Alhamdulillah, segala puji kita panjatkan kepada Allah atas segala kenikmatan dan limpahan nikmat. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kepada kita nikmat lisan… semoga kita menjadikannya sebagai saran untuk meraih pahala sebanyak-banyaknya bukan untuk meraih dosa yang sebanyak-banyaknya.
Alhamdulillah, tanggapan yang saya tunggu-tunggu dari al-ustadz al-fadil akhirnya muncul juga. Hanya saja yang saya sedihkan adalah sang ustadz keluar dari pembahasan khilaf yang sedang kita bicarakan. Dalam membahas khilaf tentunya para ulama sering menyampaikan tentang “tahriir mahal an-nizaa'” (yaitu inti atau fokus permasalahan) agar pembicaraan kita tidak ngalor-ngidul dan ke sana ke sini.
Sebenarnya saya tidak berkeinginan untuk membahas permasalahan ini, -dan ini menyelisihi wasiat guru saya yang menyarankan saya untuk tidak membicarakan permasalahan ini- akan tetapi…dengan berat hati- saya berusaha untuk menjabarkan permasalahan dengan meminta pertolongan Allah yang Maha mengetahui segalanya.
Ada tiga hal yang menyebabkan saya sebenarnya enggan membahas permasalahan ini:
Pertama : Jika tuduhan ini hanya saja tertuju pada saya, maka perkaranya lebih ringan. Toh saya manusia biasa yang juga tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan dan juga memiliki banyak aib. Akan tetapi akhir-akhir ini tatkala saya sedang sibuk membantah ahlul bid’ah maka saya mendapati ternyata sebagian ahlul bid’ah menjadikan tuduhan “pendusta” kepada saya sarana untuk mementahkan bantahan-bantahan saya terhadap mereka. Padahal mereka para ahlul bid’ah tersebut telah terbukti berdusta.
Kedua : Ternyata hal ini juga dijadikan dalil oleh sebagian ahlus sunnah untuk mencela radiorodja yang kebetulan diantara para pengisi materinya adalah saya.
Ketiga : Dan hal ini yang sangat berat bagi saya, yaitu dengan membantah tuduhan ini maka “terpaksa” saya membuka aib sebagian ustadz atau sebagian “syaikh” sang penuduh.
Akan tetapi apa boleh buat… semoga Allah memaafkan hambaNya yang penuh dosa dan kekurangan. Dan semoga Allah mengampuni niat saya –yang mungkin saja tatkala menulis tulisan ini ada perasaan untuk membalas dendam- sesungguhnya Allah maha mengetahui isi para hambaNya.
Akan tetapi sebelum kita masuk di topik pembahasan ada dua perkara yang perlu saya ingatkan kepada para pembaca yang budiman :
Pertama : Saya sangat mengharapkan para pembaca sekalian membaca serial tulisan saya, diantaranya :
– http://www.firanda.com/index.php/artikel/manhaj/94-muwaazanah-suatu-yang-merupakan-keharusan-iya-dalam-menghukumi-seseorang-bukan-dalam-mentahdzir-, dan
– http://www.firanda.com/index.php/artikel/manhaj/100-salah-kaprah-tentang-hajr-boikot-terhadap-ahlul-bidah-seri-5-contoh-nyata-khilaf-ijtahdiah-diantara-para-ulama-tentang-menghukumi-seseorang
: Jangan lupa inti permasalahan khilaf yaitu : Apakah yang menerima dana dari Yayasan IT maka otomatis menjadi sururi?, bahkan barangsiapa meskipun tidak mengambil dana lantas bermu’aamalah dengan orang yang mengambil dana maka apakah otomatis menjadi sururi?, karena justru jenis kedua inilah yang lebih banyak, karena yang mengambil dana hanya sekitar beberapa orang saja. Silahkan kembali membaca tulisan saya : http://www.firanda.com/index.php/artikel/manhaj/101-salah-kaprah-tentang-hajr-boikot-terhadap-ahlul-bidah-seri-6-tahdziir-dan-tabdii-berantai-ala-mlm-awas-sururi , inilah permasalahan inti.
Al-Ustadz hafizohullah berkata :
((Gelar “kadzdzab” (gemar berdusta) yang disematkan oleh salah seorang ulama besar di Madinah Asy-Syaikh Abdullah bin Abdirrahim Al-Bukhari Hafizhahullah kepada seorang pelajar di Madinah yang bernama Firanda Andirja memang merupakan gelar yang layak disandangnya. Mengapa tidak, Firanda seakan tiada henti menghembuskan fitnahnya dengan menyebarkan berbagai kedustaan dikalangan salafiyyin dengan menyebarkan berita-berita palsu yang kandungannya adalah upaya merendahkan kedudukan para ulama dan Da’i Ahlus sunnah ditengah umatnya….. Selamat berbahagia dengan gelar ini wahai Firanda dari salah seorang ulama besar Madinah Nabawiyyah)) demikan perkataan al-ustadz hafizhohullah (silahkan lihat http://www.salafybpp.com/categoryblog/97-dusta-firanda-ditengah-badai-fitnah-yang-sedang-melanda-bag1.html)
Bahkan sang ustadz juga menukil perkataan sang syaikh yang berkata tentang saya ((termasuk orang yang paling fajir diantara mereka (ahli fitnah). paling buruk dan pendusta sekarang ini adalah si jahat yang dikenal dengan nama Firanda yang berasal dari Indonesia. Si jahat dan pendusta besar ini berjalan di kota Madinah mendatangi sebagian para pelajar dan sebagian orang, dan membuat kisruh bahwa Syaikh Abdullah tidak menyisakan satupun, semuanya dikritik, dia mengkritisi si fulan, mengkritisi Syaikh al-Abbad dan anaknya dan saya tidak tahu siapa lagi, sebab ketika mereka datang kepadaku, dia bersama yang lain dari pengikutnya Ali Musri dan aku membicarakan mereka dan kebodohan mereka, si bodoh yang ngawur Ali Musri dan sikap dia pada tahun yang lalu. Dan aku mencela Firanda atas bukunya yang berbicara tentang Ihya At-Turats, Aku jelaskan kebobrokan Ihya At-Turats dan memaparkan kepada mereka siapa itu Ihya At-Turats. mereka berkata: Demi Allah wahai Syekh, kami benar-benar tidak tahu, jazakallah khaer engkau telah menjelaskannya. Maka saya berkata : nah, sekarang aku telah menjelaskan, apa yang akan kamu lakukan sekarang? Tentunya orang ini (maksudnya Firanda,pen) dia keluar dari kediamanku dalam keadaan dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan dan perbuat setelah menyebarkan kedustaan, kefajiran dan kejahatan ini. Bahkan teman-temannya yang ketika itu bersamanya, diantara mereka Nur Ihsan dan yang bersamanya, mereka berkata: wahai syaikh, kami tidak memahami ucapanmu ini dengan pemahaman itu, dan engkau telah mengetahui bahwa orang ini (maksud mereka Firanda,pen) jahat dan pendusta,fajir, bahkan kelewat batas dalam berdusta pula. Maka kita semoga Allah memberkatimu- setiap hari kami menghadapi fitnah, dan setiap hari kami menghadapi para pencari fitnah. Kalau sekiranya kita menyibukkan diri dengan mereka, kita tidak akan mendakwahi manusia, tidak mengajar lagi, ya akhi, tinggalkan mereka…))
