Ibnu Hazm rahimahullah berkata :
الْعقْلُ وَالرَّاحَةُ وَهُوَ إِطْرَاحُ الْمُبَالاَةِ بِكَلَامِ النَّاس وَاسْتِعْمَال المبالاة بِكَلَام الْخَالِق عَزَّ وَجل، بَلْ هَذَا بَاب الْعقل والراحة كلهَا، مَنْ قَدَّرَ أَنه يَسْلَمُ مِنْ طَعْنِ النَّاسِ وَعَيْبِهِمْ فَهُوَ مَجْنُون
“Kecerdasan dan rileks (istirahat) adalah dengan sikap tidak peduli (cuek bebek) terhadap perkataan/komentar manusia dan dengan memperdulikan/memperhatikan perkataan sang Pencipta Azza wa Jalla. Ini adalah pintu kecerdasan dan seluruh peristirahatan. Barang siapa yang menyangka ia bisa selamat dari celaan manusia dan cercaan mereka maka ia adalah orang gila.” (Al-Akhlaaq wa As-Siyar fi mudawaatin nufuus hal 17)
Sungguh benar pernyataan Ibnu Hazm di atas…, betapapun baik diri anda dan betapa dermawan dan mulia, tetap anda tidak mungkin selamat dari celaan manusia. Lihatlah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang terkumpulkan padanya banyak sifat yang mulia, kecerdasan, kedermawanan, kelembutan, kefasihan, kemampuan berhujjah…toh beliau tetap dikatakan orang gila, penyair gila, penyihir, bahkan tersihir..!!!
Karenanya anda tidak akan selamat dari perkataan manusia –sama saja apakah kondisi anda sebagai orang baik maupun sebagai orang buruk-. Jika anda baik, maka akan dicela oleh orang-orang yang buruk. Namun jika anda buruk maka anda akan dicela oleh orang-orang yang baik. Terlebih lagi banyak manusia –baik manusia baik maupun bejat- yang hobinya mengomentari orang lain !!. Jangakan orang yang masih hidup…, bahkan mayat yang telah terpendam berabad-abad pun tidak selamat dari ocehan dan komentar mereka.
Sebagaimana dikatakan :
رِضَا النَّاسِ غَايَةٌ لاَ تُدْرَكُ
“Keridhoan manusia adalah tujuan yang tidak mungkin tercapai”
Jika perkaranya demikian –yaitu bagaimanapun keadaan anda tetap akan dicela dan dihina- maka hendaknya anda mencari keridhoan Allah. Maka disitulah anda akan menemukan ketenangan, ketentraman, dan kebahagiaan. Hati anda akan rileks dan santai, tidak sibuk memikirkan komentar-komentar orang yang memuji anda, apalagi komentar orang-orang yang memusuhi Anda.
Ibnu Abdis Salaam (Sulthoonul Ulamaa’) rahimahullah berkata :
وَفِي رِضَا اللهِ كِفَايَةٌ عَنْ رِضَا كُلِّ أَحَدٍ :
Keridoan Allah mencukupkan dari membutuhkan keridhoan siapapun…
فَلَيْتَكَ تَحْلُو ، وَالحَيَاةُ مَرِيرَةٌ ، ** وَلَيْتَكَ تَرْضَى وَالأَنَامُ غِضَابُ
Duhai seandainya Engkau manis/ridho meskipun kehidupan ini pahit…
Duhai seandainya Engkau ridho meskipun seluruh manusia marah…
(Thobaqoot Asy-Syaafi’iyyah Al-Kubroo 8/228)
Sungguh Terhina…
Benar…sungguh terhina seseorang yang mencari keridhoan manusia dengan mendatangkan kemurkaan Allah !!!.
