ASWAJA SUFI MENIRU-NIRU SYIAH..?? ATAUKAH SEBALIKNYA..??!!
(studi banding antara aqidah tokoh syi’ah :Al-Khumaini dan aqidah kaum sufi : At-Tijaani, Alwi Al-Maaliki, Habib Al-Jufri, dan Habib Munzir)
Sungguh kita menemukan permusuhan yang sangat sengit dari kaum syi’ah dan aswaja imitasi (baca : sufi) terhadap aswaja asli (baca : salafy atau yang dinamakan oleh kaum sufi sebagai wahabi). Seakan-akan musuh mereka hanyalah kaum wahabi. Ada apa gerangan antara Syi’ah dan Aswaja, kenapa sama-sama bersepakat memusuhi kaum wahabi..??!!
Rahasianya adalah adanya kesamaan antara dua kelompok ini, terutama dalam peribadatan kepada penghuni kuburan dan para wali !!!
Tidak heran jika SYI’AH & ASWAJA SUFI :
– Sama-sama hobi meninggikan kuburan…??!!
– Sama-sama hobi beribadah di kuburan…??!!
– Sama-sama hobi meminta dan beristighotsah kepada penghuni kuburan..??!!
– Sama-sama hobi mencari barokah dari pasir yang ada dikuburan para wali??
– Sama-sama berlindung dibalik topeng “cinta kepada Ahlul Bait…”, atau “Demi menghormati Ahlul Bait”, seakan-akan kecintaan kepada Ahlul Bait dan kesyirikan adalah dua perkara yang saling melazimkan !!!
Entah…apakah kaum aswaja sufi yang ikut-ikutan taqlid buta kepada kaum syi’ah??, ataukah sebaliknya??!!
Seharusnya kepanjangan ASWAJA (Ahlus Sunnah…. = Pelaku sunnah….) menunjukkan tidak mungkinnya bersatu atau bersepakat antara Aswaja dan Syi’ah, karena syi’ah adalah lawan dari sunnah. Akan tetapi kenyataan yang terjadi justru Aswaja dekat dengan Syi’ah dan sama-sama memusuhi wahabi. Rahasianya… karena Aswaja ternyata tidak menjalankan sunnah-sunnah Nabi, bahkan ibadah-ibadah yang mereka lakukan adalah kreasi-kreasi ibadah yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi dan para sahabatnya.
Bukankah sunnah adalah perkara-perkara yang disandarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam?, lantas kenapa Aswaja doyan mepraktekan kreasi-kreasi ibadah yang sama sekali tidak pernah dikerjakan oleh Nabi??…Bahkan aswaja menjadikan ibadah-ibadah hasil kreasi tersebut sebagai tolak ukur kecintaan kepada Nabi??, bahkan memusuhi orang-orang yang berpegang teguh dan tidak mau beribadah kecuali dengan sunnah Nabi??!!
Karenanya bagaimana mungkin aswaja bisa membantah syi’ah jika mereka sendiri menjauhkan diri dari sunnah??!!
Terlebih lagi ternyata…..kesyirikan yang diperjuangkan oleh kaum syi’ah sama dengan kesyirikan yang diperjuangkan oleh sebagian kaum aswaja sufiyah.
KESYIRIKAN MENURUT AL-KHUMAINI…
Kesyirikan adalah menyerahkan ibadah kepada selain Allah (Silahkan kembali baca http://www.firanda.com/index.php/artikel/bantahan/128-bantahan-terhadap-abu-salafy-seri-7-qperkataan-abu-salafy-berdoa-kepada-selain-allah-tidak-mengapa-selama-tidak-syirik-dalam-tauhid-rububiyahq, juga tentang hakekat kesyirikan kafir Quraisy di http://www.firanda.com/index.php/artikel/bantahan/126-bantahan-terhadap-abu-salafy-seri-5-hakikat-kesyirikan-kaum-muysrikin-arab)
Adapun Kesyirikan menurut Al-Khumaini hanyalah jika seseorang meyakini adanya Rob (Tuhan/Pencipta) selain Allah, adapun jika seseorang sujud dan berdoa kepada makhluk –selama tanpa disertai keyakinan bahwa makhluk tersebut adalah Rob Pencipta- maka hal ini bukanlah kesyirikan !!!
