Al-Ustadz Muhammad Idrus Ramli berkata :
((WAHABI: “Menurut salah seorang ustadz kami (Firanda), riwayat dari Khalifah Umar, tentang suguhan makanan oleh keluarganya kepada para pentakziyah, adalah dha’if. Mengapa Anda sampaikan?”
SUNNI: “Kami pengikut ahli hadits dan Ahlussunnah Wal-Jama’ah, bukan pengikut Wahabi seperti Anda. Coba Anda perhatikan perkataan Imam Ahmad bin Hanbal:
إذا روينا عن رسول الله صلى الله عليه و سلم في الحلال والحرام والسنن والأحكام تشددنا في الأسانيد وإذا روينا عن النبي صلى الله عليه و سلم في فضائل الأعمال وما لا يضع حكما ولا يرفعه تساهلنا في الأسانيد
Dalam pernyataan tersebut, yang diperketat dalam penerimaan riwayat itu, kalau berupa hadits dari Rasulullah SAW.
Berarti kalau bukan hadits Nabi SAW, seperti atsar Khalifah Umar, tidak perlu diperketat. Tolong Anda fahami dengan baik)) demikian perkataan Al-Ustadz Muhammad Idrus Ramli
Kesimpulan dari pernyataan beliau ini sebagai berikut:
Pertama : Beliau mengakui bahwa beliau adalah pengikut Ahli Hadits
Kedua : Beliau mengejek wahabi dengan menyatakan bahwa wahabi bukanlah pengikut ahli hadits dan juga bukan Ahlussunnah wal jamaa’ah
Ketiga : Beliau mengesankan bahwa hanya wahabi yang melemahkan atsar Umar bin Al-Khottob radhiallahu ‘anhu, yang hal ini dikarenakan bahwa wahabi bukan ahli hadits dan juga bukan ahlussunnah wal jamaa’ah.
Keempat : Beliau menyimpulkan dua kesimpulan dari perkataan Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah, yaitu :
(1) Yang diperketat dalam penerimaan riwayat itu kalau berupa hadits dari Rasulullah SAW
(2) Berarti kalau bukan hadits Nabi SAW, seperti atsar Khalifah Umar, tidak perlu diperketat.
Bahkan beliau mempertegas dua kesimpulan ini dengan berkata, “Tolong Anda (Wahabi-pen) pahami dengan jelas”!!!
KOMENTAR
Memang saya belum pernah membaca buku-buku karya al-Ustadz Muh Idrus Ramli yang banyak memojokan Wahabi. Akan tetapi tatakala sekilas saya membaca status-status facebooknya, maka saya menduga beliau adalah seorang yang pakar hadits, terlebih lagi beliau sering membantah seorang pakar hadits Syaikh Al-Albani rahimahullah.
Pada artikel (Dalil Bolehnya Tahlilan), saya telah jelaskan bahwa atsar dari Umar binal-Khottob adalah atsar yang lemah. Pada atsar tersebut ada seorang perawi yang bernama ‘Ali bin Zaid bin Jud’aan yang dinilai lemah oleh para imam al-jarh wa at-taa’diil.
Al-Ustadz Muhammad Idrus Ramli mengesankan bahwa atsar ini hanya dilemahkan oleh wahabi saja. Tentunya ini merupakan kesan yang buruk, apalagi tuduhan beliau bahwa hanya wahabi yang melemahkan atsar ini karena wahabi bukan pengikut ahli hadits dan juga bukan ahlus sunnah wal jamaa’ah.