Dalam sunan At-Tirimidzi:
كَتَبَ مُعَاوِيَةُ إِلَى عَائِشَةَ أُمِّ المُؤْمِنِينَ أَنِ اكْتُبِي إِلَيَّ كِتَابًا تُوصِينِي فِيهِ، وَلَا تُكْثِرِي عَلَيَّ، فَكَتَبَتْ عَائِشَةُ إِلَى مُعَاوِيَةَ: سَلَامٌ عَلَيْكَ. أَمَّا بَعْدُ: فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَنِ التَمَسَ رِضَاءَ اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ اللَّهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ، وَمَنِ التَمَسَ رِضَاءَ النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ وَكَلَهُ اللَّهُ إِلَى النَّاسِ، وَالسَّلَامُ عَلَيْكَ»
Mu’awiyah menulis surat kepada Aisyah Ummul Mukminin radhiallahu ‘anhaa (seraya berkata) : “Tulislah untukku sebuah tulisan berisikan wasiatmu kepadaku, akan tetapi jangan panjang-panjang !”.
Maka Aisyahpun menulis kepada Mu’awiyah : “Assalamu ‘alaikum, Amma ba’du : Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : ((Barang siapa yang mencari keridhoan Allah dengan (menyebabkan) kemarahan manusia maka Allah akan menjaganya dari beban (gangguan) manusia. Dan barang siapa yang mencari keridhoan manusia dengan (menyebabkan) kemarahan Allah maka Allah akan menyerahkannya kepada manusia)). Wassalaamu’alaika” (HR At-Tirmidzi no 2414 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albaani)
Dalam riwayat yang lain :
مَنِ الْتَمَسَ رِضَى اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَأَرْضَى الناس عنه ومن التمس رضى النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ سَخَطَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَسْخَطَ عليه الناس
“Barang siapa yang mencari keridhoan Allah dengan (menyebabkan) kemarahan manusia maka Allah akan meridhoinya dan Allah menjadikan manusia ridho kepadanya. Dan barang siapa yang mencari keridhoan manusia dengan (menyebabkan) kemarahan Allah maka Allah akan marah kepadanya dan akan menjadikan manusia marah kepadanya” (HR Ibnu Hibaan no 276)
Jika seseorang nekat melakukan kemaksiatan yang mendatangkan kemurkaan Allah agar ia diridhoi oleh manusia dan tidak dibenci oleh mereka, maka ia telah menyebabkan kemurkaan Allah dan juga kemurkaan manusia, meskipun beberapa saat ia akan meraih keridhoan manusia akan tetapi itu hanyalah fatamorgana.
- Kalaupun ia selamat dari cercaan manusia yang ia harapakan keridhoannya, maka ia tidak akan selamat dari cercaan manusia yang lain.
- Kalaupun ia selamat dari seluruh cercaan manusia…maka tidak mungkin akan berlanjut keselamatan tersebut hingga akhir hidupnya. Suatu saat, cepat atau lambat maka Allah akan menjadikan manusia membencinya…!!. Sungguh telah berkali-kali kita mendapati sebagian orang yang dahulunya sangat dicintai, seluruh perkataannya diambil dan dijadikan dalil…, namun sekarang justru orang-orang yang dahulunya menyanjung-nyanjungnya malah berbalik menjatuhkan dan mencelanya…
- Kalaupun ia selamat di dunia dari ocehan manusia hingga akhir hidupnya, maka ia tidak akan bisa selamat dari kemarahan Allah pada hari kiamat kelak.
Karenanya : - Janganlah engkau ikut berghibah riya hanya agar sahabatmu yang sedang menggibah saudaramu senang, dan merasa engkau ikut serta dalam pembicaraannya. Akan tetapi tegurlah dia, belalah kehormatan saudaramu..meskipun bisa jadi mengakibatkan ia marah dan membencimu. Inilah penerapan “Barang siapa yang mencari keridhoan Allah dengan (menyebabkan) kemarahan manusia”
- Janganlah engkau ikut-ikutan mentahdzir seseorang yang engkau tidak memiliki keyakinan pasti akan kesesatannya, hanya sekedar karena ingin selamat dari para sahabatmu yang suka mentahdzir. Justru tegurlah mereka yang suka memakan bangkai saudaranya meskipun mereka marah padamu. Adapun jika engkau yakin dan pasti -bukan karena perasaan dan persangkaan, atau bila perlu engkau melihat kesesatannya secara langsung bukan melalui perantara-, maka silahkanlah engkau mentahdzir dan tidak usah pedulikan ocehan manusia.
