
in AQIDAH
0
analogi salah tentang takdir

Ilustrasi Perahu @unsplash

Share on FacebookShare on Twitter

Analogi Keliru Tentang Takdir

Oleh Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc. MA.

Terdapat tiga contoh analogi yang keliru tentang takdir yang tersebar di masyarakat.

  1. Perumpamaan guru dan murid-muridnya

Perumpamaan ini adalah perumpamaan yang sangat sering disampaikan. Terlihat sangat logis padahal ini adalah akidah orang-orang Qodariyah. Perumpamaan ini mengetahui bahwasanya guru telah mengetahui kemampuan masing-masing murid, lalu kemudian sang guru membuat ujian kepada murid-muridnya. Maka sebelum sang murid melakukan ujian, sang guru sudah mengetahui hasilnya.

Guru dianalogikan sebagai Allah dan murid-murid adalah hamba. Artinya, Allah ﷻ telah mengajarkan (menjelaskan) kepada sang hamba cara-cara menghadapi ujian. Namun sebelum Allah ﷻ memberikan ujian kepada sang hamba, Allah ﷻ tahu bahwa si A nilainya 10, si B nilainya 4, si C nilainya 7, dan seterusnya.

Related Post

No Content Available

Secara sepintas akidah ini sangat logis, akan tetapi kenyataannya tidak benar. Kesalahannya terletak pada poin di mana Allah ﷻ tidak memiliki andil dalam keberhasilan sang hamba dalam melewati ujian, Allah ﷻ hanya mengetahui dan menjelaskan tentang ilmu tersebut, adapun yang menjalankan takdir adalah sang hamba itu sendiri. Ketahuilah bahwa inilah akidah Qodariyah, karena Qodariyah mengatakan bahwa Allah ﷻ hanya sekadar mengetahui dan mencatat, akan tetapi Allah ﷻ tidak berkehendak terhadap hamba-hamba-Nya. Maka analogi ini salah dari tiga sisi: (1) guru hanya sekadar mengetahui, (2) guru tidak berkehendak, (3) dan guru tidak melakukan eksekusi.

  1. Perumpamaan pelatih dan para pemain bola

Pelatih berkata kepada kapten kesebelasan, “Di hadapanmu ada tiga kemungkinan, (1) jika menggunakan taktik pertama maka hasilnya akan demikian dan demikian, (2) jika menggunakan taktik kedua maka hasilnya akan demikian dan demikian, (3) jika menggunakan taktik ketiga maka akan hasilnya akan demikian dan demikian”. Maka kemudian yang memilih taktik ada sang kapten, dia bisa memilih salah satu dari tiga taktik yang akan dia gunakan dalam bermain sepak bola.

Perumpamaan ini menyebutkan bahwa Allah ﷻ itu pelatih dan hamba adalah sang kapten. Di mana letak kesalahan perumpamaan ini? Kesalahannya adalah menunjukkan bahwa Allah ﷻ tidak memiliki andil dalam menentukan pilihan sang hamba, perumpamaan ini hanya memberikan penjelasan dan tidak menentukan jalan mana yang akan diambil oleh sang hamba. Namun yang benar adalah Allah ﷻ telah menjelaskan jalan bagi sang hamba, dan Allah ﷻ juga telah menentukan jalan sang hamba (menakdirkan).

  1. Perumpamaan dengan grafik

Sebagian orang tatkala menjelaskan tentang takdir, mereka membuat grafik seperti di bawah ini:

Grafik ini menjelaskan bahwasanya Y bergantung dengan X, apabila variabel X berubah maka Y juga akan berubah.

Kesalahan model grafik di atas adalah karena menyebutkan X lebih dahulu daripada Y, atau mengatakan X sama dengan Y. Artinya mereka menyebutkan bahwa usaha seorang lebih dahulu daripada takdir, padahal kita tahu bahwasanya takdir mendahului perbuatan hamba. Sekilas analogi ini keren dan bagus, akan tetapi ketahuilah bahwasanya ini adalah perumpamaan yang keliru. Maka yang benar adalah Y (takdir) lebih dahulu dari pada X (usaha hamba).

Salah satu dari akidah orang-orang Ahli Filsafat mengatakan bahwasanya Allah ﷻ ketika mencipta, Allah ﷻ hanya membuat aturan-aturan yang barangsiapa yang mengambil aturan tertentu maka dia akan menempuh jalan tersebut, akan tetapi tujuannya belum ditulis oleh Allah ﷻ. Oleh karena itu dikatakan bahwasanya akidah orang-orang Ahli Filsafat ini mirip dengan perumpamaan analogi grafik ini.

Ketahuilah, di luar sana banyak orang yang membicarakan takdir menggunakan logika dengan tujuan untuk menjadikan takdir sesuatu hal yang logis dan sesuai dengan akal manusia yang terbatas. Namun kejadiannya tidak seperti yang diharapkan, hasilnya tidak berlogika dan tidak masuk akal, bahkan menimbulkan konsekuensi-konsekuensi yang buruk.