Atas dasar definisi kesyirikan ala Al-Khumaini ini maka melazimkan bahwa kaum musyrikin Quraisy dahulu tidaklah terjatuh dalam kesyirikan, karena mereka mengakui bahwasanya Pencipta hanya satu yaitu Allah. (lihat kembali http://www.firanda.com/index.php/artikel/bantahan/82-persangkaan-abu-salafy-al-majhuul-bahwasanya-kaum-musyrikin-arab-tidak-mengakui-rububiyyah-allah)
Perhatikanlah pernyataan-pernyataan Al-Khumaini berikut ini :
PERTAMA : Meminta kepada makhluk bukanlah kesyirikan selama meyakini bahwa makhluk tersebut bukanlah Tuhan Pencipta, akan tetapi telah diberi kekuatan oleh Allah
“Karenanya jika seseorang meminta kepada seseorang selain Allah suatu amal yang penting baik amalan kecil dengan menjadikan orang tersebut sebagai Rob maka ia adalah seorang musyrik berdasarkan hukum akal dan Al-Qur’an. Adapaun jika ia meminta kepadanya dengan dasar bahwa Rob Pencipta alam telah memberikan kepadanya kekuatan dan ia butuh kepada Allah serta tidak independent dalam amalan ini maka ini bukanlah amal ketuhanan, dan meminta dipenuhinya hajat darinya tatkala itu bukanlah keysirikan” (Kasyful Asroor hal 54-55)
KEDUA : Meminta kepada mayat bukanlah kesyirikan. Bahkan meminta kepada BATU bukanlah kesyirikan!!!
Al-Khumainy berkata :
“Bisa jadi dikatakan bahwasanya kesyirikan adalah meminta mayat-mayat untuk menunaikan hajat, karena mayat tidak memberi manfaat dan mudhorot, baik mayat seorang nabi maupun seorang imam, karena mayat-mayat seperti benda-benda mati.
Jawaban atas persangkaan ini :
Pertama : Kalian tidak menjelaskan kepada kami makna kesyirikan dan kekufuran hingga kalian menganggap semua yang kami inginkan merupakan kesyirikan–berdasarkan pendapat kalian-. Dan setelah jelas bahwasanya kesyirikan adalah meminta sesuatu kepada seseorang selain Allah atas dasar ia adalah Rob (Tuhan/Pencipta), adapun selain ini maka bukanlah kesyirikan. Tidak ada perbedaan dalam hal ini antara yang hidup dan yang mati. Bahkan meminta dipenuhi hajat dari batu dan tanah maka bukanlah kesyirikan, meskipun hal ini adalah perbuatan yang sia-sia dan batil” (Kasyful Asroor hal 56)
Subhaanallah…meminta kepada batu bukanlah kesyirikan ?? inilah hakekat agama syi’ah !!!
KETIGA : Ruh seseorang setelah mati maka semakin hebat dan semakin diberi kekuatan oleh Allah dan semakin tinggi kedudukannya.
Al-Khumaini berkata “
“Kami meminta bantuan dari ruh-ruh para nabi dan ruh-ruh para imam yang suci yang telah dianugerahi qudroh (kemampuan/kekuatan) oleh Allah. Dan telah ditetapkan dengan dalil-dalil yang qot’i (pasti) serta dalil-dalil akal yang jelas dalam falsafat yang tinggi bahwasanya ruh itu tetap ada setelah kematian dan kemampuan ruh-ruh untuk meliputi alam ini secara sempurna setelah kematian lebih tinggi. Dan para ahli filsafat meyakini mustahil rusaknya ruh, dan hal ini merupakan perkara filsafat yang –sejak awal munculnya filsafat- jelas diterima oleh para ulama serta para pembesar ahli filsafat sebelum Islam dan sesudah Islam. Kemudian perkara ini jelas diterima oleh seluruh agama, baik kaum yahudi, kaum nasrani, maupun kaum muslimin, dan mereka menganggap perkara ini merupakan doruuri dan badihi (perkara pokok/mendasar/yang harus ada) dalam agama mereka” (Kasyful Asroor hal 56)
Lihatlah bagaimana aqidah Khumaini, untuk melegalkan kesyirikan meminta kepada mayat-mayat. Justru ia meyakini bahwa setelah kematian mayat-mayat lebih hebat karena telah diberi kemampuan oleh Allah untuk memenuhi kebutuhan manusia, bahkan untuk meliputi alam secara sempurna???
Dalilnya apa ..??!! tidak satu ayatpun…apalagi hadits…, yang ada hanyalah keyakinan kaum ahli filsafat yunani yang tidak beragama, bukan yahudi dan juga bukan nasoro. Itulah landasan pijakan Khumaini !!!