Adapun seseorang yang ikut berghibah ria atau ikut-ikutan mentahdzir ala MLM hanya karena nggak enak sama ustadznya, atau takut ditahdzir sama syaikhnya…maka ketahuilah bahwasanya ustadz dan syaikhnya tersebut tidak akan memperdulikannya pada hari kiamat kelak…hari persidangan Allah Ta’aala.
Tunjukkanlah bahwa anda adalah seorang yang bertauhid dan berusaha meninggalkan segala bentuk kesyirikan. Dan diantara bentuk syirik kecil adalah beramal sholeh demi mendapatkan pujian dan sanjungan manusia. Demikian juga diantara syirik kecil adalah mentahdzir dan mentabdi’ serta menyatakan sesat kepada orang yang tidak pantas untuk dikatakan demikian hanya karena takut ditahdzir oleh manusia. Akan tetapi jika anda yakin –tanpa ragu- serta anda melihat adanya kemaslahatan yang pasti maka silahkanlah mentahdzir dan mentabdi’ sepuas-puasya !!!.
Jika anda dicerca dan dihinakan karena tidak menjatuhkan harga diri saudara anda bahkan karena membela harga diri saudara anda, maka ingatlah cercaan manusia tidak akan memberi kemudorotan kepada anda, karena hal ini telah dijamin oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya :
مَنِ التَمَسَ رِضَاءَ اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ اللَّهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ
“Barang siapa yang mencari keridhoan Allah dengan (menyebabkan) kemarahan manusia maka Allah akan menjaganya dari beban (gangguan) manusia”
Ingatlah kapan saja anda berfikir bahwa dengan ikut-ikutan mengghibah dan mentahdzir maka anda akan selamat dari cercaan manusia, maka ketahuilah saat itu anda sedang berperan menjadi orang gila –sebagaimana pernyataan Ibnu Hazm rahimahullah-. Wallahu A’lam bis-showaab.
Diantara praktik para ulama akan hal ini adalah apa yang diterapkan oleh As-Syaikh Sa’ad bin Nashir Asy-Syatsri hafizohulloh (yang pernah menjabat sebagai anggota al-Lajnah Ad-Daaimah dan kibarul ulama), yang telah menulis sebuah risalah tentang masalah keimanan, dimana beliau tidak sepakat dengan Syaikh Ali Hasan hafizohulloh tentang permasalahan keimanan. Tatkala beliau akan mengisi dauroh dan semajelis dengan syaikh Ali Hasan, maka sebagian ikhwan (du’at) menasehati beliau, dan mengkhawatirkan beliau akan dicerca setelah itu. Kekhawatiran ini disampaikan langsung kepada beliau, yang membuat beliau sempat berfikir panjang. Akan tetapi beliau tetap ingin berangkat ke Surabaya. Bahkan tatkala ada seorang ustadz yang lain menyampaikan hal ini kembali kepada beliau, maka beliau menjawab dengan menyebutkan hadits :
“Barang siapa yang mencari kerdhoan Allah dengan (menyebabkan) kemarahan manusia maka Allah akan meridhoinya”. Maka terdiamlah sang ustadz mendengar jawaban beliau yang penuh keyakinan tersebut.