Ahlusunah meyakini bahwa ada perkara-perkara di dalam agama ini yang tidak bisa dipahami dan dilogikakan akal. Terhadap perkara-perkara ini hamba dituntut untuk tunduk terhadap dalil-dalil yang ada. Seperti halnya takdir, akal tidak akan mampu untuk memahami dan melogikakannya, sikap hamba cukup tunduk kepada dalil yang menyatakan bahwa semua diciptakan oleh Allah ﷻ, dan hamba memiliki kehendak yang berpengaruh namun kehendak tersebut di bawah kehendak Allah ﷻ. Oleh karenanya walaupun berkehendak, hamba tidak mengetahui bagaimana takdirnya. Yang jelas Allah ﷻ telah menjelaskan bahwa hamba yang berbuat baik masuk surga dan hamba yang berbuat buruk masuk neraka. Maka tidak mungkin di akhirat seseorang akan mengatakan “Allah ﷻ telah menakdirkan aku masuk neraka”. Dari mana dia bisa tahu bahwa dia ditakdirkan masuk ke dalam neraka? Bukankah Allah ﷻ telah memberikan kepadanya pilihan? Allah ﷻ berfirman,

وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ

“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikan dan kejahatan).” (QS. Al-Balad: 10)

Bukankah hidup ini adalah pilihan? Jika seandainya hidup ini adalah paksaan maka tentu berbuat maksiat tidak menjadikan seorang hamba berdosa. Kenyataannya, sebagian manusia bermaksiat tanpa ada paksaan sama sekali, bahkan meskipun telah dilarang oleh orang tua, ustaz, istri, sahabat, maksiat tetap diterjang. Bukankah hal ini menunjukkan bahwa tidak ada paksaan untuk berbuat maksiat? Lantas dari mana seseorang bisa mengatakan bahwasanya dirinya telah dipaksa untuk bermaksiat? Ketahuilah bahwa tidak seorang pun bisa berhujah di hadapan Allah ﷻ kelak dengan dalil takdir.

Artikel ini telah cetak pada karya Syarah Rukun Iman

Tags: qadha dan qadartakdirtaqdir
admin

admin

Related Posts

No Content Available
Next Post

Wanita Muslimah dengan Akhlak Al-Quran - Ustadz Dr. Firanda Andirja M.A.

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recommended

Panduan Tata Cara dan Bacaan Ruqyah Syar’iyyah (Free Ebook)

Panduan Tata Cara dan Bacaan Ruqyah Syar’iyyah (Free Ebook)

Juli 27, 2021

Tafsir Surat An-Naba’ Ayat 1 – 30 (Bagian Kesatu) – Tafsir Juz ‘Amma

Juni 18, 2021
tafsir juz amma an-nazi'at

Tafsir Surat An-Nazi’at Ayat 1-14 (Bagian Kesatu) – Tafsir Juz ‘Amma

Juli 3, 2019
Tafsir Surat Al-Balad – Tafsir Juz ‘Amma

Tafsir Surat Al-Balad – Tafsir Juz ‘Amma

Januari 6, 2020
mendamaikan sengketa

Anjuran Mendamaikan yang Bersengketa

Januari 14, 2022
sesajen untuk berhala dan jin

Allah Tidak Menerima Sesajen yang Mengandung Kesyirikan – Faidah Tafsir Surat Al-An’am: 13

Januari 10, 2022

Jadwal Siaran UF Live 24 di YouTube – Januari 2023

Januari 4, 2023
hukum puasa hari jumat

Hukum Puasa Pada Hari Jum’at Saja

Desember 31, 2021
Firanda Andirja Official

Menebarkan cahaya tauhid dan sunnah ke bumi nusantara. Dikelola secara resmi oleh UFA Official.

Pos-pos Terbaru

  • Anjuran Mendamaikan yang Bersengketa
  • Allah Tidak Menerima Sesajen yang Mengandung Kesyirikan – Faidah Tafsir Surat Al-An’am: 13
  • Jadwal Siaran UF Live 24 di YouTube – Januari 2023

Categories

  • ADAB DAN AKHLAK
  • AL QURAN
  • AQIDAH
  • BANTAHAN
  • BELAJAR BAHASA ARAB
  • DOA DAN DZIKIR
  • EBOOK
  • FIQIH
  • FIRQAH
  • HADIS
  • HAJI DAN UMROH
  • HALAL HARAM
  • INFO
  • JADWAL UFA24 LIVE
  • KELUARGA
  • KHOTBAH NABAWI
  • KHUTBAH
  • KISAH
  • KITABUL JAMI'
  • MANHAJ
  • NASIHAT
  • PUASA
  • RAMADHAN
  • SHALAT
  • SIROH NABI
  • STATUS FACEBOOK
  • TANYA-JAWAB
  • TASHFIYAH
  • THAHARAH
  • UN
  • Uncategorized
  • uncategory
  • USHUL FIQH
  • VIDEO

Copyright © 2025 Firanda Andirja Official

No Result
View All Result
  • Home
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Ebook
  • Bantahan

Copyright © 2025 Firanda Andirja Official