Seorang pembesar berkata kepada Muthorrif bin Abdillah ;
قَالَ: أَوَ مَا تَعْرِفُنِي؟
“Tidakkah engkau tahu siapa saya?”
قَالَ: بَلَى، أَوَّلُكَ نُطْفَةٌ مَذِرَةٌ، وَآخِرُكَ جِيْفَةٌ قَذِرَةٌ، وَأَنْتَ بَيْنَ ذَلِكَ تَحْمِلُ العَذِرَةَ
Muthorrif berkata, “Tentu saya tahu, engkau yang awalnya adalah setetes mani yang kotor, dan akhirmu adalah bangkai yang busuk, dan antara kedua kondisi tersebut engkau membawa feses/kotoran” (Siyar A’laam An-Nubalaa 4/505)