Sungguh menyedihkan tatkala para da’i sunnah dipermainkan oleh syaitan untuk saling bermusuhan dan saling menjatuhkan. Energi banyak yang tersita untuk saling mencari kesalahan dan mencari syaikh yang mendukung. Sementara ahlul batil bahkan ahlul kufr terus bergerak dan melancarkan serangan. Bantahan silih berganti, fatwa para syaikh silih berganti didatangkan, baik mendukung atau menentang…hingga kapankah kondisi seperti ini…??!!
Seandainya perselisihan adalah dalam ranah syirik dan kufur maka wajar jika tercerai berai…akan tetapi kebanyakannya adalah permasalahan khilafiyah ijtihadiah, yang seakan-akan dianggap sebagai permasalahan qhot’iyaat (pasti) yang telah turun dalil al-Qur’an.
Padahal para da’i tersebut tahu bahwa banyak kitab-kitab klasik para ulama yang sarat dengan permasalahan-permasalahan khilafiyah yang timbul akibat perbedaan sudut pandang dan sisi pendalilan. Jika permasalahan yang ada dalilnya saja bisa terjadi perselisihan, apalagi permasalahan yang tidak ada nash nya, seperti permasalahan bersikap terhadap mukholifin.
Terbayangkan sungguh indah jika waktu dan perjuangan yang ditujukan untuk menjatuhkan para da’i yang lain, semuanya itu ditujukan dan diarahkan untuk membantah dan mengungkap kebatilan para ahlul batil dan ahlus syirk dan al-kufr ??!
Yang lebih menyedihkan lagi, para da’i itu masih terus berselisih dengan perselisihan yang sengit sementara markaz ponpes yang selama ini mereka banggakan telah dirampas oleh musuh ahlus syirk wal kufr !!!.
Sementara mereka diserang musuh mereka masih saja berkutat dan bergulat diantara mereka…, manakah fikih prioritas??!
Bahkan sebagian mereka tidak membantu saudara mereka yang sedang di serang musuh –padahal sama sama mengaku dan menyeru kepada sunnah dan membantah ahlul bid’ah-?
Jika hal ini terjadi antara sesama ahlus sunnah yang belajar dari negeri yang sama dan dari markaz yang sama, lantas bagaimana mau memikirkan dan membantu saudara-saudara sesama kaum muslimin yang sedang tertindas yang lain manhaj?? Mana sempat membantu mereka?, atau jangan-jangan sibuk membantu mereka juga dianggap merupakan kesalahan manhaj??!!
Kalaupun saudara kita sesama da’i salah, maka apakah memang waktu harus banyak tersita untuk menasehatinya??, jika ia tidak mau sadar dari kesalahan –atau yang dianggap kesalahan, meskipun belum tentu merupakan kesalahan- maka apakah kita harus tetap berkutat menyerangnya, sementara prioritas dakwah yang lain masih terlalu banyak dan lebih penting??
Hal ini mengakibatkan seakan-akan kita menutup mata dari permasalahan kaum muslimin yang lebih besar yang sedang terjadi…, kalaupun kita membuka mata maka waktu kita hanya sedikit atau tidak ada untuk membantu dan memikirkan mereka…kenapa??, karena waktu telah tersita untuk mencari-cari kesalahan saudara, merendahkannya, menjatuhkannya, dan melaporkannya kepada syaikh yang kita harapkan…!
Eh…ternyata bisa jadi kita malah lebih dahulu dilaporin sama dia…?!
Perselisihan yang tiada kunjung selesai…belasan tahun berlalu, tiada putus-putus, bahkan selalu datang dalam baju yang baru, dalam permasalahan-permasalahan yang baru….
Telah datang berbagai syaikh untuk mendamaikan…namun syaitan terus menyalakan api perselisihan…, dan tidak jarang juga sebagian syaikh yang hendak mendamaikan akhirnya berpihak sebelah tangan…Wallahul musta’aan.
Alhamdulillah ada salah seorang da’i –hafizohullah- yang telah menulis sebuah tulisan –meskipun sebelumnya telah menulis sebuah pernyataan-, yang tulisan tersebut menyingkap beberapa kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Diantaranya :
Ternyata Syaikh yang selama ini perkataannya dijadikan rujukan dan dalil (seakan-akan perkataannya adalah nash yang harus ditaati, jika tidak maka keluar dari manhaj yang benar) ternyata bisa juga keliru, aneh, dan berlebihan dalam memvonis. Syaikh yang selama ini ia bela dan tidak mau dikatakan memiliki sikap keras ternyata keras terhadapnya.