Sebelum saya menanggapi pernyataan di atas maka saya ingin mengingatkan para pembaca untuk mengetahui bahwasanya majelis yang terjadi antara beliau sang syaikh dan kami (Firanda, Ustadz Abdullah Taslim MA, DR Arifin Badri, dan DR Muhammad Nur Ihsaan) terjadi di rumah beliau sang syaikh. Tentunya pembicaraan yang terjadi diantara kami tidak direkam, akan tetapi ada beberapa pernyataan yang sempat dilontarkan oleh sang syaikh yang hal ini disaksikan oleh para ustadz-ustadz tersebut. Diantaranya :
Pertama : Syaikh berkata : Ibnu Jibrin adalah Imaam Ad-Dholaalah (imam kesesatan)
Kedua : Syaikh Berkata : Syaikh Abdul Aziz As-Sadhaan bukanlah salafy, tidak bisa membedakan antara kurma dan bara api (padahal Syaikh Abdul Aziz As-Sadhan juga dinukil perkataannya oleh sang ustad dalam tulisannya di http://www.salafybpp.com/categoryblog/97-dusta-firanda-ditengah-badai-fitnah-yang-sedang-melanda-bag1.html)
Ketiga : Beliau berkata : Dimana Syaikh Abdul Muhsin tatkala Syaikh Robii’ membantah ahlul bdi’ah, Syaikh Robii’ mengeluarkan ruhnya untuk umat, adapun syaikh Abdul Muhsin Al-Abaad diam selama tujuh tahun dan tidak membantah sama sekali. Dan akhirnya syaikh Abdul Muhsin pun memberi pengantar kepada kitab Madaarikun Nadzor setelah tujuh tahun diam, itupun setelah buku itu diberi pengantar oleh Syaikh Albani !!!
Keempat : Beliau juga berkata : Syaikh Abdul Muhsin Al-Abaad kok bisa menghukumi bahwa perseteruan yang terjadi antara syaikh Robii’ dan Abul Hasan Al-Ma’ribi hanyalah karena hawa nafsu. Bagaimana beliau bisa menghukumi demikian. Saya (yaitu beliau sang syaikh) pernah datang ke Syaikh Abdul Muhsin dan saya tanyakan kepada beliau : “Apakah anda sudah baca tulisannya syaikh Robii’?”, maka Syaikh Abdul Muhsin berkata :”Saya tidak baca”. Saya juga bertanya, “Apakah anda sudah membaca tulisan Abul Hasan Al-Ma’ribi?”, maka syaikh Abdul Muhsin berkata, “Tidak”.
Lantas bagaimana bisa Syaikh Abdul Muhsin menghukumi bahwasanya syaikh Robii’ dan Abul Hasan hanya mengikuti hawa nafsu??? (Demikian perakataan beliau sang syaikh)
Kelima : Beliau berkata : Syaikh Abdurrozzaq Al-Abbaad, siapa dia??, dia baru saja istiqomah. Dahulu main-main di jalan raya, sampai-sampai ayah saya menegurnya dan berkata “Wahai Abdurrozzaaq, ayahmu Abdul Muhsin Al-Abaad adalah seorang alim, merupakan suatu perkara yang aib jika engkau bermain-main di jalan)
Keenam : Beliau juga berkata : Syaikh Abdurrozzaq baru saja istiqomah kemudian jadi salafy lantas begitu cepat ia berbalik
Dan masih ada perkataan-perkataan beliau yang lain, yang mungkin kurang pantas untuk saya utarakan di sini.
Mungkin para pembaca yang budiman mengatakan saya berdusta akan hal ini. Memang sungguh sulit untuk menunjukkan bahwasanya saya jujur karena tidak ada bukti berupa rekaman. Akan tetapi silahkan para pembaca yang budiman untuk bertanya langsung kepada Ustadz DR Muhammad Arifin, Ustadz DR Muhammad Nur Ihsan, dan Ustadz Abdullah Taslim MA. Adapun ustadz Abdullah Taslim maka pernyataan beliau bisa di dengar di http://salafiyunpad.wordpress.com/2010/04/12/download-audio-klarifikasi-oleh-ustadz-taslim-tentang-kejadian-yang-sebenarnya-antara-ustadz-firanda-dan-syaikh-abdullah-al-bukhari/
Seluruh pernyataan di atas masih diingat oleh Fadhilatus syaikh yang mengucapkannya kecuali pernyataan terakhir (pernyataan yang keenam) yang menyatakan bahwasanya Syaikh Abdurrozzaq jadi salafy lantas begitu cepat ia berbalik.
Dan beliau mengingkari pernah menyatakan demikian, hanya saja saya (yang telah diajar Syaikh Abdurrozzaq bertahun-tahun, dimana beliau mengajar saya di jenjang S1, S2 dan sekarang juga di S3) tentunya tidak akan lupa pernyataan ini. Dan hal ini juga diingat oleh ustadz Abdullah Taslim MA. Akan tetapi perkaranya repot karena memang bukti kongkritnya tidak ada.
Adapun enam pernyataan Syaikh diatas maka saya hanya bisa berkata laa haulaa wa laa quwaata illaa billah. Syaikh Ibnu Jibrin adalah Imaam Ad-Dolaalah…., meskipun kita tidak setuju dengan beberapa fatwa syaikh Ibnu Jibrin rahimahullah akan tetapi beliau tetaplah seorang ulama… bahkan ulama besar…
Adapun pernyataan beliau tentang syaikh Abdul Aziz As-Sadhaan, maka beliau adalah salafy, murid syaikh Bin Baaz (dan saya rasa sang ustadz al-faadhil juga mengakui bahwasanya beliau adalah salafy, oleh karenaya sang ustadz hafidzohullah juga menukil perkataannya untuk membantah saya)
Adapun pernyataan tentang syaikh Abdul Muhsin Al-Abbaad, maka menurut pandangan saya yang lemah ini, ini merupakan bentuk perendahan kepada ulama besar sekelas Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbaad.