Bandingkanlah aqidah Al-Khumaini ini dengan aqidah kaum sufi. Dimana sebagian kaum sufi melegalkan untuk berdoa kepada wali (bahkan kepada wali yang sudah meninggal) dengan dalih bahwasanya wali telah diberi kekuasaan dengan izin Allah. Seorang tokoh sufi besar yang bernama At-Tijaani memperkuat keyakinan ini. Berkata penulis kitab Jawaahirul Ma’aani fi Faydi Sayyidi Abil ‘Abaas At-Tiijaani (Ali Al-Faasi) :
Adapun perkataan penanya : Apa makna perkataan Syaikh Abdul Qodir Al-Jailaani radhiallahu ‘anhu : “Dan perintahku dengan perintah Allah, jika aku berkata kun (jadi) makan (yakun) terjadilah” …dan juga perkataan sebagian mereka : “Wahai angin tenanglah terhadap mereka dengan izinku” dan perkataan-perkataan para pembesar yang lain radhiallahu ‘anhum yang semisal ini, maka berkata (At-Tijaani) radhiallahu ‘anhu : “Maknanya adalah Allah memberikan kepada mereka Khilaafah Al-‘Udzma (kerajaan besar) dan Allah menjadikan mereka khalifah atas kerajaan Allah dengan penyerahan kekuasaan secara umum, agar mereka bisa melakukan di kerajaan Allah apa saja yang mereka kehendaki. Dan Allah memberikan mereka kuasa kalimat “kun”, kapan saja mereka berkata kepada sesuatu “kun” (jadilah) maka terjadilah tatkala itu” (Jawaahirul Ma’aani wa Buluug Al-Amaani 2/62)
Hal ini juga dikatakan oleh tojoh sufi zaman kita yang bernama Habib Ali Al-Jufri, ia berkata bahwasanya wali bisa menciptakan bayi di rahim seorang wanita tanpa seorang ayah dengan izin Allah (silahkan lihat http://www.youtube.com/watch?v=kDPMBJ7kvfI)
Bandingkan pula aqidah Al-Khumaini ini dengan tokoh sufi zaman sekarang yang sangat digandrungi oleh aswaja Indonesia. Yaitu Muhammad Alwi Al-Maliki, ia berkata di kitabnya mafaahiim yajibu an tushohhah :
فَالْمُتَصَرِّفُ فِي الْكَوْنِ هُوَ اللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى وَلاَ يَمْلِكُ أَحَدٌ شَيْئاً إِلاَّ إِذَا مَلَّكَهُ اللهُ ذَلِكَ وَأَذِنَ لَهُ فِي التَّصَرُّفِ فِيْهِ
“Maka yang mengatur di alam semeseta adalah Allah subhaanahu wa ta’aala, dan tidak seorangpun memiliki sesuatupun kecuali jika Allah menjadikannya memilikinya dan mengizinkannya untuk mengaturnya”
Ia juga berkata tentang kondisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah wafatnya Nabi :
فَإِنَّهُ حَيِّيُ الدَّارَيْنِ دَائِمُ الْعِنَايَةِ بِأُمَّتِهِ، مُتَصَرِّفٌ بِإِذْنِ اللهِ فِي شُؤُوْنِهَا خَبِيْرٌ بِأَحْوَالِهَا
“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hidup di dunia dan akhirat, senantiasa memperhatikan umatnya, mengatur urusan umatnya dengan izin Allah dan mengetahui keadaan umatnya“
Bandingkan pula aqidah Al-Khumaini dengan perkataan Habib Munzir berikut ini :
“Istighatsah adalah memanggil nama seseorang untuk meminta pertolongannya, untuk sebagian kelompok muslimin hal ini langsung di vonis syirik, namun vonis mereka itu hanyalah karena kedangkalan pemahamannya terhadap syariah islam, pada hakekatnya memanggil nama seseorang untuk meminta pertolongannya adalah hal yg diperbolehkan selama ia seorang Muslim, Mukmin, Shalih dan diyakini mempunyai manzilah di sisi Allah swt, tak pula terikat ia masih hidup atau telah wafat, karena bila seseorang mengatakan ada perbedaan dalam kehidupan dan kematian atas manfaat dan mudharrat maka justru dirisaukan ia dalam kemusyrikan yang nyata, karena seluruh manfaat dan mudharrat berasal dari Allah swt, maka kehidupan dan kematian tak bisa membuat batas dari manfaat dan mudharrat kecuali dengan izin Allah swt, ketika seseorang berkata bahwa orang mati tak bisa memberi manfaat, dan orang hidup bisa memberi manfaat, maka ia dirisaukan telah jatuh dalam kekufuran karena menganggap kehidupan adalah sumber manfaat dan kematian adalah mustahilnya manfaat, padahal manfaat dan mudharrat itu dari Allah, dan kekuasaan Allah tidak bisa dibatasi dengan kehidupan atau kematian” (Kenalilah Aqidahmu 2 hal 75-76)
KEEMPAT : Meminta kesembuhan dari tanah bukanlah kesyirikan
Al-Khumaini berkata :
“Diantara pertanyaan mereka adalah, apakah meminta kesembuhan dari tanah merupakan keysirikan atau tidak?