Dalam artikel “Dalil bolehnya Tahlilan” saya telah menjelaskan bahwasanya atsar ini telah dilemahkan oleh salah seorang ulama besar bermadzhab Syafi’iyah yaitu Syihaabuddin Ahmad bin Abi Bakr bin Ismaa’il Al-Bushiri Asy-Syaafi’i rahimahullah (wafat tahun 839 H) dalam kitabnya إِتْحَافُ الْخيرَة الْمَهَرَةِ بِزَوَائِدِ الْمَسَانِيْدِ الْعَشَرَةِ, dimana setelah beliau menyebutkan tentang atsar Umar bin al-Khotthoob tersebut beliau berkata :
“Diriwayatkan oleh Ahmad bin Manii’ dengan sanad yang padanya ada perawi ‘Ali bin Zaid bin Jud’aan” (al-Ithaaf 2/509 no 2000)
Dan Ali bin Zaid bin Jud’aan adalah perawi yang dinilai lemah oleh Imam An-Nawawi (Al-Majmuu’ syarh Al-Muhadzdzab 5/294), dan juga para ulama al-jarh wa at-ta’diil. Bahkan Ali bin Zaid bin Jud’aan tertuduh terpengaruh faham tasyayyu’ (syi’ah), silahkan merujuk ke kitab-kitab berikut (Taqriib At-Tahdziib karya Ibnu Hajar hal 401 no 4734, Tahdziibut Tahdziib karya Ibnu Hajar 7/283-284 no 545, Al-Mughniy fi Ad-Du’afaa karya Adz-Dzahabi 2/447, dan Al-Majruuhiin karya Ibnu Hibbaan 2/103-104)
Sebenarnya al-Ustadz Muhamad Idrus Ramli secara tidak langsung telah menyetujui bahwa sanad atsar ini adalah lemah. Karenanya agar tetap bisa berdalil dengan atsar yang lemah ini maka beliau menyampaikan perkataan al-Imam Ahmad bin Hanbal :
إذا روينا عن رسول الله صلى الله عليه و سلم في الحلال والحرام والسنن والأحكام تشددنا في الأسانيد وإذا روينا عن النبي صلى الله عليه و سلم في فضائل الأعمال وما لا يضع حكما ولا يرفعه تساهلنا في الأسانيد
Setelah itu al-Ustadz berkata mengomentari, ((Dalam pernyataan tersebut, yang diperketat dalam penerimaan riwayat itu, kalau berupa hadits dari Rasulullah SAW. Berarti kalau bukan hadits Nabi SAW, seperti atsar Khalifah Umar, tidak perlu diperketat)), demikian perkataan beliau.
Kesimpulan beliau dari perkataan Imam Ahmad di atas adalah yang diperketat hanyalah penerimaan riwayat dari hadits Nabi SAW, adapun kalau bukan hadits Nabi seperti atsar Khalifah Umar maka tidak perlu diperketat.
Sesungguhnya kesimpulan ini adalah kesimpulan yang (-maaf beribu maaf-) tidak mungkin disimpulkan oleh seorangpun yang pernah belajar ilmu hadits !!!. Karena kesimpulan ini adalah kesimpulan yang sangat aneh yang tidak pernah diucapkan oleh seorang ahli haditspun!!!. Padahal al-Ustadz mengaku pengikut ahli hadits dan mengejek wahabi yang menurut al-ustadz bukanlah pengikut ahli hadits??!!.
Berikut terjemahan perkataan Al-Imam Ahmad bin Hanbal di atas :
إِذَا رَوَيْنَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْحَلاَلِ وَالْحَرَامِ وَالسُّنَنِ وَالأَحْكَامِ تَشَدَّدْنَا فِي الْأَسَانِيْدِ وَإِذَا رَوَيْنَا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي فَضَائِلِ الأَعْمَالِ وَمَا لاَ يَضَعُ حُكْمًا وَلاَ يَرْفَعُهُ تَسَاهَلْنَا فِي الأَسَانِيْدِ
“Jika kami meriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang halal dan haram, sunnah-sunnah dan hukum-hukum maka kamipun perketat dalam penilaian isnad-isnad. Dan jika kami meriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam fadho’il a’maal dan yang tidak menjatuhkan atau mengangkat suatu hukum maka kami menggampangkan (tidak ketat dalam menilai) isnad-isnad” (Silahkan lihat perkataan Imam Ahmad ini di al-Kifaayah fi ‘ilmir Riwaayah hal 134 dan Dzail Tobaqoot al-Hanaabilah 1/54)
Sangat jelas dari perkataan Imam Ahmad ini bahwasanya pembicaraan beliau terfokus kepada hadits-hadits Nabi, dan beliau tidak sedang berbicara tentang selain hadits Nabi.
Imam Ahmad tidaklah berkata, “Kalau kami meriwayatkan hadits Nabi maka kami ketat menilai isnad, adapun kalau selain hadits Nabi maka kami bergampang-gampang/tidak ketat”.
Akan tetapi Imam Ahmad sedang membandingkan antara 2 model hadits Nabi, yaitu
(1) Model Hadits-hadits yang berkaitan dengan halal haram, tentang sunnah-sunnah, dan hukum-hukum maka Imam Ahmad ketat dalam menilai sanad.
(2) Model Hadits-hadits yang tidak berkaitan dengan hukum, tidak menjatuhkan atau mengangkat hukum, yaitu tidak berpengaruh dalam menetapkan suatu hukum atau menafikannya, maka Imam Ahmad bergampang-gampangan dan tidak ketat dalam menilai isnad.
Diantara hadits-hadits yang tidak mempengaruhi suatu hukum baik menimbulkan hukum baru atau menafikan suatu hukum adalah hadits-hadits yang berkaitan dengan sejarah atau siroh yang yang sekedar cerita dan tidak menimbulkan suatu hukum dalam agama.