Adapun pernyataan beliau tentang Syaikh Abdurrozzaaq maka saya berkata :
– Syaikh Abdurrozzaq memang dulu terkenal nakal (dan saya mohon maaf kalau memang ini merupakan aib syaikh Abdurrozzaq) sebagaimana yang saya dengar dari beberapa sumber. Akan tetapi kalau menurut pandangan saya justru ini merupakan kemuliaan syaikh yang telah meninggalkan kenakalannya lantas kemudian menjadi seorang alim yang memberi faedah kepada umat baik di Saudi maupun di Indonesia
– Syaikh sudah sejak 15 tahun yang lalu telah meraih gelar Profesor. Adapun beliau sang syaikh baru saja mengambil gelar doktor beberapa tahun yang lalu
– Apakah pantas kita menyebut-nyebut kesalahan orang di masa lalu??, bukankah Umar bin Al-Khottoob dahulu sangat membenci dan memusuhi Nabi??, bukankah banyak para sahabat yang demikian?, bukankah Al-Fudhail Bin ‘Iyaadn dahulu adalah gembong para perampok???
– Hendaknya justru kita menutup aib saudara kita, apalagi aib yang sudah ditinggalkannya….!!!
– Bukankah dakwah Syaikh Abdurrozzak sangat masyhuur di Saudi?, beliau pengajar di Masjid nabawi, beliau mengisi pengajian di Radio Al-Qur’an Saudi, beliau juga mengisi pengajian di sebagian stasiun TV di Saudi
Dan pernyataan beliau sang syaikh yang terakhir : Bahwasanya Syaikh Abdurrozzaq menjadi salafy kemudian begitu cepat berbalik, maka tidak akan saya tanggapi karena sungguh jelek perkataan ini dan beliau sang syaikh lupa pernah mengucapkan hal ini.
Mungkin para pembaca masih menuduh saya berdusta… , apa yang harus saya katakan… karena tidak ada bukti yang jelas, pernyataan-pernyataan tersebut tidak terekam.
Akan tetapi Sang ustadz telah menampilkan suara syaikh menyatakan bawhasanya saya adalah pendusta (sebagaimana pula mengatakan bahwasanya DR Ali Misri sebagai seroang yang safiih yaitu dungu), padahal….
Dalam kaset tersebut juga ternyata beliau sang syaikh juga mencela Syaikh Muqbil rahimahullah, bahkan juga meragukan kesalafian orang-orang yang belajar di syaikh Muqbil rahimahullah.
Berikut pernyataan beliau tentang syaikh Muqbil rahimahullah:
ما كل من جاءنا كان من دماج على أنه سني كل نظن الناس هكذا أفكارها متأثرة بشيخها أنهم خوارج في هذا الفكر في ذلك العهد نحن ما أحسنا الظن بكل من جاء ولاأسأنا الظن بكل من جاء نتوقف في أمره ما ندري أيش يكون.”
“Tidak semua orang yang datang kepada kami dari Dammaaj berarti ia adalah seorang sunni, semuanya –kami menyangka semua orang demikian-, pemikiran mereka terpengaruh dengan pemikiran guru mereka, mereka adalah khowarij dalam pemikiran ini tatkala itu. Kami tidak berbaik sangka kepada setiap orang yang datang kepada kami, dan kami juga tidak berburuk sangka kepada siapa saja yang datang. Kami tawaqquf (berhenti dulu-pen) tentang statusnya hingga kami tahu apa yang terjadi”
Bahkan celaan di atas bukan hanya mengenai syaikh Muqbil rahimahullah, bahkan mengenai murid-murid beliau yang belajar di Dammaj di masa Syaikh Muqbil apalagi setelah wafatnya syaikh??
Para pembaca bisa meminta kaset pernyataan ini dari al-ustadz hafidzohullah, karena dalam kaset yang sama juga terdapat pernyataan syaikh bahwasanya Firanda Pendusta. Dan banyak syaikh dari Yaman yang telah membantah pernyataan ini.
Oleh karenanya saya berkata :
– Jika saya dikatakan oleh syaikh ((orang yang paling fajir diantara mereka (ahli fitnah). paling buruk dan pendusta sekarang ini adalah si jahat yang dikenal dengan nama Firanda yang berasal dari Indonesia)) maka hal itu ringan daripada saya dituduh khawarij.
– Akan tetapi sudah banyak ulama yang dicela oleh syaikh ini, diantaranya Syaikh Ibnu Jibrin yang dikatakan sebagai Imam kesesatan, Syaikh Muqbil yang dituduh berpemikiran khawarij. Tentunya gelar pendusta masih lebih ringan dari pada imam kesesatan dan berpemikiran khawarij. Bahkan bukan hanya syaikh Muqbil yang dicela, murid-muridnya juga dicela
Mengenai pernyataan sang ustadz hafizhohullah ((Gelar “kadzdzab” (gemar berdusta) yang disematkan oleh salah seorang ulama besar di Madinah Asy-Syaikh Abdullah bin Abdirrahim Al-Bukhari Hafizhahullah kepada seorang pelajar di Madinah yang bernama Firanda Andirja memang merupakan gelar yang layak disandangnya. Mengapa tidak, Firanda seakan tiada henti menghembuskan fitnahnya dengan menyebarkan berbagai kedustaan dikalangan salafiyyin dengan menyebarkan berita-berita palsu yang kandungannya adalah upaya merendahkan kedudukan para ulama dan Da’i Ahlus sunnah ditengah umatnya….. Selamat berbahagia dengan gelar ini wahai Firanda dari salah seorang ulama besar Madinah Nabawiyyah))
Maka pada pernyataan di atas ada beberapa hal yang ingin saya tanggapi –semoga Allah mengampuni dosa-dosa saya- :
Pertama : Pernyataan sang ustadz bahwasanya Syaikh tersebut adalah seorang ulama besar di kota Madinah, hal ini menggambarkan kepada para pembaca bahwasanya firanda telah dituduh pendusta oleh ulama besar kota Madinah.