Jawabannya telah jelas setelah memperhatikan makna syirik. Kesyirikan –sebagaimana yang kalian ketahui- adalah keyakinan bahwasanya seseorang adalah Rob (Tuhan/Pencipta) atau ia diibadahi atas dasar ia adalah Rob, atau meminta dipenuhinya hajat kepada seseorang atas dasar keyakinan bahwa ia independent dalam memberikan pengaruh…
Jika seseorang meminta kesembuhan dari tanah atau dari apapun dengan dasar ia adalah Rob atau Syarikat Allah atau Rob lain yang berlawanan dengan Allah yang independent dalam memberi pengaruh atau atas dasar keyakinan bahwasanya penghuni kuburan adalah Rob maka ini merupakan kesyirikan, bahkan kegilaan. Adapun jika karena meyakini bahwasanya Allah maha kuasa atas segala sesuatu dan telah menjadikan kesembuhan pada semangkuk pasir untuk memuliakan orang yang mati syahid yang telah mengorbankan kehidupannya untuk di jalan Allah, maka hal ini sama sekali tidak melazimkan adanya kesyirikan dan kekufuran” (Kasyful Asroor hal 65)
Karenanya kita tidak heran jika melihat kaum syi’ah berebutan mengambil pasir yang ada di kuburan ahlul bait di Baqii’ di kota Madinah.
Khumaini berdalil sesukanya…, tidak ada seorangpun yang meragukan kekuasaan Allah. Jangankan pasir…bahkan jika Allah berkehendak tentunya Allah mampu menjadikan apapun sebagai obat –bahkan kotoran-!!. Akan tetapi mana dalilnya…?, mana ayatnya…?, mana haditsnya…?, mana amal perbuatan/perkataan sahabat…?, mana perbuatan tabi’in…?, mana perbuatan/perkataan 4 imam madzhab…?, yang menunjukkan bahwa Allah telah menjadikan pasir di kuburan orang sholeh sebagai obat??
Ternyata : aqidah ini juga tersebar di kalangan sebagian aswaja yang berebut-rebutan mengambili pasir dari kuburan Gus….!!!!
KELIMA : Aqidah Syia’h : meminta syafaat kepada mayat
Al-Khumaini berkata :
“Meminta syafaat kepada mayat adalah kesyirikan”
Jawabannya sebagaimana telah lalu secara terperinci bahwasanya para pemberi syafaat setelah meninggalkan dunia ini mereka bukanlah mayat. Bahkan –sebagaimana telah kami jelaskan- akan hidupnya ruh-ruh mereka dan abadinya ruh-ruh tersebut di alam serta meliputinya ruh-ruh tersebut terhadap alam ini merupakan perkara yang jelas diterima dalam filsafat kuno dan filsafat eropa ar-ruhiyah.
Kalaulah seandainya Nabi dan Imam setelah meninggal menjadi kayu dan batu dan benda mati lainnya –sebagaimana ungkapan mereka (*yaitu kaum wahabi)-, maka lantas kenapa meminta syafaat menjadi kesyirikan?, paling parah ini hanyalah merupakan perbuatan yang tidak ada faedahnya” (Kasyful Asroor hal 93)
Perhatikanlah para pembaca, Al-Khumaini menegaskan kembali bahwasanya meminta syafaat kepada kayu, batu, dan benda-benda mati bukanlah kesyirikan, akan tetapi hanya sekedar perbuatan yang tidak berfaedah. Hanya menjadi kesyirikan menurut Al-Khumaini jika meyakini bahwa batu tersebut adalah Rob/pencipta.
Dari pernyataan Al-Khumaini ini jelas bagi kita bahwa meminta syafaat kepada mayat merupakan aqidah orang syi’ah…. Ternyata aqidah ini sangat laris di kalangan kaum sufi !!!