Saya sendiri mendengar langsung tatkala beliau diminta oleh orang Arab agar tidak berangkat ke Surabaya, maka beliau menjawab dengan tegas : “Syaikh Ali Hasan adalah saudara kita, salafi aqidahnya, meskipun ia menyelisihi kita dalam sebagian permasalahan, akan tetapi kita saling menasehati, dan tidaklah perpecahan kita kecuali menyenangkan ahlul bid’ah”. Hafizokallahu syaikhonaa…
Artikel ini ringan dan bagus isi serta penyampaian. Jazakumullah khairan katsiran
TRAGEDI TRAGIS UNTUK MENGGAPAI KERIDOAN
Begini miriskah nasibku…
Aku telah membelamu dengan sekuat daya dan upaya…
Perkataanmu yang “jelas-jelas” salah aku plintirkan kepada makna yang benar…
Kurela menghabiskan waktu demi menjaga kehormatanmu…
Aku tak segan menuduh seseorang dengan “Kadzdzab/Pendusta” demi membelamu…
Aku juga tidak enggan memvonis seseorang dengan “tidak jelas, di Madinah begini..di Indonesia begitu”…
Sebagaimana aku juga tidak takut untuk menuduh orang tersebut dengan sebutan “Pembuat makar”…
Bahkan tidak ragu aku mentahdzir syaikh yang engkau tahdzir…
Dengan bangga aku mentahdzir radio yang kau tahdzir…
Aku juga menguliti syaikh yang kau tahdzir… bahkan dengan menggunakan gaya tahdziranmu…
Aku permalukan dan rendahkan syaikh tersebut berulang-ulang di hadapan khalayak ramai…
Aku pun telah membantu teman-temanku untuk membelamu…
Aku tak lelah berusaha terus mencari keridhoanmu… karena keridhoanmu adalah landasan kesalafiyahan seseorang
Akan tetapi…
Inikah balasan yang kau berikan kepadaku…
Air susu dibalas dengan air tuba…??
Ternyata kau lebih mempercayai teman-temanku yang menikamku dari belakang…
Seluruh gelaran dan tuduhan yang aku lontarkan demi membelamu…ternyata kau lontarkan kembali kepadaku…
Kau mengatakan kepadaku “La’aab…(suka bermain-main)”…
Kau mengecapku dengan sebutan “Kadzzaab/Tukang dusta”…
Kau menggelariku dengan sebutan “Maakir/pembuat makar”…
Bahkan yang lebih menyakitkan lagi…kau malah menuduhku berjalan di atas jalan syaikh yang telah aku habisi dan kuliti tersebut padahal aku bermaksud membelamu…
Wahai guruku…aku tak kuasa ditahdzir olehmu…
Aku ingin meraih keridoanmu…
Dulu aku telah menukil tahdziranmu terhadap seorang kawan….ternyata kawan tersebut sekarang menukil tahdziranmu untuk menghabisiku…
Aku harus menemuimu…untuk menjelaskan kecintaanku kepadamu… untuk menjelaskan hakikat sebenarnya
Aku harus jelaskan bahwa kawan-kawanku itulah yang berkhianat dan telah menikamku dari belakang…setelah sebelumnya telah banyak menikamku dari depan…
Padahal Aku dan kawan-kawanku tersebut telah berjanji di hadapanmu untuk tidak memulai lagi permusuhan yang telah timbul dari lama dan selalu berulang-ulang dan semakin tajam…akan tetapi ternyata kawan-kawanku tersebut masih selalu menanti-nanti dan mengintaiku kapan bisa menikamku kembali…
Wahai syaikhku…sungguh aku tak kuat dan tak kuasa ditahdzir olehmu…
Keridhaanmu yang kucari selama ini…
Jika selainmu yang mentahdzirku maka perkaranya masih ringan…akan tetapi jika engkau yang mentahdzir…maka dunia ini terasa sempit bagiku…
Namamu harum di sisiku…
Namamu selalu kupajangkan sebagai guruku…
Lantas kenapa sekarang engkau hinakan aku…
Seluruh gelaran yang kusandangkan kepada orang lain….kau kembalikan kepadaku…
Apakah ini hukum “karma”?,
Tentunya bukan, karena aku pernah dipermalukan gara-gara menyatakan “adanya hukum karma”…
Lantas apakah ini balasan dari Allah atas kesalahan-kesalahanku…? Apakah ini yang realisasi dari al-jazaa’ min jinsil ‘amal (balasan sesuai dengan ulah perbuatan)…?
Tidak mungkin…!!!
