Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata :
وَمَنْ عَامَلَ خَلْقَهُ بِصِفَةٍ عَامَلَهُ اللهُ تَعَالَى بِتِلْكَ الصَّفَةِ بِعَيْنِهَا فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ
“Barang siapa yang menyikapi makhluk Allah (orang lain) dengan suatu sikap/sifat maka Allah akan menyikapinya dengan sikap tersebut pula di dunia dan di akhirat” (Al-Waabil As-Shoyyib hal 49)
Karenanya :
(1) Barang siapa yang memaafkan saudaranya maka Allahpun akan memafkannya.
Allah berfirman :
وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ
“Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu?” (QS An-Nuur : 22)
Bukankah engkau ingin dimaafkan dan diampuni oleh Allah?, maka maafkanlah dan ampunilah hamba-hambaNya..
Akan tetapi sikap memaafkan bertingkat-tingkat…
– Ada yang memaafkan akan tetapi masih menggerutu..
– Ada yang memaafkan akan tetapi tetap saja menyimpan dendam, hanya saja tidak membalas kesalahan saudaranya tersebut
– Ada yang memaafkan dengan sesungguh-sungguhnya, bahkan bersikap baik dengan saudaranya tersebut…, kesalahan saudaranya benar-benar ia lupakan…
– Ada yang memaafkan dan melupakan setelah ia berkesempatan untuk membalas. Allah berfirman
أَوْ تَعْفُوا عَنْ سُوءٍ فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا قَدِيرًا
“Atau (jika engkau) memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa” (QS An-Nisaa : 149). Yaitu Allah Maha Pemaaf padahal Allah Maha Mampu Untuk membalas dan menyiksa
Maka…sejauh mana tingkat memaafkannya kepada saudaranya tersebut maka demikianlah Allah akan memaafkannya…
(2) Barang siapa yang menerima udzur saudaranya sehingga memaafkannya maka Allah pun akan menerima udzurnya tatkala di akhirat kelak. Semakin mudah ia menerima udzur saudaranya, maka semakin mudah pula Allah akan menerima udzurnya. Semakin ia mempersulit dan ketat dalam menerima udzur saudaranya maka demikian pula tatkala di akhirat semakin ketat dan sulit pula Allah akan menerima udzurnya
(3) Barang siapa yang menutupi aib saudaranya maka Allah juga akan menutup aibnya di dunia dan di akhirat.
Semakin banyak orang yang ia tutup aibnya, demikian juga semakin banyak aib seseorang yang ia tutupi, maka semakin banyak pula aibnya yang akan tertutupi di dunia dan akhirat.
Seseorang terkadang gatal untuk menceritakan aib saudaranya…terlebih lagi jika ia sedang bersengketa dengan saudaranya tersebut…
(4) Barang siapa yang membantu dan meringankan beban dan kesulitan saudaranya maka Allah akan meringankan bebannya di dunia sebelum di akhirat. Sejauh mana ia ringan dalam membantu…sejauh mana ia berkorban dalam membantu… sejauh mana ia tulus dalam membantu saudaranya maka demikianlah pula Allah akan menyikapinya…
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيْهِ كَانَ اللهُ فِي حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَجَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barang siapa yang membantu memenuhi kebutuhan saudaranya maka Allah akan memenuhi hajatnya, barang siapa yang melepaskan kesulitan seorang muslim maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat, dan barang siapa yang menutupi aib seorang muslim maka Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat” (HR Al-Bukhari no 2442 dan Muslim no 2580)
(5) Barang siapa yang mencari-cari kesalahan saudaranya, mengorek-ngorek aib saudaranya, maka demikian pula Allah akan mencari-cari kesalahannya di dunia sebelum di akhirat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ وَلم يَدْخُل الإيمَانُ قَلْبَهُ ! لاَ تَغْتَابُوا الْمُسْلِمِيْنَ وَلاَ تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ فَإِنَّهُ مَنْ تَتَبَّعَ عَوْرَةَ أَخِيْهِ الْمُسْلِمِ تَتَبَّعَ اللهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ تَتَبَّعَ اللهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ وَلَوْ فِي جَوْفِ بَيْتِهِ