KEENAM : Berdoa kepada Nabi atau Imam agar Allah mengampuni dosa merupakan aqidah Syi’ah
Al-Khumaini berkata ;
“Jawabannya, sesungguhnya syafaat bukanlah amalan ilahiyah (ketuhanan), karena pada hakekatnya adalah berdoa kepada Nabi dan Imam agar Allah mengampuni dosa orang ini. Dan ini adalah perbuatan seorang hamba dan bukan perbuatan Allah” (Kasyful Asroor hal 93).
Kota Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, 21-03-1433 H / 13 Februari 2011 M
Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja
www.firanda.com
Tema ini kalau diangkat jadi tesis bagus Ustadz. Perlu penelitian mendalam mengapa, sejak kapan dan apa faktor-faktor yang menyebabkan banyaknya kesamaan ini.
Mudah2an ada ustadz atau syaikh di sana yang menelaah.
Judul dan isinya beda. Dakwah akan selalu gagal kalau dengan mencela kalangan sufi dan tasawwuf. Sangat tidak pantas tulisan ini di tulis di kota madinah tempat jasad Rasulullah shallahu alaihi wa alihi wasallama bersemayam.
[quote name=”muhammad bahea”]Judul dan isinya beda. Dakwah akan selalu gagal kalau dengan mencela kalangan sufi dan tasawwuf. Sangat tidak pantas tulisan ini di tulis di kota madinah tempat jasad Rasulullah shallahu alaihi wa alihi wasallama bersemayam.[/quote]
salah satu dakwah Imam Syafi’i adalah celaan beliau terhadap Tasawuf. artikel di atas membongkar borok dan kebobrokan sufi. saya yakin anda tidak akan bisa membantah secara ilmiah, karena itu bantahannya cuma ngasal dan ngarang.
Semoga ustadz juga akan sempat buat ceramah untuk topik ini, semoga akan banyak manfaatnya.
sukron ustad atas penjelasan yang sangat bermanfaat ini.smg allah ta’ala menambah ilmu dan pemahaman ustad,agar lebih bermanfaat untuk saudara2 seiman.amien
Jazakallahu khair ustdz..smg saudara seiman qt yg terjatuh dalam aqidah sufi dan syiah ini segara bertaubat.amin
smoga kalian mendapat hidayah, dan mau mengaji lebih dalam lagi. ilmu ulama itu bagaikan lautan, dan kalian hanya mengetahui pantai nya saja. jgn sembarangan bicara. ustad gila
tidak kah kalian sadar???
ilmu ulama yg kalian cemoohkan itu bagaikan lautan, sedangkan ilmu kalian sebatas pantai. apa kalian tidak malu. wahai ustad gila. ngaji yg rajin
Assalammu’alaikum Wa Rahmatullah Wa Barakatuh
Kepada Saudaraku aink_abi semoga Allah memberkahi hidupmu dan memberikan hidayah-Nya kepada antum, amin.
Saudaraku mungkin antum sebelum ini nggak tau ucapan-ucapan Al-Khumaini atau Habib Munzir seperti itu. Jika demikian adanya, mestinya antum bersyukur kepada Allah yang telah menunjuki antum akan perkataan tokoh2 yang antum puji melalui tulisan Ustadz.
Saudaraku janganlah semangat buta yang ada dihati antum menutupi fakta yang ada. Sekiranya tulisan diatas salah atau antum ragu terhadap fakta yang ada, tentunya dapat antum koreksi melalui media ini. Ana sangat berterima kasih jika antum dapat meluruskan tulisan diatas jika salah, sehingga ana dapat memperbaiki persepsi ana terhadap “ulama-ulama” pujaan antum.
Saudaraku, Al-Khumaini & Habib Munzir pada intinya telah merendahkan Allah, dengan merampas “Hak Diibadahi” dan memberikan hak ini kepada makhluk-Nya. Seharusnya antum bersedih, marah, kecewa dan prihatin karenanya. Bukan celaan “Ustadz Gila” kepada Ust. Firanda. Inna Lilahi Wa Inna Ilahi Roji’un.
Saudaraku walau ilmu sebatas pantai dengan pemahaman Salafus Sholeh sudah cukup, dibanding ilmu seluas lautan dijadikan dalil pembenaran untuk merampas hak Allah.
Wa Salammu’alaikum Wa Rahmatullah Wa Barakatuh.