Berikut pernyataan-pernyataan sang da’i –hafizohulloh-
1) Syaikh –hafizohulloh- tersebut hanya mendengar sepihak
Al-Ustadz Al-Fadil berkata : ((saya merasa aneh bahwa Fadhîlatusy Syaikh –sallamahullâh- menunggu kehadiran Al-Akh Lxxxxan dan kawan-kawannya guna membahas kritikan-kitikan terhadap saya, tetapi di sisi lain beliau tidak menunggu untuk mengeluarkan beberapa hukum terhadap saya sebelum beliau mendengar jawaban saya atas laporan orang-orang tersebut))
2) Syaikh –hafizohulloh- tersebut bersikap yang menurut sang ustadz adalah sikap yang aneh. Bahkan al-Ustadz Al-Fadil mengungkapkan berulang-ulang akan anehnya dari sikap syaikh tersebut. Al-Ustadz al-Fadil berkata ((Sebagaimana juga, saya merasa aneh, ketika saya menyebutkan kepada beliau (kondisi) yang terjadi akibat tahdzîr Al-Akh Lxxxxn Bxxxxxh dan orang-orang yang bersamanya yang menimbulkan keributan, beliau berkata kepadaku, “Kalau kamu rujuk, mereka tidak akan men-tahdzîr-mu”
Saya pun heran bahwa, bagaimana bisa beliau menuntut saya untuk rujuk, sedangkan beliau tidak menyebut kritikan apapun kepada saya, tidak pula terjadi pembahasan dalam hal itu?))
3) Ternyata Syaikh tersebut tasarru’ (cepat) dalam memvonis bahkan dengan vonis keras padahal tidak sesuai dengan kenyataan. Sang ustadz dituduh oleh Syaikh yang selama ini ia bela mati-matian dengan tuduhan yang sangat mengerikan, sang ustadz dituduh mengakui kekufuran yaitu wihdatul adyaan dan kesyirikan. Bahkan divonis mencari duit/harta dibalik ini semua.
Al-Ustadz Al-Fadil hafizohulloh berkata ((Oleh karena itu, saya bersegera bertemu dengan Fadhîlatusy Syaikh kami yang berbicara -sallamahullâh-, tetapi saya kaget mendapati bahwa beliau sangat marah kepadaku dan menyebutkan beberapa hal tentang kesyirikan, penyatuan agama, sekularisme, liberalisme, dan mengumpul-ngumpul harta di belakang (penyelenggaraan) sekolahan.
Demikianlah, begitu cepat Fadhîlatusy Syaikh kami yang berbicara -sallamahullâh- memvonis hukum terhadap kami dengan (berlandaskan) sekadar laporan yang sampai dari pihak Al-Akh Lxxxxn))
Saya jadi ingat hal ini sebagaimana kondisi sebagian saudara-saudara kita yang dituduh sebagai mata duitan hanya karena membangun pondok dengan bantuan sebuah yayasan sosial luar negeri.
Sehingga Al-Ustadz Al-Fadil membela diri seraya berkata ((bahwa Fadhîlatusy Syaikh kami yang berbicara -sallamahullâh- menganggap bahwa saya mengakui di hadapan beliau tentang adanya wihdatul adyan di sekolah-sekolah teman-teman kami.
Wallâhi, billâhi, dan tallâhi ‘demi Allah’, kapanpun, saya tidak pernah mengakui hal itu di sisi beliau, bahkan pokok perkara saya hanyalah diam karena beliau sangat marah kepadaku, dan saya tidak suka memotong ucapan beliau. Awalnya, saya mengira bahwa beliau akan memberi kesempatan kepadaku untuk duduk dan menjelaskan kepada beliau hakikat kejadian sebenarnya, tetapi beliau (ternyata) tidak memberi kesempatan kepadaku. Mungkin saja beliau memahami sikap diam saya sebagai bentuk pengakuan (akan adanya pemikiran wihdatul adyan), padahal hakikat perkara ini tidaklah seperti itu. Wallâhul Musta’ân))
5) Syaikh tersebut padahal dulunya menerima dan membenarkan laporan sepihak dari sang ustadz, lantas sekaran kok berbalik menyerang sang ustadz?
Al-ustadz al-Fadil berkata ((Dahulu, Syaikh kami yang berbicara menerima dari Dxxxxxxxn kritikan-kritikan detail atas kesesatan-kesesatan Al-Akh Jxxxx Uxxx Txxxx serta Al-Akh Lxxxxx Bxxxxx dan orang-orang yang bersamanya pada hari-hari jihad Ambon, maka bagaimana bisa disangkakan bahwa Dxxxxxxxn tidak mengetahui masalah-masalah yang terang terhadap kaum awam Salafy, seperti kekufuran pemikiran wihdatul adyan?!))
Jika al-Ustadz merasa aneh dituduh membela wihdatul adyaan apalagi tuduhan tersebut dituduhkan kepada murid senior Ay-Syaikh Al-Albani rahimahullah??
Yang lebih menyedihkan ternyata al-Ustadz telah membela sang syaikh dan al-ustadz tidak ragu untuk memuji dirinya sendiri –meskipun bagaimanapun memuji diri sendiri itu kurang baik- akan tetapi mungkin ada kemaslahatan yang dilihat oleh sang ustadz.