Demikian juga hadits-hadits yang berkaitan dengan fadhoi’l a’maal, yaitu hadits-hadits yang menyebutkan tentang keutamaan-keutamaan amalan tertentu dan ganjaran-ganjarannya.
Dari sini kita pahami bahwasanya Imam Ahmad ketat dalam menilai isnad riwayat jika suatu hadits berkaitan dengan masalah hukum !!!,
Lantas bagaimana dengan atsar sahabat??!!, Sebagaimana atsar dari khilafah Umar bin Al-Khottob yang hendak dijadikan dalil dan argumen oleh al-Ustadz Muhammad Idrus Ramli untuk menimbulkan hukum baru, yaitu disyari’atkannya acara kenduri kematian??!!
Adapun kesimpulan yang aneh dari Al-Ustadz Muhammad Idrus Ramli ((…yang diperketat dalam penerimaan riwayat itu, kalau berupa hadits dari Rasulullah SAW. Berarti kalau bukan hadits Nabi SAW, seperti atsar Khalifah Umar, tidak perlu diperketat…)), maka…
Ulama ahli hadits manakah yang menyatakan bahwa riwayat dari selain hadits (seperti atsar para sahabat) maka tidak perlu diperketat dan diterima secara mutlak??
Dalam buku mushtholah hadits manakah yang menyatakan demikian??
Ulama ASWAJA manakah yang memiliki ilmu hadits yang seperti dipahami oleh al-Ustadz Muhammad Idrus Ramli??!!
Yang lebih aneh lagi ternyata al-Ustadz menyatakan bahwa kesimpulan seperti ini adalah pemahaman ahli hadits dan ahlussunnah wal jama’ah??!!
Bersambung…
Kota Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, 24-06-1434 H / 04 Mei 2013 M
Abu Abdil Muhsin Firanda
www.firanda.com
Subhanallah…
Jazakallahu Khairan
Barakallahu fik
Subhanallah, lanjutkan ustadz, ana faham mksd tulisan diatas, jazakallah khoiron, barakallah fik
Semoga Allah subhanahu wata’ala senantiasa membimbing dan menambahkan ilmu yang lurus bagimu, ustadz. Allahu Akbar!
subhanallah, bantahan ilmiyah.
barokallah fikum ya ustadz 🙂
Kita maklum saja ust, Ada jg punya salah satu buku karangan beliau yg judul ” Cara Pintar Debat dengan Wahabby”, tp isinya semua karangan tanpa Sanad, Allohu musta’aan
jazakalloh khoiron katsiro ustad…
tapi yang penting tetep jaga hati ustadz.. jangan sampai ikut2an hasad…
Jazaakallohu khoir atas ilmunya ustadz.
Sekalian ana izin copas.
diberikan penjelasan berupa dalil juga sudah tertutup hati, mata dan pendengarannya. Semoga Allah memberikan petunjuk untuk saudara – saudara kita yang masih melakukan selamatan kematian.
Assalamu’alaikum,
Hendaknya kepada saudaraku yang ingin berdakwah kepada islam yang murni ini hendaknya menuntut ilmu dengan ikhlas dan mengharap pahala dari Allah Azza Wa jalla, sehingga yang keluar itu adalah ilmu yang sesungguhnya dari Alquran dan Sunnah bukan berdsarkan hawa nafsu, akal, pendapat dll yang jauh dari bimbingan Allah dan Rasulnya serta pemahaman para sahabat,. Semua yang kita lakukan akan dipertanggung jawabkan di Akhirat kelak. Saya meminta perlindungan dan pertolongan kepada Allah untuk kita semua akan beratnya rintangan diAkhirat kelak dan semoga dosa kita diampuni Allah Azza wa Jalla, Hanya kepda Allah kita meminta pertolongan.
Assalamu’alaikum,
ustadz,ada ceramah beliau ( ust.idrus romli ) yg berjudul radikalisme wahhabi di youtube ,mohon di kritisi
zazakallahu khoiran,,,,,komentar ana ,,,sama dengan akhi ,,amin hidayaullah ,,,,,karna disana banyak sekali subhatnya ,,dan beberapa kedusa,an
kok antum ga peringatkan beliau secara empat mata? malah di besar-besarkan via media seperti ini.,
Subhat ust Idrus Romli sudah menyebar, baik yang dicetak maupun di internet. Agar ummat tidak semakin terombang-ambing dengan subhatnya, maka bantahan secara terang-terangan sebagaimana yang dikalukan Ustadz Firanda sangat diperlukan. Yang kedua Ustadz Idrus Ramli bukanlah penguasa yang untuk menasehati harus dengan 4 mata.