Ya kami paham kok klo menurut kalian kami hanya baru belajar ilmu dzohirnya saja, tidak spt org sufi yg mengklaim katanya ilmunya sudah sampai taraf hakekat ma’rifat. Dan sudah jamak pula ahlul hadits dari zaman ke zaman pun jg dibilang begitu oleh kalian, hanya ilmu dzohir, blm sampe ilmu hakekat. Na’udzubillah. Pdhl yg dinukil ustadz Firanda diatas jg dari ulama kalian sendiri, tak bisakah antum membantah tulisan ustadz dibanding antum hanya mengatai ustadz???
klo ente rajin ngaji, knp mulut ente kluar ucapan kotor kya gitu?? ngaji sama siapa ya…
sangat bagus dan semoga bermanfaat untuk menyadarkan saudara kita yang terkena sihirnya syiah.
to : aink_abi , kenapa antum sewot ??
bukankah ust firanda hanya menyampaikan perkataan ulama yang ilmunya bagaikan lautan itu ?
ayo bantahlah dengan ilmu , karena disini tempatnya menimba ilmu.
kalau cuma pandai mencaci , jangan2 antum termasuk didalamnya ?
TO : aink_abi
Harusnya anda berterimakasih kepada ustadz firanda, karena telah mencarikan dan memperlihatkan kepada anda kitab-kitab syiah dan sufi yang menyimpang, mungkin selama ini anda malas membaca atau susah mendapatkan kitabnya, dengan adanya artikel ini anda mudah membacanya dan mudah-mudahan taubat sehingga akan terbebas dari ancaman kekal dineraka karena syirik, tapi kalau anda tidak juga bisa mencerna berarti anda harus periksa dulu ke rumah sakit jiwa….
Jazakallah khayran Ustadzuna Abu Abdil Muhsin Firanda.
Apa yg Ustadz kemukakan sangat sangat cocok dgn apa kepikiran pada saya sendiri. Ketika mendengar ucapan2 ulama Sufi itu, terutama di Youtube, saya melihat kecendrungan mereka kepada Syi’ah.
Dan artikel ini mengkonfirmasi hal ini.
Saya setuju dengan Akhi Yulian Purnama, mgkn Asaatidz atau ikhwan kita yg kompeten bisa melakukan research sebab kesamaan dan fenomena ini. Apakah ulama2 Sufi itu Syi’i tapi taqiyyah atau yg lain.
Allahu a’lam.
eh ustadz google, anda menyangkut pautkan dgn guru saya habib munzir..
apakah yg anda ketik ada habib munzir nya brkata…??
d atas anda cuma tulis Al-Khumaini berkata..
dasar zionis yahudi..
pesan saya walaupun situ menulis ap tentang guru saya tp kami ahli sunnah wal jamaah tdak akan berpengaruh dgn anda ingat itu..
[quote name=”zzz”]eh ustadz google, anda menyangkut pautkan dgn guru saya habib munzir..
apakah yg anda ketik ada habib munzir nya brkata…??
d atas anda cuma tulis Al-Khumaini berkata..
dasar zionis yahudi..
pesan saya walaupun situ menulis ap tentang guru saya tp kami ahli sunnah wal jamaah tdak akan berpengaruh dgn anda ingat itu..[/quote]
Terima kasih atas komentarnya mas zzz
saran saya kalau mau komentar lagi, usahakan yang lebih bermutu dan bermanfaat buat diri anda dan para pembaca, misalnya anda bantah isi dari artikel yang dibuat misalnya anda tulis, Fitnah dan Dusta besar bahwasanya kumpulan Sufi Aswaja, Majelis nya Habib Munzir dll melakukan ritual Maulid karena sekarang Maulid sudah tidak dilaksanakan lagi dll.
demikian juga yang Syi’ah, membantah bahwa ritual gebuk-gebukin badan atau menyayat-nyayat tubuh dengan pedang/pisau sudah tidak dilaksanakan lagi.
kalau komentar isinya cuma ngedumel kayak anak kecil gak dikasih jajan, sayang sekali, apa cuma segitu aja kemampuannya?…kalau gak mampu ya lebih baik perbanyak belajar yang betul, jangan perbanyak ngedumel.
———–
Untuk teman-teman yang pro Ust. Firanda, usul saya kalau ada komentar kontra yang isinya cuma ngedumel/ngegrendeng dari saudara kita yang membawa-bawa nama Habib dan sejenis nya, sebaiknya ditanggapi santai aja..jangan diseriusin.
kita gak tau yang komentar itu beneran pengagumnya Habib atau bukan.