Tentunya semua orang yang pernah belajar di Madinah mengetahui bahwasanya ini merupakan perkataan yang tidak benar. Karena syaikh tersebut masih sangat muda dan baru saja beberapa tahun yang lalu mengambil gelar Doktor (bahkan saya ikut hadir dalam persidangan peraihan gelar tersebut). Beliau ma’ruuf dengan dakwah kepada sunnah, akan tetapi beliau belum sampai tingkatan ulama, apalagi ulama besar. Oleh karenanya tidak seorangpun syaikh yang menyatakan beliau sebagai ulama…, apalagi ulama besar…??. Oleh kareananya hendaknya kita menyebutkan kondisi seseorang yang sebagaimana mestinya. Karena tatkala sang ustadz menuliskan bahwa syaikh tersebut merupakan ulama besar.. maka tentunya akan semakin menguatkan tuduhan pendusta kepada Firanda…. Baarokallahu fiiikum yaa ustaadz. Saya juga memiliki teman-teman yang juga para dosen di Universitas Islam Madinah sebagaimana sang syaikh, akan tetapi mereka seluruhnya bukanlah para ulama.
Kedua : Tersebar diantara para penuntut ilmu bahwasanya syaikh menyatakan Firanda sebagai pendusta karena Firanda sudah berjanji untuk menarik kembali buku “Lerai Pertikaian” akan tetapi ternyata Firanda tidak pantas melakukannya, sehingga syaikh tersebut menggelari Firanda dengan : “Kadzzaab, Dajaaal, Khobiits” (Si tukang dusta, si Dajjaal, dan Khobiits). Gelaran yang ringan di lisan akan tetapi tentunya sangat berat di sisi Allah.
Pernyataan ini apakah benar dari Syaikh ataukah hanya karangan sang ustadz?, jika dari syaikh maka saya katakan bahwasanya saya sama sekali tidak pernah menyebutkan buku “lerai pertikaian’ di hadapan syaikh, apalagi sampai berjanji untuk menarik kembali. (Silahkan Tanya kepada Ustadz Arifin Badri, Muhammad Nur Ihsan, dan Abdullah Taslim yang juga ikut hadir dalam majelis tersebut))
Ketiga : Saya tidak pernah menyebarkan pernyataan-pernyataan syaikh yang mencela ulama di Indonesia, baik dalam tulisan maupun maupun ceramah. Justru yang menyebarkan di Indonesia syaikh sendiri, dan juga sang ustadz hafizohullah.
Keempat : Gelar Dajjaal, Fajir, Dungu, dan Kadzzaab yang dilontarkan syaikh, saya rasa terlalu berat… apa tidak ada lafal lain yang lebih ringan.
Kadzzaab (gemar berdusta….), sungguh Allah akan mencatat pernyataan ini. Silahkan bertanya kepada seluruh sahabat-sahabat saya baik orang arab maupun orang Indonesia, apakah saya gemar berdusta ???!!!
Kelima : Bukankah sang ustadz juga pernah dicap “Kadzzaab” oleh ustadz yang terkenal juga??!! Yang merupakan teman seperjuangan belajar di Yaman??. Alhamdulillah kalau teman-teman belajar saya di Madinah tidak ada yang mengecap saya sebagai Kadzdzaab.
Keenam : Hendaknya kita menerapkan kaidah al-jarh wa at-Ta’diil
Bukankah jika sang ustadz hendak menilai Firanda pendusta atau bukan ia hendaknya menerapkan kaidah al-Jarh wa at-Ta’diill, kenapa ia tidak bertanya kepada syaikh-syaikh yang mengenal saya sejak lama. Silahkan Tanya kepada ulama besar Madinah Syaikh Abdul Muhsin Al-Abaad apakah ia mengenal saya???, silahkan Tanya syaikh Abdurrozzaaq apakah ia mengenal saya??, silahkan Tanya Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaili yang mengajar saya di S1 dan S3 apakah ia mengenal saya??!!, mereka bertiga adalah pengajar resmi di Mesjid Nabawi dan dikenal oleh masyarakat kota Madinah.
Bukankah Imam Malik pernah ditanya tentang Muhammad bin Ishaaq? Maka iapun berkata ia adalah “Dajjaal”. Maka apakah para ulama mengambil mentah-mentah perkataan Imam Malik? Kenapa? Karena pernyataan tersebut akibat perseteruan yang terjadi antara mereka berdua. Oleh karenanya jika terjadi perselisihan antara saya dan sang ustadz maka bukan sebagai alasan dengan mudahnya kita mengatakan kepada orang yang menyelisihi sang ustadz sebagai dajaal dan gemar pendusta.
Keenam : Tentunya aib saya masih terlalu banyak, jika sang ustadz ingin mencari-cari aib saya maka akan banyak yang ia dapatkan. Semoga Allah menutup aibku. Akan tetapi saya ingatkan kepada sang ustadz tentang sebuah sabda Nabi
يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ وَلم يَدْخُل الإيمَانُ قَلْبَهُ ! لاَ تَغْتَابُوا الْمُسْلِمِيْنَ وَلاَ تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ فَإِنَّهُ مَنْ تَتَبَّعَ عَوْرَةَ أَخِيْهِ الْمُسْلِمِ تَتَبَّعَ اللهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ تَتَبَّعَ اللهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ وَلَوْ فِي جَوْفِ بَيْتِهِ
“Wahai orang-orang yang beriman dengan lisannya akan tetapi iman belum masuk kedalam hatinya, janganlah kalian mengghibahi kaum muslimin, dan janganlah pula mencai-cari aib mereka, sesungguhnya barang siapa yang mencari-cari aib saudaranya sesama muslim maka Allah akan mencari-cari kesalahannya, dan barangsiapa yang Allah mencari-cari kesalahannya maka Allah akan mempermalukannya meskipun ia berada di dalam rumahnya”
Penutup :
Pertama : Setelah tulisan ini maka saya –insyaa Allah- tidak akan lagi menggubris tuduhan-tuduhan yang ditempelkan kepada saya. Jika bantahan yang disampaikan sang ustadz kepada saya adalah bantahan ilimiyah maka saya akan ladeni, adapun jika hanya mengenai tuduhan-tuduhan yang berkaitan dengan perangai dan pribadi saya maka saya tidak akan menanggapi lagi. Semoga Allah memberi petunjuk kepada kita semua
Kedua :Saya ingatkan kepada siapa saja dari kalangan Ahlus Sunnah yang hendak menuduh seorang ustadz salafy, hendaknya ia memikirkan hal berikut ini :
– Sudahkah ia bertabayyun kepada sang ustadz?, bukankah Nabi menganjurkan untuk mendengar dari dua belah pihak yang bertikai?
– Sudahkah ia siap berdilaog dengan ustadz yang ia tuduh tersebut di persidangan Allah pada hari kiamat kelak?