“Wahai orang-orang yang beriman dengan lisannya akan tetapi iman belum masuk kedalam hatinya, janganlah kalian mengghibahi kaum muslimin, dan janganlah pula mencai-cari aib mereka, sesungguhnya barang siapa yang mencari-cari aib saudaranya sesama muslim maka Allah akan mencari-cari kesalahannya, dan barangsiapa yang Allah mencari-cari kesalahannya maka Allah akan mempermalukannya meskipun ia berada di dalam rumahnya” (HR Abu Dawud no 4880)
(6) Barang siapa yang mempersulit urusan saudaranya…memperberat…terlebih lagi menzoliminya, menipunya…maka Allah akan mensikapinya demikian pula di dunia sebelum di akhirat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
وَمَنْ يُشَاقِقْ يَشْقُقِ اللَّهُ عَلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barang siapa yang menyulitkan (orang lain) maka Allah akan mempersulitnya para hari kiamat” (HR Al-Bukhari no 7152)
(7) Barang siapa yang merahmati hamba-hamba Allah (bahkan merahmati hewan) maka Allah akan merahmatinya (silahkan baca kembali artikel “Menebar kasih sayang“)
(8) Barang siapa yang berinfaq (memberi sedekah) kepada hamba-hamba Allah maka Allah akan memberi harta kepadanya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَا بْنَ آدَمَ أَنْفِقْ أُنْفِقَ عَلَيْكَ
“Allah tabaaraka wa ta’aala berkata : Wahai anak Adam, berinfaklah maka akan diinfakan kepadamu” (HR Al-Bukhari no 4683 dan Muslim no 993)
Tentunya berinfak juga bertingkat-tingkat…barang siapa yang semakin banyak berinfak maka akan semakin diberkahi dan diperbanyak hartanya oleh Allah
(9) Barang siapa yang bergaya dengan sesuatu yang tidak ia miliki maka suatu saat Allah akan membongkarnya :
Umar bin Al-Khottoob berkata :
وَمَنْ تَزَيَّنَ لِلنَّاسِ بِمَا يَعْلَمُ اللهُ مِنْهُ غَيْرَ ذَلِكَ يَشِنْهُ اللهُ
“Barang siapa yang bergaya (menunjukkan sesuatu keutamaan/kebaikan) kepada manusia yang Allah tahu bahwasanya ia tidak demikian maka Allah akan membongkar keburukannya” (Taariikh Dimasyq 32/72, lihat juga Nashbur Rooyah karya Az-Zaila’i 4/81)
Tatkala seseorang menunjukkan sesuatu yang ternyata berlawanan dengan batinnya (hakekat dirinya yang sesungguhnya) maka Allah akan menyikapinya juga sebaliknya, yaitu Allah akan membawanya kepada lawan dari tujuannya. Tujuannya ingin bergaya agar dipuji maka Allah akan membongkar aibnya tersebut. (Lihat I’laam Al-Muwaqqi’in karya Ibnul Qoyyim 2/180-181)
Karenanya tatkala seorang bersikap berpura-pura dihadapan manusia, menunjukkan seakan-akan ia adalah seorang yang alim, seorang yang khusyu’ dalam sholatnya, seorang yang zuhud terhadap dunia, seorang yang ikhlas (padahal hakekat dirinya tidak demikian, justru ia adalah orang yang jahil, tidak khusuk tatkala sholat karena pikirannya kemana-mana, cinta dunia dan tidak zuhud, dan ia seorang yang suka dipuji dan tidak ikhlas) maka suatu saat Allah akan membongkar hakekat dirinya tersebut. Sebagaimana ia menipu manusia, maka Allahpun akan menipunya.
(10) Barang siapa yang dzolim dan bengis terhadap manusia maka Allah akan menyiksanya dengan sadis juga. Para penguasa yang bengis dan sadis terhadap rakyatnya maka suatu saat ia akan merasakan kebengisan dan kesadisan tersebut menimpa dirinya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
اللَهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَرَفِقَ بِهِمْ فَارْفُقْ بِهِ
“Yaa Allah barang siapa yang menjadi wali/mengurusi perkara umatku lalu ia memberatkan mereka maka beratkanlah perkaranya, dan barang siapa yang mengurusi suatu perkara umatku lalu ia lembut kepada mereka maka lembutlah kepadanya” (HR Muslim no 1828)
Barang siapa yang membunuh rakyatnya dengan bengis dan sadis maka ia akan terbunuh pula dengan sadis. Jika ia selamat di dunia maka Allah akan menyiksanya dengan sadis di akhirat jika ia tidak bertaubat kepada Allah.
Kota Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, 08-05-1434 H / 20 Maret 2013 M
Abu Abdil Muhsin Firanda
www.firanda.com
assalamu’allaikum ustadz . mohon izin copas
dan share syokron
Assalamualaikum.. izin copas Ustadz…
syukron
Ustad mau nanya mana hadist yang lebih shahih shalat sunnah rawatib 4 rakaat sebelum duhur dan 2 rakaat sesudanya atau 2 rakaat sebelum duhur dan 2 rakaat juga sesudahnya? Jazzakallahu khairan ustad