Bisa saja itu kader SYIAH SESAT yang bawa-bawa nama Habib untuk memanaskan komentar.
karena kalau dari Sufi Aswaja/penggemar Habib kan suka diajari sopan santun, lemah lembut dari ajaran Tasawuf serta Akhlak Nabi.
Perbanyak menulis topik aswaja dan tasawuf ustadz, insya Allah kami share. Jazakallah khoir.
http://id-id.facebook.com/pages/ANTI-virus-tasawuf-tasawuf-bukan-Islam-/171428386246739
Terus menulis ustadz. Artikel2 antum banyak di share di page anti tasawuf ini.
Perbanyak topik aswaja & tasawuf. Jazakallah khoir.
http://id-id.facebook.com/pages/ANTI-virus-tasawuf-tasawuf-bukan-Islam-/171428386246739
JAzaakumullohu khoer tulisannya, semoga Alloh TA’ala menjaga ustadz dan keluarga, amin
Assalamualaikum
benar yang di katakan oleh ikhwan jamil,sebaiknya kita jangan terpancing dengan orang2 seperti aink_abi dan zzz,mereka ini adalah kompor,yang suka memanas-manasin.
semoga allah memberi kesehatan serta kesejahteraan dan keselamatan kepada ust.firanda,semoga tetap semangat berdakwah untuk umat.
NB:
ust.firanda kapan isi pengajian di muhajirin
Kebangeten memang tapi bagaimana lagi harus ditelan permusuhan diantara orang islam sendiri. Herannya kaum yg merasa kelompok sufi nggak pernah nyerang kelompok salafi tapi hanya sekedar bertahan dengan dasar dasarnya Sebaliknya kelompok salafi selalu menuduh sesat kelompak sufi ini. Terlepas mana yang benar dan salah yang menyerang duluan berarti yang jadi musuh bersama. Dan serangan kelompok salafi ini sudah sangat kelewatan batas…menyesatkan dll. Coba pikir sekali lagi terhadap saudara. Apa orang sufi beda sahadad dan tauhidnya ? Mereka juga sama dan memenuhi syarat sebagai saudara. Atau kelompok salafi ini yang jadi kafir karena mengkafirkan sesama muslim seperti yang dilansir hadis Nabi
[quote name=”sugiono”]Kebangeten memang tapi bagaimana lagi harus ditelan permusuhan diantara orang islam sendiri. Herannya kaum yg merasa kelompok sufi nggak pernah nyerang kelompok salafi tapi hanya sekedar bertahan dengan dasar dasarnya Sebaliknya kelompok salafi selalu menuduh sesat kelompak sufi ini. Terlepas mana yang benar dan salah yang menyerang duluan berarti yang jadi musuh bersama. Dan serangan kelompok salafi ini sudah sangat kelewatan batas…menyesatkan dll. Coba pikir sekali lagi terhadap saudara. Apa orang sufi beda sahadad dan tauhidnya ? Mereka juga sama dan memenuhi syarat sebagai saudara. Atau kelompok salafi ini yang jadi kafir karena mengkafirkan sesama muslim seperti yang dilansir hadis Nabi[/quote]
SubhanAllah,,, “al-muslimu akhul muslim” sesungguhnya kita adalah saudara. Maka sepatutnyalah menyikapi perbedaan dengan bijaksana. Bukankah perbedaan itu dapat menjadi “rahmat” jika kita menyikapinya dengan bijaksana, tidak saling menyerang, tidak saling mengghibah, tidak saling meng-kafir-kan, serta tidak ujub merasa paling benar & benar sendiri… “Barangsiapa menutupi aib/cela seseorang (apalagi seorang muslim), maka Allah SWT akan menutup aibnya”. “Al-Islamu ya’luu walaa yu’laa alaih”.
Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan petunjukNya kepada kita semua.
إِنَّمَا الْمًؤْمِنُوْنَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوْا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوْا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
Sesungguhnya orang mu’min itu bersaudara. Maka saling mem-baikkanlah antara kalian. Dan bertaqwalah kepada Allah agar kalian mendapatkan rahmatNya.
أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوْا: اَللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ، قِيلَ: أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِيْ أَخِيْ مَا أَقُوْلُ؟ قَالَ: إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ
”Apakah kalian tahu apa itu ghibah?” Maka mereka menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.”
Maka beliau bersabda: “Engkau menyebut-nyebut saudaramu dengan sesuatu yang tidak dia sukai.”