@ akhiy farindi: ust Firanda disini ingin meluruskan syubhat dari ust Idrus Romli semoga Alloh memberinya Taufiq dan Hidayah agar umat ini tidak terkena syubhatnya.
@sas-jkt: Menasihati 4 mata bukan hanya diperuntukkan untuk penguasa akhiy, ada riwayat pembagian ghonimah kepada quraisy yang baru masuk islam. Di riwayat tersebut Rosululloh menasihati kaum anshor tanpa diketahui kaum muhajirin. Cara menasihati tetap perlu 4 mata.
Allohu’alam
Subhanallah, sngat gamblang skli pembahasannya.
Smoga smuanya pada sadar. Dn meninggalkan hal hal yg tdk di contohkan. Dlm hal ini adalah kenduri arwah.
Aamiin
Alhamdulillah. Fahimtu. Hafidzhokumullah. Jazakumullah khoiron.
Kami Aswaja memang benar-benar pengikut Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam dalam bertutur kata. Beliau selalu menggunakan kalimat jawami’ul kaliim, yaitu kalimat ringkas namun sarat makna. Untuk menghadapi kaum salafy/wahhaby maka kami menggunakan kalimat yang sangat ringkas dan penuh “makna” seperti berikut:
1. Ustadz no. teleponnya berapa..? Kita adakan “dialog” terbuka dengan masyarakat agar masyarakat tidak hanya menerima informasi satu pihak saja..? (ngajak jidal mode)
2. Dasar Wahhaby, pendusta, penipu dst..
3. Mangkanya kalo ngaji itu berguru pada ulama yang punya sanad, jangan cuma dari buku..
4. Jangan-jangan kitabnya sudah mengalami tahrif/pemalsuan..
5. Pemecah belah ummmat
6. Hebat, wahhaby udah mengkalim dirinya masuk surga
7. dst (silakan menggunakan imajinasi sendiri)
Itulah beberapa kalimat ringkas dan sarat makna dari kami kaum aswaja. Gak perlu repot-repot nyari dalil (maaf karena gak punya ilmunya…), cukup dengan menggunakan kata-kata tersebut untuk menjawab artikel-artikel panjang dari kaum salafy/wahhaby.
inilah yang membedakan antara NU dengan salafi.
“Katakanlah: ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakal-lah yang dapat menerima pelajaran. (Q.S. Az-Zumar: 9)
Kepada Saudara Danny Marahaly semoga Allah membukakan hidayah-Nya kepada antum, amin.
Antum harus cermati kembali perkataan antum : ASWAJA = (ASli WArisan keJAwen) benar-benar pengikut Rasulallah karena “Tahlil Kematian” yang biasa kalian lakukan apakah berasal dari Nabi. Sependek pengetahuan ana amalan ini bukan berasal dari Nabi.
Antum mengaku benar-benar pengikut Rasulallah, tetapi yang antum kerjakan amalan yang bukan berasal dari Beliau. Jauh-jauh hari Nabi sudah mengantisipasi bahwa ada umatnya kelak yang suka ngenyel dengan mengamalkan sesuatu yang bukan berasal dari Beliau namun sering dilabelkan sebagai Syariat Islam, dengan sabda Beliau :
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak (HR Muslim No. 1718)
Antum boleh aja ngaku benar-benar pengikut Rasulallah, tapi bagaimana dengan amalan antum sesuai ngggak dengan petunjuk beliau ?
@Abu Ridho: sebenernya Akh Danny itu menyindir aswaja kalau antum bisa pahami bahasanya…
bener banget, sindiran yang bagus 🙂
@Danny marahaly, antum ASWAJA yg mana nih, bicara ngasal doang…..
Istighfar mas baca Al-Quran.Baca hadist shahih.kalau apa yg anda katakan benar lalu mau anda kemanakan Al-Quran dan hadist lainnya yg melarang?sudahlah anda cukup baca ini satu ayat alquran saja semoga bisa menilai kebenaran bukan karena kepentingan kelompok.saya tdk membela siapapun disini saya hanya Hamba Allah yg selalu belajar dan mengambil kebenaran dari manapun
“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menetapkan aturan hukum di antara mereka ialah ucapan “Kami mendengar, dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan” (QS An Nuur 51 – 52)
“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata” (QS Al Ahzab 36)
silahkan pilih ulama su’ atau kebenaran Al-Qur’an. itulah bedanya kita dan sahabat Rasul, mereka selalu patuh tanpa kata tapi dan mencari alasan, kalau kita, selalu beralibi ada dlm al-quran pake hadist ini itu pake pendapat ini itu untuk membenarkan tindakan.Lalu pertanyaan saya sebenarnya tuntunan hidup kita Al-Quran dan hadist atau Ulama dgn hadist dan fatwanya (yg tdk sesuai dgn Alqur’an dan Hadist yg kita akui juga shahih).gak mungkin ada dua hadist yg kita akui satu menyalahkan kita satu membenarkan silahkan pilih salah satu.