Ustadz Al-Fadil –hafizohulloh- berkata tentang dirinya bahwasanya ia : ((…. juga ikut berserikat dalam membantah (pendukung Al-Hxxxxy) seraya membuat mereka terdiam -segala puji bagi Allah- serta membela Syaikh Rxxx’ dengan hujjah-hujjah dan bukti-bukti yang jelas seraya meruntuhkan kedustaan dan kekeliruan pemahaman sakit mereka yang menuduh bahwa Syaikh Rabî’ hafizhahullâh berdusta terhadap para Salaf, bersikap keras, lagi ada pemikiran Khawarij, dan lain-lain))
Inilah pujian diri sendiri yang saya rasa kurang pantas, dengan menganggap hujjahnya kuat dan yang dibantah memiliki pemahaman yang sakit. Alangkah baiknya biarkanlah para pembaca yang menilai, apakah al-Ustadz memang hebat dalam berhujjah dan mematahkan lawan atau sebaliknya
Apalagi memuji diri dengan mengejek kawan yang sudah ikut serta membantunya dalam membantah.
Al-Ustadz Al-Fadil –hafizohulloh- berkata : ((…Lxxxxn ini tidaklah memiliki kekuatan ilmiah yang layak dalam membantah (pemikiran Al-xxxxxy) sehingga sebagian pengikut Al-Halaby -semoga Allah memperbaiki keadaan mereka- menulis bantahan terhadap Syaikh Rxxx’ hafizhahullâh bahwa (Syaikh Rxxx’) berdusta terhadap As-Salaf, punya sikap keras, lagi ada pemikiran Khawarij dan Murji’ah, serta kritikan-kritikan lain. Al-Akh Lxxxxn –ashlahahullâh- pun menulis bantahan yang membuat pengikut Al-Hxxxy dan selainnya tidak bergeming karena bantahan (Al-Akh Lxxxxn) yang “kurus dan lemah”. Sampai saat ini, Al-Akh Lxxxxn tidak bisa menjawab tuduhan-tuduhan tersebut))
Penutup :
Karena sang ustadz mengajak para da’i yang berseteru kepadanya untuk kembali kepada para ulama al-Lajnah ad-Daimiah, maka usulan kepada sang ustadz agar permasalahan-permasalahan tahdzir mentahdzir yang ia dan para da’i yang semanhaj dengannya agar menulis pertanyaan dan ditanyakan kepada al-lajnah ad-Daimah. Akan tetapi hendaknya pertanyaan tersebut ditulis dengan jujur dan tidak mengada-ngada. Agar jelas apakah sikap mereka selama ini yang metahdzir dan memvonis saudara-saudara mereka benar atau tidak. Dengan adanya fatwa dari Al-Lajnah Ad-Daimah insya Allah akan meredam dan mengurangi perselisihan.
Terutama tentang permasalahan yayasan sosial yang selama ini dijadikan alasan untuk mentahdzir, demikian juga tentang radiorxxxx yang dianggap sebagai radio menyesatkan. Akan tetapi pertanyaan harus dengan jujur bukan seperti pertanyaan yang menyudutkan dan “kurang lengkap dan hanya informasi sepihak yang menyudutkan” yang pernah ditanyakan kepada al-Ustadz kepada salah seorang ulama.
Misalnya : Syaikh apa hukum mendengarkan sebuah radio yang menyeru kepada sunnah dan memperingatkan masyarakat dari syi’ah, dari kesyirikan, dan bid’ah-bid’ah. Hanya saja radio tersebut terkadang dikunjungi oleh Syaikh Al-Halabi dan Ibrahim Ar-Ruhaili. Akan tetapi juga dikunjungi oleh para ulama yang lain, seperti As-Syaikh Abdurrazaq Al-Badr, Asy-Syaikh Sa’ad Asy-Syatsry, Syaikh Sulaiman Ar-Ruhaili, Asy-Syaikh Sholeh As-Suhaimy, Asy-Syaikh Abdussalam As-Suahimy, dll.
Radio tersebut juga sering memperingatkan umat akan bahaya terorisme, sempai dai merekapun sering mengisi kajian di instansi-instansi pemerintah.
(kalau ada kesalahan radio agar dicantumkan, agar menjadi nasehat bagi radio tersebut).
Akhirnya semoga Allah mempersatukan barisan ahlus sunnah dalam menyuarakan tauhid dan sunnah. Tentu para da’i tidak luput dari kesalahan, akan tetapi tugas kita adalah saling menasehati dengan penuh kasih sayang, bukan saling menjatuhkan apalagi mencari-cari dan mengumpulkan kesalahan-kesalahan. Baarokallahu fiikum wa hafidhokumullah.
Kota Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, 24-08-1436 H / 11-06-2015 M
Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja
www.firanda.com
Assalamualaikum.
Semoga fitnah ini cepat berlalu
Semoga Allah menyatukan hati-hati para ahlu sunnah sedunia terkhusus di indonesia agar bisa bahu membahu memerangi kesyirikan, kebid’ahan dan kemaksiatan yang terus menerus menghajar umat ini
naam,laporkan semua permasalahan kepada lajnah addaimah secara teryulis dan transparan serta jujur,yg bersalah siap utk rujuk,jazakallohu khoir…
Naam, hingga jelas akar permasalahannya, hendaknya pertanyaan tertulis disaksikan dan disepakati oleh para da’i2 yg berselisih…
Jika nanti ada yg menolak hasil ishlah, setidaknya kami Salafiyyiin tahu bagaimana harus bersikap… Insya Allah