– Sudahkah ia mempersiapkan jawaban jika Allah memintanya untuk mendatangkan bukti atas apa yang ia ucapkan dan tuduhkan.
Jika ia siap dengan tiga perkara ini maka silahkan untuk berghibah riya dan mengumbar aib saudaranya.
Ketiga : Permasalahan khilaf yang terjadi antara saya dan sang ustadz mungkin sulit menemukan titik temu. Oleh karenanya saya mengajak sang ustadz untuk berdialog terbuka jika memang sang ustadz bersedia… , bukan dalam rangka untuk mengunjuk gigi, akan tetapi dalam rangka mencari kebenaran. Bisa jadi saya yang salah sehingga saya akan ruju’ dan bisa jadi sebaliknya, justru sang ustadz yang keliru.
Atau jika sang ustadz kurang berkenan, maka bagaimana kalau kita angkat permasalahan ini kepada para kibar ulama. Tentunya kalau saya katakana kepada sang ustadz, “Bagaimana kalau diangkat ke syaikh Abdul Muhsin yang merupakan guru Syaikh Robii’?”, tentunya sang ustadz tidak bersedia. Oleh karenanya saya punya usul bagaimana kalau permasalahan ini kita angkat ke Syaikh Soleh Al-Fauzaan, dan saya serahkan bentuk pertanyaannya kepada sang ustadz. Dan saya siap mengantarkan beliau bertemu dengan syaikh Sholeh Al-Fauzaan. Hafizohullah ta’aala. Dan jika sang ustadz kurang berkenan maka kita angkat permasalahan ini kepada yang lebih tinggi lagi yaitu Al-Lajnah Al-Daaimah, agar permasalahan yang telah lama meresahkan kita ini –sehingga terlalu banyak timbul tuduhan, celaan, gelaran, pembid’ahan, penyesatan, dll- diputuskan oleh mereka para ulama kibar. Bagaimana pendapat antum wahai ustadz?? Baarokallahu fiikum.
Keempat : Ingatlah wahai para pembaca yang budiman, para saudaraku sesama ahlu sunnah, bukan berarti tatkala saya menuliskan tanggapan saya ini berarti mengharuskan membenci sang ustadz. Dan inilah yang saya ingin ingatkan kepada para seluruh Ahlus Sunnah, tentang penerapan al-walaa wal baroo yang berkaitan dengan hati. Para ulama telah menjelaskan bahwasanya kita tidak boleh berbaroo’ secara mutlak dan total 100 persen kecuali kepada orang kafir. Adapun seorang muslim yang terjerumus dalam kemaksiatan atau dalam bid’ah maka kita wajib membencinya sesuai kadar penyimpangan dan kesalahannya, namun wajib bagi kita mencintainya sesuai kadar ketaatan dan sunnah yang dilakukannya. Inilah amalan hati yang sulit untuk dilakukan. Bisa jadi kita berbaroo’ dan menghajr seseorang karena bid’ah yang ia lakukan akan tetapi orang yang dihajrnya tersebut merupakan orang yang kita cintai. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat yang menhajr Ka’b bin Malik karena tidak ikut serta perang Tabuuk, secara dzhohir mereka menghajr Ka’ab, akan tetapi hati Nabi dan para sahabat sangatlah mencintai Ka’ab bin Malik. Inilah hal yang harus kita latih dalam hati kita, jika ada saudara kita –apalagi sesama salafy- yang menyelisihi kita maka apakah otomatis kita membencinya…?? Padahal kita tahu saudara kita itu di atas sunnah dan mendakwahkan tauhid dan sunnah, memberantas syirik dan bid’ah??. Semoga Allah mensucikan hati kita dan menjauhkan kita dari hasad dan dengki aaamiiin.
Oleh karenanya saya katakan bahwasanya sang ustadz yang akan saya tanggapi ini adalah seorang dai yang ma’ruf dalam berdakwah semoga Allah senantiasa membimbingnya dalam menyebarkan sunnah dan memberantas bid’ah. Baarokallahu fiikum wa hafizokumullah.
Madinah, 07 04 1432 H / 12 03 2011 M
Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja
www.firanda.com
ishbir ya ustadz…
Saya juga terkaget dengan perangai ustadz ini, orang ini telah berani mengatakan Syaikh Ali dan Syaikh Salim Pencuri Harta dan tukang Plagiat. Doa saya Cuman satu, Klo orang ini ternyata mengatakan hal yang tidak benar, dimana Allah Maha Mengetahui yang sesungguhnya, semoga Allah potong potong lidahnya di neraka bila dia tidak bertobat!
Hati2 dengan talbis iblis. Semoga kebenaran segera terkuak. Aamiin..
Semoga engkau wahai ustadz kami selalu dalam lindungan Allah dan menjagamu dari segala perbuatan orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya.
Membaca tulisan Ustadz Firanda…semakin terlihat betapa “sang ustadz” hanya menulis bantahan dan tuduhan dg hawa nafsu dan tidak ilmiah…syukron ya Ustadz Firanda atas ilmu dan penjelasannya….
Barokallahu fikum ya ustadz Firanda hafizohullah,semoga Allah menjaga antum dan keluarga. Semoga diberi kesabaran dan kemudahan dlm segala urusan.
http://www.4shared.com/audio/NsFYBw6D/5-ust_afifuddin-merajut_ukhuwa.html ustadz ga berani dateng ya?
ana sudah dengar, itu hanyalah kedustaan….wallahul musta’aan
ini cerita sebenarnya :
Sebenarnya ana menunggu pernyataan langsung dari ustadz Askari cs, karena cerita yang disampaikan ustadz afifudin itu tidak benar
ceritanya sbb :
Dalam tulisan ana, ana mengusulkan agar permasalahn di angkat ke syaikh abdulmuhsin, hanya saja ustadz askari tidak mau dan memberi persayaratan harus terkumpulkan dua syaikh dalam satu majelis yaitu syaikh abdulmuhsin dan seorang syaikh dari pihak ustadz askari. dan sudah menyampaikan bahwasanya ana yang akan menghubungi syaikh abdul muhsin, sementara saikh dari pihak ustadz askari biarlah beliau yang menghubungi. hanya saja ustadz askari keberatan dan meminta ana yang menghubungi syaikh ubaid karena ana juga tinggal di madinah sebagaimana syaikh ubaid tinggal di madinah. akhirnya ana mengalah dan berusaha menghubungi syaikh ubaid.