gayanya orang ahli bidah sok ngajak debat,sayangnya kalo kalah debat ngamuk dan maen massa,giliran ustadz salafi jawab diteriakin wahhabi, ketakutan dann kepanasan kalo denger dalil, tapi kalo menang debat di upload di media
Kelihatan sekali kebodohan si… Danny Marahaly coba simak tulisan-nya Kami Aswaja memang benar-benar pengikut Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam dalam bertutur kata. Beliau selalu menggunakan kalimat jawami’ul kaliim, yaitu kalimat ringkas namun sarat makna. Itulah beberapa kalimat ringkas dan sarat makna dari kami kaum aswaja. Gak perlu repot-repot nyari dalil (maaf karena gak punya ilmunya…), cukup dengan menggunakan kata-kata tersebut untuk menjawab artikel-artikel panjang dari kaum salafy/wahhaby.
Padahal Agama Islam ini apabila ingin melakukan ibadah harus disertakan Dalil yang jelas dan shahih, bukan dengan ‘Rayu dan hawa nafsu!!!.
Ishbir Pak, coba pahami lagi bahasanya, dia itu sebenernya pakai bahasa kiasan.. Kalaupun bukan kiasan maka seharusnya kita menanggapinya dengan akhlaq yang telah diajarkan oleh Ustadz-Ustadz kita..
Na’am itu bahasa sindiran bagi aswaja. Coba dibaca ulang.
mohon menggunakan kata-kata yang santun untuk komentar seburuk apapun perkataan mereka
Buat Danny. Saya jawab tantangan anda:
1. Tidak perlu Ustadzuna yg ngadepin orang seperti anda, sama saya aja. Saya terima tantangan anda!
2. 3. 4. 5. 6. Tidak perlu dijawab. Ga penting juga sih.
Yang no.5 perlu dijawab:
Nabi saw juga dulu dituduh orang-orang tradisionalis jahiliyah kaumnya sebagai orang yang memutuskan persaudaraan yakni memisahkan bapak dengan anak, saudara dengan saudara, dsb (karena yang 1 menjadi muslim & yang lain tetap teguh dalam kesyirikan).
Jadi merupakan hal yang biasa jika pewaris dakwah Nabi saw (baca: wahabi) juga dituduh orang-orang tradisionalis kaum yang dihadapi sebagai pemecah belah ummmat (karena sebagian menjadi pengikuti sunnah & yang lain tetap teguh dalam inovasi ibadah).
Jika mereka mengikuti tradisi nenek-moyang yang tidak jelas siapa & bagaimana ilmunya, maka kami mengikuti ajaran nenek-moyang yang jelas siapanya & benar ilmunya (yakni salaf yang sholeh) sebagaimana Nabi Yusuf yang mengikuti nenek-moyangnya dari para nabi yakni Nabi Ibrohim, Ismail, Ishaq & Ya’qub.
Maka kalau kalian memurnikan tauhid & sunnah, maka kalian akan bersatu bersama kami di atas 1 ajaran sebagaimana yang Alloh wasiatkan kepada Nabi Nuh, Ibrohim, Musa, Isa as & Alloh wahyukan kepada Nabi Muhammad saw agar menegakkan agama & tidak berpecah-belah.
Ehm.. Ehm… Maaf Akhi sekalian, sepertinya ada yang salah faham nih. Apa yang ane tulis sebenarnya ringkasan jawaban kaum “Aswaja” selama ane membaca tulisan-tulisan ustadz-ustadz Salafi. Jadi pernyataan-pernyataan tersebut bukan refleksi pendapat ane tentang manhaj Salafi. Nah…menilik gaya jawaban mereka, ane menduga mereka mengikuti cara-cara Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam, ringkas namun sayang sarat “makna” (dalam konteks negatif).. Oya, kalau dibilang bahwa ane bodoh, wah ane gakmengingkari itu krn faktanya ane memang masih orang awam kok. Demikian ikhwah sekalian.
jazakallahu khairan p’ustadz u/ ilmunya
ooooooohhhhhh….jadi ini ustadz pengikut wahabi toh…PANTES..
[quote name=”#dedi”]ooooooohhhhhh….jadi ini ustadz pengikut wahabi toh…PANTES..[/quote]
Wahabi itu apa?