Mereka bertanya lagi: “Bagaimana pendapat engkau jika pada diri saudaraku itu memang ada yang seperti kataku, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab: “Jika pada diri saudaramu itu ada yang seperti katamu, berarti engkau telah meng-ghibah-nya, dan jika pada dirinya tidak ada yang seperti katamu, berarti engkau telah berdusta besar tentangnya.
Maka tidak ada alasan bagi muslim membuat serangan lewat tajamnya kata2 yg dituliskan. Kata2/lisan dapat menghantarkan ke gerbang neraka. Berhati-hatilah menuliskan kata2 atas nama dakwah. Sesungguhnya tipu daya itu sangat halus.
Beware of hatred, for verily it destroys your good deeds, the way fire destroys dry wood.
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Cukup bagi saya yang bodoh dan lemah ini menanggapinya dengan:
Mugi Allah ngapura ing dosa kula…2x
lan dosane tiyang sepuh kalih kula…2x
lan dosane para santri guru kula…2x
lan dosane sederek Islam kula sedaya…
Bersihana ati kang banget kotore…2x
Ujub..riya…tomak..hasud..takabure..2x..
semoga kita semua terjaga, badan kita lisan kita dan hati kita
semoga kita semua khusnul khotimah dan dikumpulkan bersama di bawah panji2 syafaat Sayyidina Muhammad Rasulullah SAW. Amien…
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
assalamu’alaikum .. sepertinya anda akalnya kurang .. dari komentar2 diatas banyak yang komentar kata-kata yang kotor dan katanya disebut mencela. dan di komentar saya ini kalo pun saya disebut mencela tidak ada bedanya dengan anda. saya mencela dengan jelas, anda mencela dengan halus. hakikatnya mencela juga. hei bung kita saudara. jika ingin mencela (kasar/halus) silahkan datang langsung ke orang yang bersangkutan, pasti diterima dengan senyuman, tidak dengan cara yang kurang pantas sampai memecah belah umat. wassalamu’alaikum.
Assalammu’alaikum Wa Rahmatullah Wa Barakatuh
Kepada Saudara Kami Aswaja Sufi dan Tradisionalis ketika kami sesama Muslim mengingatkan kalian tentang amalan ini syirik amalan itu bid’ah, maka reaksi yang berlebihan muncul. Seperti Wahabi tukang mengkafirkan, bener sendiri, kayak yang punya sorga, mencela, membuat perpecahan umat dan berbagai macam hujatan lainnya.
Kalaulah amalan itu shahih sebenarnya cukup kalian sajikan saja dalilnya dan persoalan selesai. Sekarang yang jadi pertanyaan ana, oleh karena kami mengingatkan amalan itu syirik atau bid’ah sementara kalian tidak mempunyai dalil, hal itu yang membuat kalian kesal dan sakit hati ? Padahal kami hanya menyampaikan dari nash yang shahih !!.
Yang kami ingatkan diantaranya meliputi hal-hal berikut :
* Allah ingatkan jangan meyisipkan kesyirikan dalam beribadah (QS 18:110), kalian berdo’a kepada yang telah mati dengan alasan tawasul.
* Allah perintahkan hamba-Nya untuk mengikuti Nabi-Nya (QS 3:31), kalian mendahului atau tidak mengikuti. Contoh : Nabi tidak merayakan Maulid, kalian merayakan Maulid. Nabi memelihara jenggot, kalian mencukur jenggot. Nabi tidak isbal, kalian isbal. Nabi tidak tahlil kematian, kalian mengerjakan.
* Allah perintahkan hamba-Nya untuk mengikuti Jalan Sahabat (QS 4:115), kalian mengikuti Jalan Sufi dan Jalan Tradisi Nenek Moyang.
* Nabi bersabda “Kullu bid’ahtin dholalah (semua bid’ah sesat)”, kalian bilang ada bid’ah hasanah.
* Nabi bersabda : “amalan yang bukan berasal dari kami, maka tertolak”, kalian senang dengan amalan yang bukan berasal dari Nabi. Contoh : Maulid Nabi, Tahlil Kematian, 7 bulan kehamilan dan 1001 macam amalan lain.
* Sahabat/Khalifah Ali bin Abi Thalib memerangi Syi’ah, kalian membela mereka dan menganggap mereka bagian dari Islam.
* Kalian sering meneriakkan persatuan Islam, tapi dalam sholat jama’ah kalian tidak mau bersatu dalam barisan yang rapat dan lurus. Kalian membuat celah antara satu dan yang lain.
Cobalah kalian renungi kalau kalian merasa benar.
Wassalam.