Ana sempat menelpon ustadz askari dan menanyakan kapan beliau tiba di madinah, dan beliau mengabarkan bahwa beliau tiba tnggal 6 april, dan sempat ana bertanya : Bagaimana jika kedua syaikh ini (Abdul Muhsin dan Ubaid) tidak bisa digabungkan, maka ustadz askari berkata satu saja cukup.
demikian perkataan beliau. untuk menekankan pernyataan beliau ini maka anapun mengirim sms kepada beliau mengingatkan kembali pernyataan ini (alhamdulillah sms nya masih ana simpan)
Akhirnya ana menghubungi ke dua syaikh tersebut, ana menghubungi syaikh ABdurrozak untuk menghubungi syaikh abdulmuhisn, maka kata syaikh abdurrozak : jika askari telah tiba maka kita hubungi syaikh abdulmuhsin. (karena memang ana masih menunggu kepastian kedatangan ustadz askari, sungguh merupakan perkara yang tidak mengenakan jika kita sudah membuat janji denga syaikh abdulmuhsin lantas ternyata tidak jadi). ana juga menghubungi teman ana yang bernama Ahmad Husain yang merupakan qori’nya syaikh Ubaid, dan syaikh ubaid juga menjanjikan siap untuk mengadakan pertemuan.
akhirnya ustadz askari tiba di madinah, dan beliau tidak menghubungi ana kecuali pada tanggal 7 april (bukan beliau yang menghubungi ana, akan tetapi melalui murid beliau yang ada di madinah). akhirnya ana segera menghubungi teman ana AHmad Husain agar menghubungi syaikh ubaid kapan bisa ada pertemuan karean ustadz askari hanya 3 hari di madinah. akhirnya setelah dihubungi Kata syaikh Ubaid tunggu saja kabar dari beliau, karena beliau pada tanggal 7 april ada pertemuan dengan tamu-tamu beliau.
ana juga segera menghubungi syaikh abdurrozak menanyakan kapan syaikh abdulmuhsin bisa siap dikunjungi. maka kata syaikh abdurrozaq silahkan bahda dzuhur bicarakan langsung dengan syaikh Abdul Muhsin. akhirnya ana segera hubungi ustadz askari akan kesiapan syaikh abdulmuhsin untuk bertemu, akan tetapi ustadz askari tidak bersedia. beliau tetap mempersyaratkan berkumpulnya syaikh abdulmuhsin dan syaikh ubaid. ana lalu mengingatkan beliau dengan sms tentang pembicaraan kita di telepon bahwasanya askari menyatakan cukup salah satu syaikh saja. dan ana ingatkan bahwasanya pernyataan beliau ini sudah ana pertegas dengan sms yang ana kirimkan kepada ustadz askari. akan tetapi ustadz askari berkata, “Ana tidak baca sms yang antum kirim”. ana katakan kepada beliau, “Ustadz askari tidak baca akan tetapi sms ana tersebut dia balas, dengan mengabarkan kepada ana bahwasanya ustadz luqman ingin ikut pertemun”. lalu ustadz askari berkata, “Maksud ana dengan salah satu syaikh adalah syaikh dari pihak beliau, syaikh ubaid saja misalanya, dan bukan syaikh abbad”. maka ana katakan, “Bahwa pernyataan antum tatkala di telepon tanpa ada penjelasan hal ini”.
akhirnya anapun menawarkan kepada beliau bagai mana jika kita ke syaikh abdulmuhsin dulu baru kemudian ke syaikh ubaid (mengingat syaikh abdulmuhsin yang sudah siap dahulu). akan tetapi askari tidak bersedia. akhirnya ana tawarkan lagi bagaimana jika ke syaikh ubaid dahulu baru ke syaikh abdulmuhsin. akhirnya setelah berpikir panjang akhirnya askari setuju. akhirnya anapun kembali menghubungi teman ana ahmad husain kapan ada waktu dari syaikh ubaid. dan ahmad husain telah menjelaskan kepada syaikh ubaid bahwasaya askari hanya 3 hari di madinah. akan tetapi syaikh ubaid menyatakan untuk menunggu kabar darinya. akhirnya hingga sampai ustadz askari ke mekah tidak ada kabar dari syaikh ubaid. sehingga tidak terjadilah pertemuan tersebut.
Setelah ustadz aksri cs tiba di mekah maka mereka menawarkan kepada ana agar ana yang ke mekah untuk bertemu dengan syaikh robi’ maka ana katakan ini keluar dari kesepekatan yang kita tulis di internet. dan ana kbarkan juga sulit bagi ana untuk safar keluar madinah -meskipun ke mekah hanya butuh waktu 5 jaman- karena istri ana sedang hamil muda dan setiap makan pasti muntah dan ana harus merawat istri ana dan anak-anak. selain itu ana telah ditelpon oleh ajudan pak mentri Patrialis akbar bahwa pak mentri ingin bertemu dengan ana untuk mengantar beliau ke sykh abdurrozak, sehingga ana harus standby di madinah menunggu kedatnagan pak mentri. selain itu ana juga harus menerjemahkan syaikh abdurrozzaq di radiorodja. maka ustadz askari menjawab bahwasanya istri beliau juga ia tinggal di indonesia dalam keadaan sakit. dan ia menyarakan agar kegiatan ana selurhnya di madinah ditinggalkan dulu demi kemsalahatan. akan tetapi ana tidak siap, ana balik menawarkan kepada beliau bahwasanya bagaimana kalau ana kirim orang untuk menjemput ustadz askari cs dari mekah menuju madinah, toh pekerjaan ustadz askari sebagai pembimbing jama’ah umroh bisa digantikan (karena memang kedatangn ustad askari rutin tiap tahun ke madinah karena beliau adalah pembimbing jama’ah umroh). akhirnya ustadz askari cs (melalu ustadz luqman) menyatakan bahwa pekerjaan ini merupakan amanah. maka ana juga menyatakan bahwa kegiatan ana di madinah juga amanah. akhirnya tidaklah terjadi pertemuan.
telah terjadi pembicaraan panjang antara ana dan ustadz luqman melalui telepon, dan alhamdulillah ana sempat merekam pembicaraan tersebut. hanya saja terlalu panjang untuk menyampaikan isi pembicaraan tersebut. inilah cerita yang sebenarnya terjadi.