Kalau wahabi ente mau apa?
firanda udah dapet ilmu dr syaikhnya skr ke indonesia terapin ilmunya, firanda mohon jawab pertanyaan saya, sholat tarawih di indonesi 11 rakaat termasuk bid’ah ga? terus dimana letak bid’ahnya maulid (mohon jgn pake dalil apapun), terus firanda udah teliti blm kegiatan maulid itu apa aja? jawab ya firanda
Saya mau nanya balik, sejak kapan shalat tarawih 11 raka’at jadi bid’ah menurut Anda..? Salafy gak pernah tuh membid’ahkan shalat tarawih 11 raka’at.
Kalo untuk maulid, gak pake dalil aja dah ketahuan bid’ahnya, simple aja Boss, Tolong banget kepada ente tunjukin ke ane gimana maulidnya sahabat-sahabat Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam atawa kalo gak ya maulidnya a la tabi’in, kalo antum bener-bener tau gimana caranya mereka melaksanankan maulid, tolong banget di-share di sini ya..? Ane tunggu ..
Boss, ente ga ga simak yah pertanyaan ane, ane tuh tnya sma firanda kalo tarawih 11 rakaat termasuk bid’ah ga? berarti ente ga bisa jawab yah, ane tny lagi nih, dimana letak bid;ahnya maulid nabi? jadi kalo ga bisa jelasin dimana letaknya bid’ah jgn teriak2 maulid bid’ah yah om? kenapa juga cuma maulid nabi yg diteriakin bid’ah?
@lodan212
@Danny sudah menjawab pertanyaan antum ttg tarawih.
Pertanyaan buat @lodan212
Apa definisi bid’ah yang antum ketahui ? (versi yang antum pahami)
dari Definisi bid’ah maka akan menjawab syubhat yang ada di pikiran antum. atau tanya sama oom google ttg definisi bid’ah
Ustadz Firanda adalah salafy, maka ane berani memastikan pada antum Lodan212 bahwa Ustadz Firanda tidak akan pernah membid’ahkan Shalat Tarawih yang 11 raka’at. Pertanyaan ane kepada antum tentang maulid a la shahabat-shahabat Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam itu sudah merupakan jawaban atas pertanyaan antum. Antum sendiri gak bisa jawab ketika ana tanyakan gimana caranya maulid para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam atau maulid para tabi’in. Sampai matipun antum gak akan bisa mendeskripsikan (bahkan ustadz-ustadz antum sekalipun) bagaimana maulidnya mereka, karena mereka gak pernah maulid seperti yang antum dan saudara-saudar antum yg sepaham) dukung dan praktikkan. Maka setiap perkara agama yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam dan shahabatnya termasuk di dalamnya maulid, jadilah perkara tersebut berstatus bid’ah. Begitu Bro..
O..Iya, Brow Lodan212. Ane berhasil nemuin dalil “peringatan maulid” a la shahabat Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam. Khan jamak tuh diketahui bahwa tujuan memperingati maulid adalah untuk membuktikan cinta ummatnya kepada Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam. Nah para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam tuh “maulidnya” dengan cara mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam demi ngebukttiin cintanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam. Dalilnya “(Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang – ali-Imran:31).” Jadi “maulidnya” para shahabat itu mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam. Jadi kalo antum bisa nih ngebuktiin pake al-Quran dan hadits-hadits yang shahih, yang secara jelas menerangkan tata caranya maulid mereka mulai dari awal sampai akhir seperti: baca barzanji-nya shahabat seperti apa, habis itu shahabat baca apa, kemudian para shahabat ceramah apa, pake pukul-pukulan rebana gak, ane yakin ikhwah salafiyin manapun pasti akan berebut mengikuti acara maulid Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam. Makanya dari awal ane dah minta ke ente, tolong banget kasih tahu ke kita-kita nih, bagaimana caranya maulid a la shahabat Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam, jadi kita-kita yang awam dengan maulid ini bisa tercerahkan. Tolong banget Brow Lodan212
mas pecinta bid’ah, kalo mau menilai sesuatu itu bid’ah atau tidak, ya harus pakai dalail. piye to iki???
dalil yg dipake biassnya waa kulla bid’ah dholalah waa kulla dholalatin finnar, ini yg selalu jadi senjata ampuh ente utk ngebid’ah maulid? ilmu ente masih jauh sama ulama pendahulu dan sekarang? semoga yg membid’ahkan maulid mendapatkan hidayah
Pertanyaan singkat buat anda @lodan212 :
1. Maulid itu bid’ah atau bukan ?
2. Siapa yang mengatakan Kullu bidatin dhalalah ? JIka anda hidaup waktu itu, beranikah anda menyanggah perkataan Nabi shallallahu alayhi wasalam bahwa tidak semua bidah sesat ?
