Kita mungkin heran melihat ada seorang sholeh dan begitu cerdas sekelas Al-Imam Al-Bukhari (Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al-Mughiroh bin Bardzibah Al-Bukhari Al-Ju’fi) rahimahullah. Kita sungguh berangan-angan bisa memiliki anak yang sholeh seperti Al-Imam Al-Bukhari dan juga para imam yang lainnya.
Diantara sebab Al-Imam Al-Bukhari menjadi anak yang sholeh adalah karena kesholehan ayah beliau Abul Hasan Isma’il bin Ibarahim.
Ahmad bin Hafsh berkata
دَخَلْتُ عَلَى أَبِي الْحَسَنِ إِسْمَاعِيْلَ بْنَ إِبْرَاهِيْمَ عِنْدَ مَوْتِهِ فَقَالَ: لاَ أَعْلَمُ فِي جَمِيْعِ مَالِي دِرْهَماً مِنْ شُبْهَةٍ
“Aku masuk menemui Abul Hasan Isma’il bin Ibrahim tatkala ia hendak meninggal. Maka beliau berkata, “Aku tidak mengetahui di seluruh hartaku ada satu dirham yang aku peroleh dengan syubhat” (Taariikh At-Tobari 19/239 dan Tobaqoot Asy-Syaafi’iyyah Al-Kubro 2/213)
Setelah sang ayah meninggal dunia maka Al-Imam Al-Bukhari dipelihara dan dirawat oleh sang ibu. Akan tetapi pada hakekatnya Allah-lah yang telah memelihara Al-Imam Al-Bukhari dan memberikan kesholehan kepadanya karena kesholehan ayahnya.
Allah berfirman :
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ
“Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang Ayahnya adalah seorang yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu” (QS Al-Kahfi : 82)
Al-Haafiz Ibnu Katsir rahimahullah berkata :
وقد قيل إنه كان الاب السابع وقيل العاشر. وعلى كل تقدير فيه دلالة على أن الرجل الصالح يحفظ في ذريته
“Dikatakan bahwa ayah (yang tersebutkan dalam ayat di atas-pen) adalah ayah/kakek ketujuh, dan dikatakan kakek yang kesepuluh. Dan apapun pendapatnya (kakek ke 7 atau ke 10-pen) maka ayat ini merupakan dalil bahwasanya seseorang yang sholeh akan dijaga keturunannya” (Al-Bidaayah wa An-Nihaayah 1/348)
Lihatlah bagaimana Allah menjaga sampai keturunan yang ketujuh karena kesholehan seseorang.
Sa’iid bin Jubair rahimahullah berkata
إِنِّي لَأَزِيْدُ فِي صَلاَتِي مِنْ أَجْلِ ابْنِي هَذَا
“Sungguh aku menambah sholatku karena putraku ini”
Berkata Hiysaam, “Yaitu karena berharap agar Allah menjaga putranya” (Tahdziibul Kamaal 10/366 dan Hilyatul Awliyaa’ 4/279)
Sekarang kita renungkan tentang diri kita sebagai ayah…apakah kita termasuk orang-orang sholeh…?? Banyak ibadah…?, menjaga diri untuk tidak memakan dan membeli dari harta yang syubhat??
Maka janganlah seseorang heran jika mendapati anak-anaknya keras kepala dan bandel…, tidak mau diajak sholat ke masjid…, sulit untuk menghafal al-Qur’an.., tidak mau disuruh ngaji…!!!
Bisa jadi sebabnya adalah dirinya sendiri yang tidak sholeh dan memakan atau menggunakan harta haram…sehingga dampaknya kepada anak-anaknya.
Seorang salaf berkata :
إِنِّي لَأَجِدُ أَثَرَ الْمَعْصِيَةِ فِي أَهْلِي وَدَابَّتِي
“Sungguh aku mendapati dampak buruk maksiat pada keluargaku dan tungganganku”
Akan tetapi memang bisa saja Allah menguji seorang yang sholeh dengan anak-anak yang bandel dan durhaka, sebagaimana yang dialami oleh Nabi Nuuh ‘alaihis salaam, demikian juga kisah tentang anak Ibnul Jauzi rahimahullah (baca kembali : “Suara Hati Ibnul Jauzi Kepada Buah Hatinya”). Akan tetapi pada asalnya bahwa jika seorang ayah sholeh maka Allah akan menjaga anak-anaknya. Wallahu a’lam bi As-Showaab.
Kota Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, 18-11-1434 H / 24 September 2013 M
Abu Abdil Muhsin Firanda
www.firanda.com
Subhanallah, semoga ana mempunyai keluarga yg taat beribadah kpd Allah dengan petunjuk dari Rasulullah Shalallahu’alaihi wassalam
mohon izin untuk mengkopi artikelnya Ustad
Bismillah.
Assalamualaikum ustadz.
Semoga Alloh merahmati dan melindungi ustadz dan kelauarga.
Ustad ana mohon doa ustad mudah-mudahan anak dan istri ana menjadi anak yang sholeh dan istri yang sholehah. ana juga bisa menjadi suami yang bisa bertanggungjawab sesuai syariat islam dan ditetappkan sampai akhir hayat kelak sebagai orang yang baik terhadap anak dan istri ana. Sukhron Jazakaulloh Khair.
izin share ustadz