Aku meyakini diriku berada di atas kebenaran…
Aku telah mengikuti jalan, manhaj, cara dan nasehatmu, sedangkan engkau “tidak mungkin” salah dalam manhaj…
Sebab engkau adalah imam al-jarh wa at-ta’dil di zaman ini
Bahkan engkau adalah imamnya tahdzir mentahdzir… siapa saja yang menyelisihi pendapatmu maka dia telah menyimpang dan sesat
ini bukan hukum “karma” …tidak mungkin… karena hukum karna tidak ada dalam Islam…
Akan tetapi ini adalah ujian…
Sepertinya aku harus lebih keras dan kencang lagi lagi agar bisa kuraih keridoaanmu…
Aku harus lebih banyak lagi Meluangkan waktu untuk mentahdzir dan menjarh hizbiyun sururiyun tanah air yang berpakaian dengan pakaian salafiyah
Aku pun tak takut lagi dan takkan berfikir panjang untuk menyatakan bahwa si fulan sesat dan menyesatkan…
Aku tidak ragu lagi mentahdzir orang lain sebagai hizbi yang banyak kesesatannya…
Adapun pernyataanku si fulan “salafi goncang” maka itu hanyalah ijtihadku…
Bukankah aku boleh berijtihad??. ..lain halnya dengan syaikh yang kuhabisi dan para penceramah radio maka mereka jahil tidak layak berijtihad…
Baiklah! Akan kucabut pernyataanku… Aku akan tidak ragu untuk menyatakannya sesat dan hizbi… bukanlah salafi lagi…
Kalau aku pernah menyampaikan kepada guruku yang lain bahwasanya aku jarang mentahdzir kecuali hanya pada majelis tertentu…
Akan tetapi sungguh di hadapanmu aku mengakui bahwa sudah 10 tahun aku mentahdzir di dalam banyak majelis…
Kalau guruku yang lain menasehatiku untuk meninggalkan mentahdzir yayasan dan meninggalkan perdebatan…maka demi keridoanmu aku akan buang nasehat tersebut…
Wahai ayahanda… Aku berbesar hati menerima kritikan dan tahdziranmu…
Bahkan kuhaturkan : Terima kasih atas tahdzir dan gelaran yang kau sandangkan padaku…
Aku tidak keras kepala… Karena aku bukanlah seekor kambing yang terbang…
Meskipun engkau menyebutku “mutalawwin” (berubah rubah warna) yang ini adalah gelar yang lebih layak kepada bunglon…
Akan tetapi mengkin lebih pantas aku menjadi bunglon daripada kambing terbang…gelar yang telah kulontarkan kepada orang lain…
Sungguh… aku ingin bisa selangkah dengan langkahmu…
Semoga engkau sudi meridhaiku dan memaafkanku… dan mengganggapku sebagai muridmu, salafi sejati…
http://abusalma.wordpress.com/2013/12/17/tragedi-tragis-untuk-menggapai-keridhaan/#more-1242
Assalamualaikum Wr Wb
Abu Salma, apakah antum sedang menembakkan panah transparan kepada seseorang?
Sungguh bagi saya pembaca tidak menikmatinya, mungkin bagi antum dan rekan2 antum (mgkn salah satunya ustad Firanda) menikmatinya.
Cukuplah Allah Swt yang membalas apa yang diperbuat seseorang.
Kalo ana salah, mgkn antum beri ana pencerahan dengan hadits nabi yang membesar-besarkan orang yang ditikam kelompok sendiri.
Ana tunggu ya, semoga ana dapat ilmu.
Hendaknya kita berprasangka baik kepada Akh Abu Salma, mungkin maksud sindirin tersebut agar semua orang bisa sadar jangan suka mentahdzir sembarangan. Apalagi sampai mengatakan ustadz Fulan banyak kesalahan yang berbahaya…ini perkataan yang berat di sisi Allah, berat tuntutan dan pertanggung jawabannya.