Maulid ga bid’ah sampe kapanpun, @abiyazid, ente udah pernah belom ikut maulid? coba ente liat dulu di maulid itu apa aja yg ada? nih ane kasih tau, isi acara maulid tuh, membaca ayat suci alquran, lalu ada tausiyah, trus penutup doa. lalu membaca riwayat nabi / tariqh. nah sebutin dimana bida’ahnya?? yg mengatakan biasanya ust salafi yg ilmunya cm sebatas tenggorokan aja,
[quote name=”lodan212″]Maulid ga bid’ah sampe kapanpun, @abiyazid, ente udah pernah belom ikut maulid? coba ente liat dulu di maulid itu apa aja yg ada? nih ane kasih tau, isi acara maulid tuh, membaca ayat suci alquran, lalu ada tausiyah, trus penutup doa. lalu membaca riwayat nabi / tariqh. nah sebutin dimana bida’ahnya?? yg mengatakan biasanya ust salafi yg ilmunya cm sebatas tenggorokan aja,[/quote]
Ibnu Hajar Al Asqolani yang mendukung maulid saja bilang kalo maulid itu bid’ah kok.
@lodan pertanyaan No.2 belom antum jawab, siapa yang mengatakan “Kullu biatin dhalalah” apa antum mau menyanggah perkataan Nabi Shallallahu alayhi wasalam ?
peringatan maulid hal yg masyru di Indonesia, pasti saya pernah mengikutinya dan Alhamdulillah Allah Azza wa Jalla memberikan hidayah kepada saya diatas sunnah dan tidak menetap diatas bid’ah.
Salafi tidak melarang orang untuk membaca alqur’an, membaca shalawat, membaca sirah Nabi shallallahu alayhi wasalam dst akan tetapi Siapa yang menentukan kaifiyat acara Maulid tersebut ? Apakah antum telah mempelajari sejarah pertamakali adanya maulid ? Apakah antum tahu arti Maulid ? apa bedanya dengan natalan ?
Sunnah dan Bid’ah adalah 2 hal yang saling bertolak belakang dan tidak mungkin bersatu.
Apakah kita senang disebut sebagai ahlul bid’ah ? Jawabnya tentu TIDAK
Kita akan senang jika kita disebut sebagai Ahlussunnah, amalan-amalan ibadah kita berada sesuai yang Nabi shallallahu alaihi wasalam ajarkan.
Semoga Allah Azza wa Jalla memberikan hidayah kepada kita diatas Sunnah bukan diatas bid’ah
ane ga pernah nyangga perkataan nabi, tp faktual seperti itu, intinya Maulid penuh dengan kebaikan bukan kemusyrikan jadi hilangin diotak ente maulid itu bid’ah. yg bikin bahayanya org salafi kan dgn gampangnya membid’ahkan sesuatu yg otaknya belum paham dan ngerti. semoga org salafi diindonesia pada dpt hidayah, terutama Firanda
Baik menurut manusia belum tentu baik menurut Allah. Mengikuti sunah/jalan Rasul (berdasarkan Al-Qur’an dan Hadith sahih) sudah pasti baik menurut Allah.
terimakasih ustad.atas tausiyahnya.
jazakallahu khairan Ustadz atas ilmunya, (hujjah tanpa ilmu = nafsu) lanjutkan perjuangannya ustadz
Selamatan kematian kan itu ajaran Hindu…kenapa kita sebagai muslim ko meniru .?
….jika kamu bertakwa kpd ALLAH, Niscaya dia akan memberikan Furqan (kemmpuan membedakan antara hak & batil) kepadamu dan menghapus segala kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosamu) Allah memiliki karunia yg besar. (QS. AL-Anfal -29) …wahai idrus romli hilangkan kesombongan dan rasa malumu….sebab jikalau engaku mau terima kebenaran maka sesungguhnya janji ALLAH itu benar, semoga kau di beri hidayah (furqon).
Bantahan seperti akan membuka jalan…. Ustadz Firanda hafizhahullah memang menekuni bidangnya dalam masalah aliran atau firqah ini…
Jalan itu akan benar bila yang seseorang memang ingin mencari kebenaran…
Saya seorang awam yang baru mengenal salaf dan metode ilmiahnya tentang suatu periwayatan suatu khabar…
Di tempat saya Yasiinan, Tahlilan, Ruahan, dsb. bagi saya sudah tidak lagi sakral. Yang ada hanya niat ngisi perut.
Bayangkan bila seseorang meninggal. Kemudian anak-anaknya, familinya mengadakan untuknya acara semacam Tahlilan/Ruahan hingga malam ke-7, 14, 21, 100 hari, bahkan hari ke-1000 kematian.