Ana juga telah meminta ustadz luqman agar permasalahan ini di angkat kepada syaikh Sholeh Fauzan atau ke Lajanah Daimah akan tetapi beliau kurang setuju. wallahu A’lam, wallahul musta’aan. baarokallahu fiik yaa Abaa Yaziid, semoga Allah selalu memberi petunjuk kepada kita semua
Pertikaian yg tidak perlu di-besar-besarkan…semua kita sebagai manusia biasa punya dosa…ulama sekalipun… kita seharusnya malu …karena pertikaian ini telah diketahui oleh para ahlul bid’ah…sehingga mereka jadikan alasan ketidak percayaan pada ulama salafy.Mari saling memaafkan dan kita pupuk persatuan ulama-2 salafy kembali
Iya , ana setuju dengan akh A.Hamzah Assaad , nggak usah diperpanjang lagi rasanya nggak ada gunanya.
Apalagi kalau berita itu datang dari si ustad xxxx , perlu di periksa berulang kebenarannya.
Ana pernah ikut kajian umum ust. xxx , jauh sekali menggambarkan akhlak seorang ahlus sunnah dalam menghukumi saudaranya yang bersebrangan , bahkan terhadap gurunyapun ( ust. Aunur xxxx ) yang di gelarinya dengan gelar yang tidak patut diucapkan.
Dulu sekali , ana rutin ikut kajian mereka di Manukan ( yayasan garuda ) , Babatan ( Darul Arqam ) , dll yang penuh dengan fitnah dan cacian.
yang sabar ya ustadz..banyak2 do’a ustadz, insyaAllah dikabulkan
assalamu’alaikum ustadz…ana ikut sedih akan fitnah yang menimpa ustadz. ana cuma bisa mendoakan ustadz dan keluarga agar tetap sabar. allah yang maha mengetahui tau pasti apa yang terjadi sebenarnya. kebenaran pasti akan menang, kalaupun tidak di dunia ini, yakin dan pasti di akhirat kelak.
Assalamu’alaikum ya ustadz Firanda..
Tetaplah bersabar ya ustadz.
Semuga Ustadz Firanda yang Kucintai Karena ALlah di rahmati Allah Azza wajalla..
dan Kepada Ustadz yg Memfitnah, Semoga Allah Mengampuninya dan Memberikannya Hidayah..
Jazakumullahu Khairan
saya paham dengan 3 alasan kuat yang mendasari tulisan ini. saya juga sepenuhnya percaya dengan ustadz firanda, semoga fitnah ini menambah kemuliaan ustadz di hadapan Alloh.
“Kalau kayu gaharu tidak dibakar, maka tidak akan ketahuan bau harumnya.”
gak usah pakai dalil untuk memihak ustad dan mencela mereka. Ustadz telah mengarang buku bagus, “lerai pertikaian”, yang tentunya menghendaki kebaikan, sedangkan mereka, kerjaanya mencela terus, gak ada itikad baik, apanya yang mau diberikan simpati dari mereka…
mohon nasihatnya ustadz, terkait pembelaan diri, apakah penyebutan nama syaikh dan ustad-ustad itu perlu ya? (biar gak terlalu kebakaran jenggot), bukankah pihak mereka kalo membaca tulisan ustadz juga akan marah dan lebih susah untuk rujuk?. InsyaAlloh saya mencintai ustadz, semoga Alloh menjadikan ustadz berumur panjang dan memberikan keberkahan melalui dakwah ustadz
رضى النس غاية لا تدرك
mencari keridhoan semua manusia adalh tujuan hidup yang tidak akan tercapai..Saya rasa ini tepat untuk renungan bagi kita semua..Ada saja diantara saudara kita yang membeci kita, walaupun kita sudah melakukan semaksimal mungkin dari kebaikan yang kita miliki..Oleh kerana itu kita sibukanlah diri kita untuk hal yang lebih bermanfaaat..Allah maha pengampun akn tetapi manusia senanatiasa berbuat zholim..Buat apa masa menghina masa lalu orang yang tidak baik, Bukankah tidak ada manusia yang sempurna..Wallahu A’lam
ustadz Firanda ….
sabar y ustadz … tambah semangat ya ustadz..
sabar y ustadz ..
nahnu ma`akum .,.,
Sabar ustadz, ana sudah pernah dengan rekaman percakapan, justru ana menganalisa bahwa luqman sengaja memojokan dengan pertanyaan yg jawabanya setuju/tidak. yg artinya Ya/tdk. jawab tersebut sudah ada kesimpulanya mau di jawab apapun, padahal perkara ini tidaklah demikian perlu banyak masukan dari beberapa ulama,dan harus hati2 ini perkara besar perpecahan, kami yang belajar tidak tau urusan ini di ikut2kan mereka, tapi kami tetap bersama ustadz, lihat keyataan di masyarakat mereka dinilai minus (-) atas perbuatan mereka sendiri, Barakallah fiikum ustadz
SEMANGAT USTADZ,tebarkan ilmu dan petiklah ridho ALLAH SWT
#TDK ADA YANG PERNAH SELAMAT DARI CELAAN MANUSIA#
Tetap semangat ustadz….
Salafy bersatulah!!!!! saya sebagai rakyat jelata semakin pusing dengan berbagai perpecahan, saling serang dan lainnya. Salafy Indonesia tidak seperti dahulu yang sangat solid. Sebaiknya semua yang dalam permasalahan dikumpulkan duduk bersama untuk meng-clearkan keadaan, direkam dan disebarkan, agar semua menjadi jelas. Jangan ada lagi saling menjatuhkan dan fitnah sesama salafy, lebih baik kita bersama-sama dalam berdakwah melawan bid’ah yang masih banyak di sekitar kita.
tetap aktif berdakwah ustadz, dari dulu polanya spt ini. fatwa ulama saja bisa hilang/tdk sampai, apalagi cuman sms, yang hilang entah kemana. lebih baik fokus dalam mendakwahi masyarakat umum yang lebih membutuhkan. seperti acara di radio rodja yang sangat dinantikan oleh khalayak muslim/muslimah. hanya dengan keikhlasan dan amal sholeh, insya Allah fitnah akan padam dengan sendirinya, biidznillah.
Asslamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Afwan ustadz Firanda, meski saya sedih membaca keterbukaan ustadz, namun hawa nafsu orang yang iri dengan ustdz tetap saja muncul fitnah. Sabar dan tetaplah dalam kesabaran. Jazakallah
Sesungguhnya setiap orang memiliki rasa hasad di dada, dan seorang pedagang akan hasad ke sesama pedagang, seorang da’i akan memiliki hasad ke sesama da’i, maka orang-orang yang mulia menyembunyikan hasadnya sementara orang yang hina akan menampakkan hasadnya. bukankah hasad akan membakar amal kita. Sungguh seseorang yang dinodai kehormatannya, darahnya, dan hartanya, maka kelak di akhirat penebusannya adalah amalan sholeh dan dosa, karena pada hari itu tiada harta ataupun dinar, jika telah habis amalnya maka dosa dari orang yang terzholimi akan disematkan kepada orang yang menzholimi, maka berbahagialah mereka yang terzholimi, berbahagialah mereka yang dighibahi dan difitnah karena semuanya adalah baik baginya, karena setiap mukmin akan melihat suatu perkara yang menimpanya sebagai sesuatu yang nikmat, bukankah syaikhul islam Ibnu taimiyah ketika akan dijebloskan ke penjara membaca surat alhadiid(baathinuhu fiihi rahmah wa zhooohiruhu min gibalihil adzaab) yang artinya didalamnya terdapat nikmat sedangkan diluarnya adalah adzab
(sambungan diatas)
Saya udah sering ketemu sama mereka di Padang dan pernah berdiskusi dengan salah seorang dari mereka trus saya bilang ke dia kalau permasalahan ini adalah masalah hawa nafsu, dan kalau seandainya kita mau duduk dan berdiskusi dan memandang diri sebagai setetes air mani maka tidak akan ada permasalahan seperti ini.
Karena toh semua kita berasal dari air mani, membawa tai kemana-mana seumur hidup, matipun jadi bangkai dan jadi makanan cacing nantinya, lalu apa yang kita banggakan dari diri kita, lalu atas dasar apa kita berlaku angkuh, dan atas dasar apa kita berlaku kasar, bukankah penghuni neraka adalah mereka yang suka mengumpat, mereka yang berprilaku kasar. Sementara surga adalah kebanyakan bagi mereka yang lemah lagi papa serta miskin. Falillahi izzatu jamii’an (maka sungguh kemuliaan hanyalah milik Allah) maka Dialah Allah yang akan memuliakan siapa yang Ia kehendaki. Alangkah baiknya Ustadz tidak lagi meladeni hal-hal seperti ini lagi kedepan, karena hanya akan tejebak kedalam dua kondisi yaitu menyakiti diri dan bisa saja tertipu dengan Talbis Syaithon karena adakalanya kita merasa benar padahal kita telah jatuh kedalam lembah ujub.Walillahi muwaffiq
yes kami setuju, kita ini sebagai muslim yang seharusnya : “kami dengar dan kami taat”. Itu saja, kita tidak ditugaskan / disuruh untuk bantah membantah terhadap mereka. Adanya hanya untuk menyeru kepada yang Haq tinggalkan yang Batil. Masalah orang/Ulama itu menerima atau tidak, bukan urusan kita. Manusia itu mau kafir, mau membangkang, mau Sombong,Congkak , Takabur, itu hak mereka mutlak. Silahkan saja . Allah tidak akan Rugi, Allah tetep Maha Suci, Allah tetep Maha Agung.
Biarkan mereka mengumpat dan mencela itu hak mereka.Bukankah yang di umpat maupun yang dicela itu lebih mulya disisi Allah ?…….. Biarlah Anjing menggonggong kafilah tetap berlalu. Kita tidak ditugaskan “illaa balaaghul mubiin”( melainkan menyampaikan dengan jelas)dan selesailah sudah ….dan serahkanlah pada ALLAH .Dialah Yang seadil adilnya memberi keputusan.
(sambungan diatas)
Cukuplah kita melihat bagaimana sabarnya ibu kita Ummul Mukminin yang didera dengan kisah dusta lalu ia hanya menjawab dengan jawaban Nabiyullah Ya’qub fashobrun jamil, sehingga Allah mensucikan dirinya dari langit ketujuh. Alangkah indahnya dan alangkah manisnya iman ketika ia diterpa badai ujian.
Bukankah kesehatan akan berasa nikmat ketika kita baru sembuh dari sakit, bukankah nikmatnya air minum di tegukan awalnya ketika kita merasa dahaga. maka kenapa harus bersedih, kenapa harus gelisah dan gundah (walau hal itu mubah dan manusiawi), maka tetaplah berdakwah wahai ustadz karena kami mengambil ilmumu karena akhlaqmu dan kami tidak taklid atas dirimu dikarenakan kema’shuman hanyalah milik Rasulullah. Wallahu musta’an
ralat
atas penulisan fasobrun jamil, yang benar adalah innama asyku batsi wa huzni ilallah
maaf atas keteledoran saya ini
ustadz…
sabar saja
seungguhnya celaan yang datang kepada ustadz tersebut bukanlah sebuah hal yang perlu disedihkan dan dikhawatirkan
jika mereka terus mencela ingatlah perjuangan dan kesabaran Rasulullah SAW ketika beliau dicerca dan dihina habis-habisan oleh kaumnya sendiri..jadi ustadz santai saja dan tidak perlu sedih dan tidak perlu menyanggah
diam nya ustadz adalah lebih menunjukkan bagaimana kemuliaan akhlak yg beliau miliki
jika ustadz emosi maka memang itulah tujuan mereka, agar ustadz keluar dari benteng kesabaran dan akhirnya jatuh pada kemarahan…wallahu a’lam
Selain 2 hal yg menurut antum jadi permasalahan yaitu hukum menerima dana dari IT tanpa syarat dan bergaul dengan asatidz yg menerima dana tsb. Ada hal lain yg ana tanyakan :
1. Apakah antum tahu bahwa IT memberikan dana juga untuk pondok khawarij ngruki( ana dengar dari ust. Ayib Solo)? Kalo sdh paham apakah hal itu antum ceritakan kpd masyaikh?Apakah masyaikh memperbolehkan salafiyyun dan kaum pemuja usama bin laden sama2 menerima dana IT?
2.Ana posisi di Lumajang, ada ustadz pernah belajar di POndok Al Furqon Gresik dan sekarang aktif memberi kajian di pondok hidayatullah hizbiyyun,apakah itu hal boleh bagi antum? Kalo boleh sebatas apa pemahaman Al Wala’ dan Al Baro’?
3. Ketika Ust Luqman menulis buku mereka adalah teroris, mengapa Abdullah Hadromi ikut menyudutkan dalam bedah buku di surabaya,sebatas mana Al wala’ dan AL baro’?
Alhamdulillah ana telah mendapatkan bantahan dari tulisan ustad langsung,ana mohon maaf ke ustad bilamana hati ana terbesit membenarkan akan tuduhan tersebut dan semoga Allah mengampuni ana karena membagikan tuduhan tersebut sebagai informasi ke beberapa temen ana… aamiin
Semoga Ustadz Firanda selalu istiqomah dalam dakwah dan sabar selalu