Meskipun Allah sudah menunjukan akibat perbuatannya, terkadang masih banyak orang jahil yang tidak sadar, sehingga perlu untuk dijelaskan. Kita hanya mendoakan agar ustadz yang disindir dalam puisi di atas bisa membaca puisi ini dan bisa mengoreksi dirinya. Apalagi ternyata sekarang dia sedang dihabisi oleh teman-temannya sendiri. Wallahul musta’aan, hanya Allah yang bisa menolongnya
Wallahu a’lam bishshawab..
btw kenapa antum memakai nama Jamaah Anti Tahzir? apakah itu artinya antum menganggap 100% tahzir itu jelek? atau apakah antum adalah orang yang fanatik terhadap siapa saja yang ditahzir?
sebagai cerita dalam kehidupan nyata saya, bahwa saya bergaul dengan jamaah yang ustadnya (mgkn) mentahzir TV/Radio Rodja, hal itu saya simpulkan dari beberapa pembicaraan saya dengan dia. Akan tetapi setelah saya berbicara fokus mengenai tahzir2an tersebut tampak bahwa dia juga mengerti bahwa ittiba yang terpenting itu adalah kepada sunnah nabi dan bukan kepada ustad maupun syaikh. kawan saya itu juga tidak 100% mengerti apa yang ditahzirkan oleh ustad atau dari syaikhnya.
Apabila saya menggunakan metode/sikap anti jamaah tahzir, maka saya tidak akan ada ukhwah dan muamalah dengan jamaah tersebut bahkan tidak ada penjelasan apa-apa dari pemahaman ini.
semoga Allah swt memberikan taufik kepada saya, antum, dan ustad firanda pemilik situs ini.
nasehat ana kepada cinta damai hendaknya berhusnudzon, jangankan jama’ah tahdzir, wong ahlul bid’ah saja ada kebaikannya. saya rasa semua salafi tidak ada yang anti tahdzir 100 persen, akan tetapi anti pada sebagian sikap mereka. bahkan semua salafi menganggap tahdzir adalah bagian dari agama mereka. akan tetapi yang mereka anti adalah tahdzir serampangan tanpa dalil, yang dibangun di atas suudzon, katanya dan katanya…memperalat syaikh.., tuduhan dusta…dan tatkala diajak dialog pada kabur. padahal kalau mereka benar tentunya malah senang untuk berdialog agar bisa menunjukan kebatilan saudaranya.
Yang suka anti 100 persen itu justru jama’ah tahdzir
Jama’ah tahdzir adalah saudara kita, karenanya tidak saya temukan ustadz-ustadz rodja yang mentahdzir mereka, akan tetapi sikap tahdziran JT yang ngacaulah yang ditahdzir dan anti kepada mereka.
Assalamu’alaikum Ustadz……Barakallaahu fik,,saya tunggu lagi kehadirannya di masjid asy syifa karawang,,,mengenai celaan manusia saya masih bs bersabar Ustadz,celananya cingkrang sama kayak otaknya juga,jenggot kambing jenggot teroris,kolot,ekstrim,dan sebagainya,,,,,,,tapi apabila mengenai syubhat yg dilontarkan ke saya,apakah saya harus diam saja? bagaimanakah mengkompromikan antara nembantah syubhat dg menjauhi perdebatan? dan skr saya jg dibuat kepikiran dg syubhat yg dilontarkan kpd saya: “”belajar jgn dr buku,internet,radio,dan taqlid pd ulama,ibarat belajar silat dr buku tanpa guru,maka pasti sesatnya.melainkan belajarlah pada guru,terutama guru yg punya sanad.padahal saya tidak semata mata belajar melalui buku&internet,tp jg melalui kajian-kajian,hanya saja saya tidak belajar secara khusus bermulazamah thd satu guru.bagaimana menghadapi syubhat spt ini Ustadz? mohon nasihatnya…..
Syaikh saad asy syatsri emang tobb,,, adeeemm
Ana suka dg isi video singkat beliau di rodja
Mudah-mudahan beliau & ustadz firanda thn 2014 bisa ceramah di istiqlal lg
Dan ahlu sunnah di manapun segera bersatu hati-hati mereka & saling mencintai…aamiin
Seperti satu tubuh, jika ada bagian tubuh yang sakit maka seluruh badan akan terasa panas dan tidak bisa tidur…..