Setahu yang saya tahu dari sedikit yang saya ketahui; Azab kubur pasti ada dan tidak mungkin hanya khusus pada waktu tertentu seperti yang telah disebutkan di atas.
Padahal akan beruntung bagi si Mayit bila punya anak-anak yang soleh atau orang tua, bahkan saudara yang bisa mendoakannya setiap saat atau setiap waktu shalat, amalan yang mengalir, dan yang lainnya (saya lupa). Bukan pada hari tertentu, bila hari tertentu maka azab/siksanya jalan terus.
Lain lagi dengan acara yang lainnya,…
Mulai merasuk pikiran saya para pelaku bid’ah ini (bid’ah baru saya kenal dan saya pelajari) memang banyak acaranya, terlebih lagi pastinya MAKANAN harus ada.
Rajin Yaasiinan, tapi shalat cuma seminggu sekali, pun hari jum’at, pun cuma hari itu saja ke Mesjid (Layaknya ibadah ala Kaum Nashrani).
Ilmu minim, belajarpun lewat kitab-kitab (maaf) sampah versi terjemahan, dan jangan katakan (bisa bahasa Arab) demikian.
Mungkin hanya ini saja dahulu…
Wallahu ta’aalaa a’lam
jangan pernah adu salafy dengan NU,tidak menutup kemungkinan ada NU yg salafy seperti generasi awal….
bagi yang ngaku NU harus banyak belajar tentang apa itu salafy….
bagi yg ngaku salafy harus banyak belajar apa itu NU…..
Kholash?????
Di postingan sebelah ada yg komen, kl TAHLIL an untuk membedakan hewan dan manusia..
sy jawab sederhana….
1, Kalau anda non muslin, gk masalah
2. Kalau anda muslim, sungguh.., anda mengatakan, Tahlilan untuk mebedakan manusia dan hewan.
Perlu diketahui, Beliau memiliki 6 anak. Pertama laki2 bernama Qosim (meninggal sewaktu masih kecil), yang empat orang perempuan, termasuk Fatimah dan yg terakhir Ibramim (meninggal sewaktu masih kecil).
Ketika Nabi masih hidup, putra-putri beliau yg meninggal tidak satupun di TAHLILI, kl di do’akan sudah pasti, karena mendo’akan orang tua, mendo’akan anak, mendo’akan sesama muslim amalan yg sangat mulia.
Kalau sdr sebelah mengatakan Tahlilan untuk menbedakan hewan dan manusia, sungguh…, secara tdk langsung, sadar atau tdk sadar.., anda mengatakan anak2 Nabi SAW yg meninggal semua hewan. Padahal ketika putra beliau QOSIM, IBRAHIM dan beberapa putri beliau meninggal, beliau masih hidup, kecuali FATIMAH. FATIMAH meninggal sekitar 6 bulan setalah NABI SAW wafat.
Ketika NABI wafat, tdk satu sahabatpun yg TAHLILAN untuk NABI,
padahal ABU BAKAR adalah mertua NABI,
UMAR bin KHOTOB mertua NABI,
UTSMAN bin AFFAN menantu NABI 2 kali malahan,
ALI bin ABI THOLIB menantu NABI.
Apakah para sahabat BODOH….,
Apakah para sahabat menganggap NABI hewan…. (menurut kalimat sdr sebelah)
Apakah Utsman menantu yg durhaka.., mertua meninggal gk di TAHLIL kan…
Apakah Ali bin Abi Tholib durhaka.., mertua meninggal gk di TAHLIL kan….
Apakah para SAHABAT yg jumlahnya ribuan serta TABI’IN, TABIUT TABI’IN, mereka LUPA ada amalan yg sangat baik, yaitu TAHLIL an koq NABI wafat tdk di TAHLIL i..
sy pernah bincang-bincang dg kyai di kampung saya, sy tanya, apa sebenarnya hukum TAHLIL an..?
Dia jawab Sunnah.., tdk wajib.
sy tanya lagi, apakah sdh pernah disampaikan kepada msyarakat, bahwa TAHLILAN sunnah, tdk wajib…??
dia jawab gk berani menyampaikan…, takut timbul masalah…
setelah bincang2 lama, sy katakan.., Jenengan tetap TAHLIl an silahkan, tp cobak saja disampaikan hukum asli TAHLIL an…, sehingga nanti kita di akhirat tdk dianggap menyembunyikan ILMU, karena takut kehilangan anggota.., wibawa dll.
NB; untuk saudara2 NU, hendaknya membeli BUKU AHKAMUL FUQOHA, yg berisi keputusan NU sejak pertama TH.1926-2010, hrg Rp.150000, hal 17-19. Agar tau, NU menginjak2 keputusan pendahulunya.